• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 20 April 2024

Bahtsul Masail

Tak Direstui Orang Tua Belajar di Pesantren, Bagaimana Sikap Anak?

Tak Direstui Orang Tua Belajar di Pesantren, Bagaimana Sikap Anak?
Ilustrasi santri belajar di pesantren. (Foto: Freepik)
Ilustrasi santri belajar di pesantren. (Foto: Freepik)

Deskripsi Masalah: 

Sebut saja Rosyid, anak cerdas dari Ronald, seorang doktor. Rosyid dilema dengan keputusannya untuk memperdalam ilmu agama yang selama ini tidak pernah ia peroleh. Karena dari kecil ia disekolahkan dan dileskan oleh ayahnya untuk meneruskan rumah sakit yang sudah dibangun dengan susah payah oleh ayahnya. Dengan kecerdasan yang dimilikinya ia pun ingin dimasukkan ke kampus dengan jurusan kedokteran.


Setelah lulus SMA unggulan, ia pun memaksa untuk berangkat ke pesantren walaupun ayahnya tidak memberikan izin. Ayahnya pun kebingungan, dalam waktu satu tahun ia terus mencari. Akhirnya, keberadaan anaknya diketahui. Ronald kemudian menuju pesantren menemui anaknya dan berkata "ayah tidak mau kamu di sini dan jika kamu memaksa, sudah tidak usah pulang lagi ke rumah, terserah kamu mau tinggal di mana". Rosyid pun tambah dilema dengan keadaan ini.


Pertanyaan:

Apa yang harus dilakukan Rosyid ketika mengetahui ayahnya berkata seperti itu? Tetap di pesantren atau pulang ke rumah?


Jawaban:

Tetap di pesantren menurut satu pendapat.


Referensi:

روح البيان (6/ 450)
قَالَ فِىْ شَرْحِ التُّحْفَةِ لَا يُفْطِرُ فِى النَّافِلَةِ بَعْدَ الزَّوَالِ إِلَّا إِذَا كَانَ فِىْ تَرْكِ الْإِفْطَارِ عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ
وَلَا يَتْرُكُهُمَا لِغَزْوٍ أَوْ حَجٍّ أَوْ طَلَبِ عِلْمِ نَفْلٍ فَإِنَّ خِدْمَتَهُمَا أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ

 

Artinya: Imam Ibnu Hajar di dalam Syarah Tuhfah berkata, “Seorang yang berpuasa sunnah tidak boleh membatalkannya setelah tergelincirnya matahari. Kecuali jika tetap berpuasa menyebabkan durhaka kepada orang tua. Dan tidak boleh meninggalkan mereka untuk berperang, haji, atau mencari ilmu yang sunnah. Karena berbakti kepada mereka berdua lebih utama. 


الفتاوي الفقهية الكبرى الجزء الثاني ص 129
(وَسُئِلَ) رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَجُلٍ لَهُ وَلَدٌ عَاقِلٌ بَالِغٌ رَشِيْدٌ فَأَرَادَ الْوَلَدُ التَّرَدُّدَ إِلَى الْفُقَهَاءِ لِقِرَاءَةِ الْعِلْمِ وَاسْتِعَارَةِ الْكُتُبِ وَنَحْوِ ذَلِكَ مِمَّا لَا يَسْتَغْنِي عَنْهُ طَالِبُ الْعِلْمِ وَكَذَا الْخُرُوْجُ لِقَضَاِِء حَوَائِجِهِ أَوْ زِيَارَةِ الصَّالِحِيْنَ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الْقُرَبِ فَمَنَعَهُ الْوَالِدُ مِنْ ذَلِكَ وَأَمَرَهُ بِالْقُعُوْدِ فِي الْبَيْتِ وَعَلَّلَ ذَلِكَ بِأَنَّهُ يُخْشَى عَلَيْهِ مِنْ صُحْبَةِ الْأَشْرَارِ وَالْوَلَدُ لَا يَرْتَابُ فِي حَاِلِه أَنَّهُ يُكْرَهُ ذَلِكَ وَيَحْتَرِزُ مِنْهُ فَهَلْ لِلْوَلَدِ ذَلِكَ أَمْ لَا وَإِذَا أَرَادَ الْوَلدُ السَّفَرَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ لِمَا لَا يَخْفَى أَنَّ مُعَاشَرَةَ الْأَهْلِ وَنَحْوَهُمْ تَخِلُّ بِهِ وَالْوَالِدُ تَشُقُّ عَلَيْهُ الْمُفَارَقَةُ فَهَلْ لِلْوَلَدِ ذَلِكَ أَمْ لَا
وَحِيْنَئِذٍ لَا نَظْرَ لِكَرَاهَةِ الْوَالِدِ لَهُ حَيْثُ لَا حَامِلَ عَلَيْهَا إِلَّا مُجَرَّدَ فِرَاقِ الْوَلَدِ لِأَنَّ ذَلِكَ حَمَقٌ مِنْهُ وَحَيْثُ نَشَأَ أَمْرُ الْوَالِدِ أَوْ نَهْيُهُ عَنْ مُجَرَّدِ الْحَمَقِ لَمْ يُلْتَفَتْ إِلَيْهِ أَخْذًا مِمَّا ذَكَرَهُ الْأَئِمَّةُ فِيْ أَمْرِهِ لِوَلَدِهِ بِطَلَاقِ زَوْجَتِهِ


