Mengenal Al-Qadhi 'Iyadh, Sosok Ulama Multidisipliner yang Lahir di Bulan Sya'ban
Senin, 17 Februari 2025 | 11:47 WIB
Feni Kusumaningrum
Kontributor
Bulan Sya'ban, yang identik dengan persiapan menyambut Ramadhan, memiliki makna yang lebih dalam. Di bulan ini, seorang ulama besar yang menguasai berbagai bidang keilmuan, Al-Qadhi 'Iyadh, dilahirkan.
Al-Qadhi 'Iyadh adalah sosok yang tidak asing bagi kalangan santri. Namanya sering disebut dalam berbagai kesempatan, terutama saat mengkaji kitab-kitab fiqih. Meskipun dikenal sebagai ulama Malikiyah, keahliannya dalam hadits dan ilmu hadits sangat diakui.
Mengutip dari Al-Qadhi 'Iyadh,Ulama Multidisipliner yang Lahir di Bulan Sya'ban yang ditulis oleh Muhamad Abror, Al-Qadhi 'Iyadh lahir di Sabtah, Andalusia (Spanyol) pada pertengahan Sya'ban 476 H, ia memiliki nama lengkap ‘Iyadh bin Musa bin ‘Iyadh al-Yahshubi al-Andalusi al-Maliki.
Ibnu Khalkan mencatat bahwa Qadhi ‘Iyadh wafat pada bulan Ramadhan 544 H, meskipun ada juga yang mengatakan ia wafat di Marrakech pada Jumadil Akhir. Menurut putranya, Al-Qadhi Muhammad, ia wafat pada 9 Jumadil Akhir 544 H karena diracun. Seangkan, menurut Adz-Dzahabi menambahkan bahwa Qadhi ‘Iyadh wafat karena ditusuk tombak oleh seseorang yang menentang pengakuan Ibnu Tumart sebagai Imam Mahdi.
Pada masanya, Qadhi ‘Iyadh hidup sezaman dengan ulama-ulama terkemuka lainnya, seperti Al-Qadhi Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Husein dan Abul Hasan Ali bin Sulaiman al-Muradi al-Qurthubi.
Perjalanan Intelektual
Qadhi ‘Iyadh adalah seorang yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Pada usia 13 tahun, ia meninggalkan Sabtah menuju Cordoba untuk memperdalam ilmu agama. Di sana, ia berguru kepada sekitar 100 ulama dengan beragam keahlian.
Di antara guru-gurunya Abul Hasan bin Siraj, Al-Qadhi Abu Abdillah Muhammad bin Hamdain, Abu Muhammad bin Attab, Abu Abdillah al-Mazini, Al-Qadhi Abi Ali Husain bin Muhammad ash-Shadafi, Abu Bakr at-Thurthusy, Al-Qadhi Abu Bakr ibn al-Arabi, Abu Ali al-Ghasani, Abu at-Thahir Ahmad ibn Muhammad as-Salafi, Ahmad bin Baqi, Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Makhul, Al-Hasan bin Muhammad bin Sakrah, dan Al-Qadhi Abi al-Walid bin Rusyd, dan lain-lain.
Hasil dari kegigihannya adalah penguasaan yang mendalam terhadap berbagai disiplin ilmu, termasuk nahwu, fiqih, hadits, bahasa, sastra, dan ilmu nasab. Keistimewaannya adalah kemampuannya dalam memahami fiqih dari berbagai mazhab.
Setelah kembali ke Maghrib pada usia 30 tahun, ia terus memperdalam ilmunya kepada ulama-ulama di sana. Ia mendapatkan penghormatan yang besar dan dipercaya untuk mengemban amanah sebagai hakim dalam waktu yang cukup lama. Pada tahun 531 H, ia memilih untuk tinggal di Granada dan menjadi hakim di sana pada tahun 532 H.
Qadhi ‘Iyadh telah melahirkan banyak ulama yang memiliki pengaruh besar, seperti Imam Abdullah bin Muhammad al-Asyiri, Abu Ja’far al-Qashir al-Gharnati, Al-Hafidz Khalaf bin Basykuwal, Abu Muhammad bin Ubaidillah al-Hijri, Muhammad bin Hasan al-Jabiri, dan anaknya, Al-Qadhi Muhammad bin ‘Iyadh.
Karya-karyanya yang monumental antara lain Tafsir Gharibul Hadis al-Muwatha’ wal Bukhari wa Muslim, At-Tanbihatul Mustanbathah fi Syarhi Musykilatul Mudawwanah, Al-Maqashidul Hisan fi Ma Yalzamul Insan, Al-I’lam bi Qawa’dihil Islam, Al’Ilma’ fi Dhabtir Riwayah wa Taqyidis Sima’.
Pengakuan dan Pujian Ulama
Kehebatan Qadhi ‘Iyadh diakui dan dipuji oleh banyak ulama, yang mengakui keluasan ilmunya, ketinggian akhlaknya, ketaatannya dalam beragama, serta produktivitasnya dalam berkarya. Berikut adalah beberapa pandangan ulama mengenainya.
Ibnu Khalkian mengatakan bahwa, Al-Qadhi ‘Iyadh adalah seorang ulama yang sangat luas ilmunya, taat dalam beragama, lemah lembut dalam bertutur kata, dan sangat menguasai qira’ah sab’ah. Ia juga memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu, seperti ilmu hadits, ushul fiqih, hafalan nama-nama perawi hadits, keahlian dalam ilmu nahwu, pemahaman fiqih dari berbagai mazhab, dan penguasaan yang mendalam dalam sastra Arab.”
Al-Faqih Muhammad bin Hamaduh as-Sabti juga memberikan pujian kepada Al-Qadhi ‘Iyadh dengan berkata “Di wilayah Ceuta, belum ada ulama yang mampu menandingi karya Al-Qadhi ‘Iyadh dalam hal jumlahnya.”
Selain itu, Al-Qadhi Syamsuddin dalam Wafiyatul A’yan mengungkapkan bahwa, Qadhi ‘Iyadh adalah seorang imam ahli hadits pada zamannya dan seorang ulama yang sangat mendalam ilmunya, baik dalam bidang nahwu, bahasa, dialek bangsa Arab, maupun ilmu tentang hari-hari besar dan nasab.
Terpopuler
1
Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Bahrain
2
Bagaimana Jika Zakat Fitrah Diberikan kepada Keluarga Sendiri? Ini Penjelasannya
3
Berkah Ramadhan, Pengusaha Janggelan di Jombang Alami Kenaikan Omzet 2 Kali Lipat
4
Setelah Kalahkan Bahrain, Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026 Masih Terbuka
5
Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1446 H Digelar 29 Maret Mendatang
6
Waktu Buka Puasa Hari Ini dan Besok Daerah Jombang Juga Tulungagung, Rabu-Kamis 26-27 Maret 2025
Terkini
Lihat Semua