3 Hikmah di Balik Kisah Rasulullah dan Anak Yatim di Hari Raya Idul Fitri
Ahad, 6 April 2025 | 06:00 WIB
Feni Kusumaningrum
Kontributor
Usai sebulan berpuasa di bulan Ramadhan, umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri dengan sukacita. Menurut Ibnu ‘Arabi, Idul Fitri disebut id karena momen itu selalu hadir pada setiap tahun dan disambut dengan rasa gembira.
Dilansir dari NU Online, Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy menceritakan dalam kitabnya tentang seorang anak yatim yang bersedih di hari Idul Fitri hingga membuat Rasulullah saw merasa iba.
Saat Rasulullah hendak shalat Id, beliau melihat banyak anak kecil bermain riang. Namun, ada seorang anak berpakaian lusuh yang menangis sendirian. Rasulullah kemudian bertanya mengapa ia tidak ikut bermain.
Anak itu menjawab bahwa ayahnya meninggal saat perang bersama Rasulullah, Ibunya menikah lagi dan menghabiskan harta anak itu. Ia bahkan diusir dari rumahnya. Maka ketika ia melihat anak-anak lain bahagia bersama ayah mereka di hari raya Idul Fitri, ia merasa sedih.
Mendengar cerita itu, Rasulullah saw terharu dan menawarkan diri untuk mengasuhnya. Beliau bertanya apakah anak itu mau jika Rasulullah menjadi ayahnya, Aisyah menjadi ibunya, Ali menjadi pamannya, Hasan dan Husain menjadi saudaranya, dan Fatimah menjadi saudara perempuannya.
Anak itu sangat senang dan bersedia menerima tawaran Rasulullah. Kemudian Nabi saw membawanya pulang, memberinya pakaian bagus, makanan enak, menghiasinya, dan memberinya minyak wangi. Anak yatim itu lantas bisa bermain dan tertawa bahagia bersama teman-temannya.
Teman-temannya heran melihat perubahan anak itu. Ia menjelaskan bahwa dulu ia lapar dan berpakaian buruk, tetapi sekarang ia kenyang dan berpakaian bagus. Dulu ia yatim, tetapi sekarang Rasulullah adalah ayahnya dan ia memiliki keluarga yang menyayanginya.
Anak-anak lain jadi iri dan berharap ayah mereka juga meninggal di perang agar bisa diasuh Rasulullah. Setelah Rasulullah wafat, anak itu kembali menjadi yatim hingga kemudian diasuh oleh Abu Bakar ra.
Kisah di atas memberikan beberapa pelajaran penting, di antaranya:
1. Jangan Lupakan Orang Lain.
Idul Fitri adalah hari bahagia, tetapi jangan sampai memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Rasulullah saw memberikan contoh bagaimana kita harus peduli dan membantu orang lain yang sedang kesulitan, terutama anak yatim.
2. Tanggung Jawab Pemimpin.
Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah saw merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Beliau langsung bertindak ketika melihat seorang anak yatim yang menderita.
3. Mengasihi Anak Yatim.
Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk menyayangi dan membantu anak yatim. Beliau bersabda bahwa orang yang mengurus anak yatim akan sangat dekat dengan beliau di surga, seperti dekatnya jari telunjuk dan jari tengah. Ini menunjukkan betapa besar pahala bagi orang yang peduli terhadap anak yatim.
Mari jadikan momen Idul Fitri ini tidak hanya sebagai hari kebahagiaan pribadi, tetapi juga sebagai kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Kebahagiaan Idul Fitri akan terasa lebih istimewa jika bisa membuat orang lain turut merasakan kebahagiaan yang sama.
Terpopuler
1
Dapat Daging Kurban Lalu Dijual, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
2
3 Amalan Ini Bisa Jadi Ladang Pahala di Hari Tasyrik
3
Link Streaming Jepang Vs Indonesia, Laga Pamungkas Skuad Garuda di Ronde Ketiga
4
Sedekah Rutin Dzulhijjah, AFCO Group Gandeng LAZISNU PCNU Jombang Salurkan Ribuan Paket Sembako
5
Mengenal UPZ BMT NU Jombang, Ikhtiar Kembangkan Program Sosial dan Komitmen Bersyariah 'Alan-Nahdliyah
6
Pesantren Seblak Jombang Sembelih 6 Sapi dan 2 Ekor Kambing Kurban, Dagingnya Dibagikan kepada Warga dan Santri
Terkini
Lihat Semua