Artinya: Ketika kepergian anak untuk kepentingan agama dan duniawi yang bermanfaat baginya, maka larangan orang tua yang berlandasan tidak ingin berpisah dengan anaknya tidak perlu dia perhatikan. Karena hal itu menunjukkan kebodohannya. Sebagaimana ketika orang tua memerintah anaknya untuk mencerai istrinya (tanpa ada tujuan yang dibenarkan agama).


البيان في مذهب الإمام الشافعي (12/ 112)
وقال المسعودي [في " الإبانة "] : إذا أراد الولد الخروج لطلب العلم.. نظر فيه: 
فإن كان يطلب ما يحتاج إليه لنفسه من العلم، كالطهارة والصلاة والزكاة، وله مال ولم يجد ببلده من يعلمه ذلك.. فقد تعين عليه الخروج لتعلمه، وليس للأبوين منعه منه. وَأَمَّا مَا لَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ لِنَفْسِهِ كَالْعِلْمِ بِأَحْكَامِ النِّكَاحِ وَلَا زَوْجَةَ لَهُ ، وَبِالزَّكَاةِ وَلَا مَالَ لَهُ وَنَحْوِ ذَلِكَ . فَإِنْ لَمْ يَكُنْ بِبَلَدِهِ مَنْ يُعَلِّمُهُ ذَلِكَ . فَهَذَا النَّوْعُ مِنَ الْعِلْمِ فَرْضٌ عَلَى الْكِفَايَةِ . وَلَهُ أَنْ يَخْرُجَ لِتَعَلُّمِ هَذَا الْعِلْمِ بِغَيْرِ رِضَا الْأَبَوَيْنِ . فَإِنْ كَانَ بِبَلَدِهِ مَنْ يُعَلِّمُ هَذَا النَّوْعَ , فَهَلْ لَهُ أَنْ يَخْرُجَ لِطَلَبِهِ مِنْ غَيْرِ إِذْنِ الْأَبَوَيْنِ ؟ فِيْهِ وَجْهَانِ أَحَدُهُمَا : لَا يَجُوْزُ لَهُ ذَلِكَ . لِأَنَّ هَذَا لَيْسَ بِفَرْضٍ عَلَيْهِ . فَصَارَ كَالْجِهَاد . وَالثَّانِيْ يَجُوْزُ لَهُ أَنْ يَخْرُجَ بِغَيْرِ إِذْنِهِمَا لِأَنَّهُ طَاعَةٌ وَنُصْرَةٌ لِلدِّيْنِ ، وَلَا خَوْفَ عِلَيْهِ فِي الْمُسَافَرَةِ لِأَجْلِهِ بِخِلَافِ الْجِهَادِ


Artinya: Seorang anak boleh bepergian untuk mencari ilmu fardhu kifayah seperti ilmu tentang nikah tetapi belum menikah, ilmu tentang zakat tetapi tidak mempunyai harta dan semacamnya tanpa izin dari orang tua, jika di daerahnya tidak ada yang mengajarkan ilmu tersebut. Jika di daerahnya ada orang yang mengajarkannya, maka ada dua pendapat. Yang pertama tidak boleh dan yang kedua boleh.


Catatan:

  1. Penjelasan atau uraian di atas merupakan hasil bahtsul masail yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang (PC) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kabupaten Jombang. 
  2. Sumber yang dijadikan referensi dalam membahas topik terkait, sebagian tidak diterjemahkan secara utuh, hanya menerjemahkan poin-poin penting yang langsung menjelaskan topik.


Bahtsul Masail Terbaru