Indahnya Syawal, Bulan Pernikahan Rasulullah dan Siti Aisyah

Bulan Syawal menyimpan sebuah peristiwa yang indah dan penuh hikmah, yakni pernikahan antara Nabi Muhammad saw dengan seorang wanita cerdas dan berakhlak mulia, Siti Aisyah ra.

Dilansir dari NU Online yang ditulis oleh Muhammad Abror, menurut catata Ahmad Ghalwasy, Rasulullah saw menikahi Siti Aisyah tiga tahun setelah istri pertamanya, Siti Khadijah meninggal.

Akad nikah tersebut terjadi di Makkah saat Siti Aisyah masih berumur enam tahun. Kendati demikian, keduanya baru hidup serumah saat Siti Aisyah berumur sembilan tahun.

Pernikahan Nabi Muhammad dan Siti Aisyah ini bukan kemauan Nabi sendiri, tapi perintah langsung dari Allah swt.

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ -ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: "ﺃُﺭِﻳْﺘُﻚِ ﻓِﻲ اﻟﻤَﻨَﺎﻡِ ﺛَﻼَﺙَ ﻟَﻴَﺎﻝٍ ﺟَﺎءَ ﺑِﻚِ اﻟﻤَﻠَﻚُ ﻓِﻲ ﺳَﺮَﻗَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺣَﺮِﻳْﺮٍ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ: ﻫَﺬِﻩِ اﻣْﺮَﺃَﺗُﻚَ ﻓَﺄَﻛْﺸِﻒُ، ﻋَﻦْ ﻭَﺟْﻬِﻚِ ﻓَﺈِﺫَا ﺃَﻧْﺖِ ﻓِﻴْﻪِ. ﻓَﺄَﻗُﻮْﻝُ: ﺇِﻥْ ﻳَﻚُ ﻫَﺬَا ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ اﻟﻠﻪِ ﻳُﻤْﻀِﻪِ"

Artinya, "Dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Aku bermimpi tentangmu selama tiga malam. Malaikat membawamu dalam sebuah tempat yang terbuat dari sutera. Malaikat itu kemudian berkata, 'Ini adalah istrimu.' 'Aku buka wajahmu ternyata engkau di dalamnya.' Aisyah berkata, 'Jika ini datang dari Allah, maka akan berlanjut.'" (HR Muslim).

Dari hadits di atas dijelasakan bahwa sebelum menikah, Nabi Muhammad bermimpi tentang Siti Aisyah sampai tiga kali. Dalam Islam, mimpi seorang nabi itu dianggap sebagai wahyu dari Allah. Dalam hadis riwayat Muslim, Nabi bersabda bahwa malaikat datang membawa Siti Aisyah dalam kain sutra dan berkata, 'Ini istrimu'. Ketika Nabi membuka kain itu, ternyata memang Siti Aisyah. Siti Aisyah pun berkata, 'Jika ini dari Allah, pasti akan terjadi'.

Ada juga hadits riwayat Bukhari yang menyebutkan Nabi hanya bermimpi dua kali. Dari pernikahan Rasulullah saw dan Siti Aisyah ini, berikut pelajaran yang dapat diambil:

1. Menikah bukan karena hawa nafsu
Nabi menikahi Siti Aisyah bukan karena keinginan duniawi seperti manusia biasa. Ini penting untuk dipahami agar tidak ada kesalahpahaman. Seperti yang sudah dijelaskan, pernikahan ini terjadi karena wahyu atau perintah dari Allah melalui mimpi Nabi.

2. Syawal adalah bulan baik untuk menikah
Pernikahan Nabi dengan Siti Aisyah di bulan Syawal menjadi dasar bagi para ulama untuk menganjurkan menikah di bulan ini. Dalam hadis riwayat Muslim dan Tirmidzi dijelaskan,

عن عَائِشَة رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ: تَزَوَّجَنِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّال، وَبَنَى بِي فِي شَوَّال، فَأَيّ نِسَاء رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْده مِنِّي؟ قَالَ: وَكَانَتْ عَائِشَة تَسْتَحِبّ أَنْ تُدْخِل نِسَاءَهَا فِي شَوَّال.

Artinya, "Dari Sayyidah 'Aisyah radliyallâhu 'anha berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan mulai mencampuriku juga di bulan Syawal, maka istri beliau manakah yang kiranya lebih mendapat perhatian besar di sisinya daripada aku?' Salah seorang perawi berkata, 'Dan Aisyah merasa senang jika para wanita menikah di bulan Syawal." (HR. Muslim dan at-Tirmidzi).

Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa menikah dan berhubungan suami istri di bulan Syawal itu dianjurkan. Selain itu, perkataan Siti Aisyah juga membantah kepercayaan orang Arab zaman dahulu yang menganggap bulan Syawal sebagai bulan yang tidak baik untuk menikah. Kepercayaan itu ternyata berasal dari zaman jahiliah dan tidak ada dasarnya sama sekali.