Feni Kusumaningrum
Kontributor
Dalam setiap ibadah dan ketentuan-Nya, Allah Swt senantiasa menyelipkan hikmah yang mendalam. Begitu pula dengan malam Lailatul Qadar yang dirahasiakan kehadirannya. Lebih dari sekadar misteri, kerahasiaan ini menyimpan pelajaran berharga bagi setiap Muslim yang merindukan ampunan dan rahmat-Nya.
Dilansir dari artikel Hikmah Dirahasiakannya Malam Lailatul Qadar, Rasulullah bersabda mengenai malam Lailatul Qadar, sebagai berikut,
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ
Artinya, "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan.”
Syekh Mala Ali al-Qari menjelaskan bahwa orang yang terhalangi untuk melakukan kebaikan pada malam Lailatul Qadar, tidak akan mampu melakukan ibadah dan kebaikan-kebaikan di dalamnya.
Meskipun banyak hadis yang menerangkan keagungan Lailatul Qadar, waktu tepatnya dirahasiakan. Ibnu Hajar al-Asqalani mencatat sekitar 45 pendapat, namun yang paling kuat adalah pendapat yang menyatakan Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di bulan Ramadhan.
Imam Syafi'i secara spesifik menyebutkan malam ke-21 dan ke-23, sementara mayoritas ulama berpendapat pada malam ke-27 Ramadhan.
Dirahasiakannya malam Lailatul Qadar memiliki hikmah yang agung. Syekh Fakhruddin al-Razi menjelaskan bahwa Allah merahasiakan waktu-waktu utama dalam ibadah agar manusia senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, tanpa terpaku pada waktu atau tempat tertentu.
Hal ini serupa dengan dirahasiakannya ridha Allah dalam ketaatan, dikabulkannya doa, ismul a'dzham, shalat wustha, diterimanya taubat, dan waktu kematian. Tujuannya adalah agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam beribadah di seluruh malam Ramadhan.
أنه تعالى أخفى هذه الليلة لوجوه أحدها: أنه تعالى أخفاها، كما أخفى سائر الأشياء، فإنه أخفى رضاه في الطاعات، حتى يرغبوا في الكل، وأخفى الإجابة في الدعاء ليبالغوا في كل الدعوات، وأخفى الاسم الأعظم ليعظموا كل الأسماء، وأخفى في الصلاة الوسطى ليحافظوا على الكل، وأخفى قبول التوبة ليواظب المكلف على جميع أقسام التوبة، وأخفى وقت الموت ليخاف المكلف، فكذا أخفى هذه الليلة ليعظموا جميع ليالي رمضان
Artinya, “Sesungguhnya Allah swt telah merahasiakan malam Lailatul Qadar karena beberapa alasan. Pertama, Allah telah merahasiakannya sebagaimana Ia rahasiakan beberapa hal. Sebagaimana Allah merahasiakan ridho-Nya dalam ketaatan, sehingga manusia menyukai semua ketaatan. Merahasiakan dikabulkan doa di antara doa-doa, agar manusia bersungguh-sungguh dalam setiap doanya. Merahasiakan ismul a’dzham di antara nama-nama-Nya, agar manusia mengagungkan semua nama-Nya. Merahasiakan shalatul wustha di antara semua shalat lima waktu, agar manusia menjaga semua waktu shalat.”
“Merahasiakan diterimanya taubat di antara taubat-taubat, supaya manusia bersungguh-sungguh dalam setiap taubatnya. Merahasiakan kematian di dalam kehidupan, supaya manusia takut kepada Allah. Demikian pula merahasiakan malam Lailatul Qadar di antara malam-malam Ramadhan, supaya manusia bersungguh-sungguh beribadah pada semua malam Ramadhan.” (lihat Mafatih al-Ghaib, juz 32, hal 28)
Senada dengan itu, Ibnu Hajar juga menyatakan bahwa kerahasiaan Lailatul Qadar mendorong umat Islam untuk beribadah dengan sungguh-sungguh di setiap malam Ramadhan.
Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi menambahkan bahwa hikmah ini serupa dengan dirahasiakannya waktu kematian dan hari kiamat, agar manusia selalu bersemangat dalam beribadah, tidak lalai, dan tidak bermalas-malasan.
الحكمة في إخفاء ليلة القدر في الليالي كالحكمة في إخفاء وقت الوفاة ويوم القيامة حتى يرغب المكلف في الطاعات ويزيد في الاجتهاد ولا يتغافل ولا يتكاسل ولا يتكل
Artinya, “Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, dan tidak bermalas-malasan.”
Terpopuler
1
Dapat Daging Kurban Lalu Dijual, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
2
Link Streaming Jepang Vs Indonesia, Laga Pamungkas Skuad Garuda di Ronde Ketiga
3
3 Amalan Ini Bisa Jadi Ladang Pahala di Hari Tasyrik
4
Sedekah Rutin Dzulhijjah, AFCO Group Gandeng LAZISNU PCNU Jombang Salurkan Ribuan Paket Sembako
5
Mengenal UPZ BMT NU Jombang, Ikhtiar Kembangkan Program Sosial dan Komitmen Bersyariah 'Alan-Nahdliyah
6
Pesantren Seblak Jombang Sembelih 6 Sapi dan 2 Ekor Kambing Kurban, Dagingnya Dibagikan kepada Warga dan Santri
Terkini
Lihat Semua