• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Rabu, 17 April 2024

Nyantri

Pesantren di Jombang Ini Asuh Santri Mayoritas dari Kalangan Broken Home

Pesantren di Jombang Ini Asuh Santri Mayoritas dari Kalangan Broken Home
KH. Syamsuddin Mahfudz Burhan, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Mahfudz Bendungrejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. (Foto: NU Online/Karimatul Maslahah)
KH. Syamsuddin Mahfudz Burhan, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Mahfudz Bendungrejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. (Foto: NU Online/Karimatul Maslahah)
NU Online Jombang, 
KH. Syamsuddin Mahfudz Burhan, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Mahfudz Bendungrejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang mengatakan, dirinya mendapatkan amanah dari gurunya Kiai Qomari Sholeh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qur’an tahun 1990/1991.
 
Ia berpesan agar tidak menolak santri yang berlatar belakang apapun ketika dirinya sudah mendirikan pondok pesantren. “Orang yang kelihatannya gembel kelihatannya bertato, hancur atau apalah yang ketika kita lihat secara lahir tidak menyenangkan belum tentu meninggalnya husnul khatimah, makanya apapun backround santri tetap saya terima dan tidak pernah saya tolak,” katanya saat ditemui, Kamis (14/10/2021).
 
Menurut pria yang akrab disapa Kiai Syam ini, sejatinya pesantren memang tempat orang-orang yang hendak menempa dirinya menjadi manusia yang lebih baik. Karena itu, santri yang awalnya memiliki masa lalu jauh dari kata 'bersih' atau tidak mempunyai akhlak mulia, masih ada kesempatan di pesantren untuk berbenah.
 
"Rata-rata santri yang datang ke pesantren itu kan dalam keadaan baik-baik saja, bagi saya itu tidak ada sensasinya sama sekali,” ungkapnya. Kiai Syam menambahkan bahwa dirinya merasa kasihan apabila ada seorang yang bertato mempunyai niat baik untuk menjadi santri, tapi sulit diterima di pesantren.
 
"Santriwan-santriwati di sini rata-rata broken home, akhlaknya fatal bahkan mental juga sudah rusak, ada juga yang pernah masuk jaringan narkoba nyantri ke sini. Alhamdulillah hanya tujuh bulan sudah sembuh dan kembali ke keluarganya,” ujarnya .
 
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Mahfudz berdiri sekitar tiga tahun lebih. Usia yang masih cukup muda. Pondok ini mempunyai cara tersendiri dalam melakukan pendekatan terhadap para santri yang mempunyai keterbatasan, pembelajarannya juga tidak terlalu ditekan agar para santri merasa nyaman selama belajar di pesantren.
 
“Setelah pendekatan dari hati ke hati diajak ngobrol, dikasih wiridan, ternyata kita malah kalah dengan santri-santri yang bertato itu, karena di sini training pertama adalah akhlak, makanya saya selalu menggembor-gemborkan kepada santri, apalah ilmu kalau tanpa akhlak," terangnya.
 
Di samping pola asuh itu, Kiai Syam juga kerap kali mendoakan para santrinya agar terus mendapat bimbingan Allah swt. "Kita sebagai manusia hanya mampu mendoakan, mengarahkan, mendidik, membimbing dan memfasilitasi, selebihnya kita serahkan kepada Allah,” pungkasnya.
 
Kontributor: Karimatul Maslahah
Editor: Ahmad


Nyantri Terbaru