Hikmah

Keutamaan-Keutamaan Lailatul Qadar Berdasarkan Al-Qur'an dan Penjelasan Ulama

Rabu, 26 Maret 2025 | 15:19 WIB

Keutamaan-Keutamaan Lailatul Qadar Berdasarkan Al-Qur'an dan Penjelasan Ulama

Ilustrasi Lailatul Qadar. (Foto: Freepik)

Lailatul Qadar, malam penuh keberkahan yang diyakini memiliki keutamaan luar biasa, menjadi puncak ibadah di bulan Ramadhan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Keistimewaan Lailatul Qadar sebagai malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan telah banyak disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis, menjadikannya momen istimewa bagi setiap Muslim untuk meraih ampunan dan pahala yang berlipat ganda.

 
Melansir dalam artikel Keutamaan-keutamaan Lailatul Qadar, Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an, surah Al-Baqarah ayat 185 mengenai bulan Ramadhan sebagai waktu diturunkannya Al-Qur'an yang menjadi pedoman hidup,

 
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ


Artinya, “Bulan Ramadhan, yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).”

 
Mengenai Lailatul Qadar, Allah Swt menjelaskan dalam Surah Al-Qadr ayat  1-5,


إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
 

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
 

Keagungan Lailatul Qadar sangatlah besar. Di malam yang penuh berkah ini, Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia, memberikan penjelasan yang jelas dan membedakan antara yang benar dan yang salah.
 

Menurut Syekh Abdul Halim Mahmud, turunnya Al-Qur'an (nuzûl al-Qur’an) bermakna "turunnya risalah yang penuh kasih sayang secara menyeluruh/tidak pandang bulu," yang beliau artikan sebagai "kasih sayang bagi seluruh alam semesta" (al-rahmah bi kullil ‘awâlim), sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 107 sebagai berikut,


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ


Artinya, “Tidak lain Kami mengutusmu (Muhammad), kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”


Lebih lanjut, dalam Surah Ad-Dukhan ayat 1-6, Allah berfirman,
 

حم, وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ. فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ، أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ, رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
 

Artinya, “Haa mim. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
 

Dengan demikian, Syekh Abdul Halim Mahmud menerangkan rahmat merupakan asas, tujuan, dan sebab diturunkannya Al-Qur'an dan diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk mengatur dan menata kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat. Rahmat ini membawa kedamaian dan keamanan bagi seluruh alam, berbeda dengan kekhawatiran para malaikat tentang potensi kerusakan yang mungkin ditimbulkan manusia saat diciptakan.
 

Dari segi kemuliaannya, Lailatul Qadar jauh lebih utama dibandingkan seribu bulan (alfu syahrin). Surah Al-Qadr menggambarkan keistimewaan malam ini dengan turunnya para malaikat untuk mengelola berbagai urusan, serta suasana damai dan sejahtera yang meliputi malam tersebut hingga fajar menyingsing.
 

Menurut perhitungan Syekh Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan, yang beliau anggap sebagai usia rata-rata manusia.


والألف شهر هي ثلاث وثمانون سنة وأربعة أشهر, وذلك عادة عمر الإنسان, فهي خير من عمر الإنسان, من عمر كل إنسان: من عمر كل إنسان في الماضي وفي المستقبل, أي أنها خير من الدهر
 

Artinya, “Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadar (alfu syahrin) lebih baik dari umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadar lebih baik dari (usia) zaman.”
 

Ini berarti Lailatul Qadar memiliki kemuliaan dan keutamaan yang melebihi seluruh usia manusia, dari zaman dahulu hingga yang akan datang. Syekh Abdul Halim Mahmud bahkan menegaskan bahwa "annahâ khair minad dahr (Lailatul Qadar lebih baik dari usia zaman)," karena tidak ada batasan pasti mengenai kebaikan dan kemuliaannya. Allah SWT hanya memberikan petunjuk bahwa kebaikannya melebihi seribu bulan.


Keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah ampunan dosa-dosa yang telah lalu bagi siapa saja yang melaksanakan shalat malam pada malam tersebut dengan penuh iman dan harapan pahala, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


Artinya, “Barangsiapa shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” 
 

Sebagai kesimpulan, Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang tak terhingga, melebihi seribu bulan. Tidak adanya batasan mengenai "kebaikan" ini dapat diartikan bahwa kebaikannya berlangsung hingga akhir dunia, seperti yang diungkapkan Syekh Abdul Halim Mahmud, "lebih baik dari usia zaman." Sebab, batasan kebaikan ini hanya akan berakhir dengan hilangnya ruang dan waktu, yaitu setelah terjadinya kiamat.