Opini KONFERCAB NU JOMBANG 2024

Jadi Tempat Konfercab NU Jombang 2024, Ini Sejarah Singkat Pesantren Darul Ulum Peterongan

Rabu, 1 Mei 2024 | 09:03 WIB

Jadi Tempat Konfercab NU Jombang 2024, Ini Sejarah Singkat Pesantren Darul Ulum Peterongan

Kantor Pusat Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. (Foto: Suara Jombang)

Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jombang 2024 akan diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang pada Ahad (5/5/2024). 

 

Kepastian waktu dan tempat pelaksanaan forum musyawarah tertinggi NU di tingkat cabang atau kabupaten ini setelah disetujui Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui surat resminya dengan nomor 1677/PB. 03/A. 1.03.45/99/04/2024, ditandatangani H Amin Said Husni, Wakil Ketum PBNU dan H Faesal Saimima, Wakil Sekretaris Jenderal.

 

Pelaksanaan Konfercab NU di Jombang memang kerap digelar di pondok pesantren. Pada tahun 2007, Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan juga sempat menjadi tempat diselenggarakannya Konfercab NU Jombang yang kemudian menghasilkan keputusan KH Abdul Nashir Fattah dan KH Isrofil Amar terpilih sebagai rais dan ketua PCNU Jombang masa khidmah 2017-2012.

 

Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) merupakan salah satu pondok pesantren besar di Jombang yang terletak di Rejoso, Kecamatan Peterongan, Jombang. Pesantren ini usianya cukup tua dan perjalanannya bersejarah bagi penyebaran agama Islam di Jombang.


Pondok Pesantren Darul Ulum memiliki sejarah panjang sejak berdirinya pada tahun 1885. Pendiri pondok pesantren tersebut adalah Kiai Tamim Irsyad yang berasal dari Bangkalan, Madura. Ia merupakan tokoh yang berjuang menyebarkan ajaran Islam di Rejoso, Peterongan, Jombang.


Melansir dari laman resmi Pondok Pesantren Darul Ulum, sejarah perkembangan Pondok Pesantren Darul Ulum, dibagi menjadi beberapa periodisasi sejarah.


Pertama, periode klasik (1885 - 1937), periode ini merupakan masa awal pembibitan dan penanaman dasar berdirinya pondok Pesantren Darul Ulum.


Pada periode ini, Kiai Tamim Irsyad dibantu menantunya, Kiai Cholil Juraemy berdakwah di tengah kondisi Desa Rejoso yang penuh dengan perilaku buruk penduduknya, kedua kiai tersebut berusaha mendakwahkan ajaran Islam dan tinggal di Desa Pajaran yang terletak tak jauh dari Desa Rejoso.


Kiai Tamim Irsyad mengajarkan tentang Al-Qur'an dan ilmu fikih, sedangkan Kiai Cholil Juraemy memberikan pengajian ilmu Tasawuf dalam bentuk nilai-nilai Thariqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.


Kedua, periode pertengahan (1937 - 1958), pada periode ini Darul Ulum dikelola oleh Kiai Romli Tamim (putra Kiai Tamim Irsyad yang juga murid dari Kiai Cholil Bangkalan) sebagai pemegang kebijakan umum Pondok Pesantren dan mursyid Thariqat Qadiriyah wan Naqsabandiyah dibantu oleh Kiai Umar Tamim.


Kiai Dahlan Cholil putra Kiai Cholil Juraemy memegang manajemen pesantren serta pengajian Fikih dan Al-Qur'an. Sedangkan putra Kiai Cholil yang lain yaitu Kiai Ma'shum Cholil bertugas mengemban manajemen organisasi di lingkungan PPDU.


Bentuk hasil dari pendidikan pada periode ini adalah Salikin atau ahli dalam bidang Thariqat Qadiriyah wan Naqsabandiyah, dan huffadz atau penghafal Al-Qur'an di bawah pengajaran Kiai Dahlan Cholil.


Keterlibatan pesantren dalam melawan penjajah kala itu juga dirasakan pada periode ini. Saat penjajah sudah memasuki wilayah Mojokerto, para santri dan kiai Darul Ulum terlibat dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Bahkan, Kiai Romli Tamim pernah menginap di rumah tentara KNIL Mojoagung karena tertangkap Belanda.


Periode ini juga merupakan awal didirikannya sekolah klasikal pertama, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum pada 1938 M.


Periode ketiga, periode baru fase pertama (1958 - 1985). Sempat terjadi kesenjangan kepemimpinan pada periode ini disebabkan wafatnya Kiai Romli (1958) dan Kiai Dahlan Cholil (1958).


Tak berselang lama Darul Ulum bangkit kembali dengan dua tokoh kharismatiknya, yakni Kiai Musta'in Romli dan Kiai Bishri Cholil, yang membawa Darul Ulum kepada arah pembaharuan bidang struktur organisasi, bidang bentuk pendidikan maupun dalam bidang sarana fisik pondok pesantren.


Periode baru fase kedua (1985 - 1993), pada periode ini Pondok Pesantren Darul Ulim semakin mengalami kemajuan pesat. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari manajemen struktur kelembagaan pada saat itu (Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Darul Ulum, Lembaga Universitas Darul Ulum, dan Lembaga Thariqat Qadiriyah wan Naqsabandiyah).


Selain itu, perkembangan sekolah-sekolah formal dan profesionalitas pengajar di lingkup pondok pesantren juga semakin mengalami peningkatan. Dibuktikan dengan didirikannya sekolah-sekolah formal dan sarana prasarana yang menunjang pembelajaran.


Ciri-ciri kepemimpinan pada periode baru fase dua di Pondok Pesantren Darul Ulum yaitu secara kolektif berada dalam lembaga Majelis Pimpinan Pondok Pesantren yang disusun secara struktural berdasarkan keilmuan dan senioritasnya. Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum tersebut berjumlah 8 orang yang memegang bidang kepemimpinan masing-masing.


Sampai saat ini, meskipun telah berganti personalia dalam tampuk kepemimpinan Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum, perkembangan dan kemajuan Darul Ulum tetap terjaga, bahkan semakin berkembang dengan adanya teknologi yang membantu kemajuan keilmuan Darul Ulum.


Spirit Pondok Pesantren Darul Ulum menyiapkan para santrinya mampu menjadi umat terbaik dan bermanfaat bagi sekitarnya, mengajak pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran sesuai visi dan misi Pondok Pesantren Darul Ulum.


Saat ini, jumlah santri di Pondok Pesantren Darul Ulum mencapai belasan ribu santri dari seluruh nusantara. Selain itu, terdapat 12 lembaga formal tingkat dasar sampai menengah atas di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum, dengan 52 asrama bagi santriwan dan santriwati.


Ditambah dengan dua perguruan tinggi yakni Universitas Darul Ulum (Undar) yang didirikan pada 1965, dan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) yang berdiri tahun 2001.