Megengan Tradisi Menyambut Ramadhan, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:31 WIB
Feni Kusumaningrum
Kontributor
Di Indonesia, khususnya suku Jawa, terdapat tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang disebut megengan. Megengan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan cara yang istimewa.
Inti dari tradisi megengan adalah berkumpul bersama keluarga, menikmati hidangan bersama, serta membaca dzikir dan tahlil untuk mendoakan anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Selain itu, masyarakat juga melakukan ziarah kubur dan mengadakan sedekah massal di masjid atau mushala. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Lantas, bagaimana hukumnya dalam Islam? Mengutip artikel NU Online yang ditulis Alhafiz Kurniawan, dalam sebuah riwayat dari Imam Ahmad dan An-Nasa'i, disebutkan bahwa Rasulullah SAW juga menunjukkan kegembiraannya dalam menyambut bulan Ramadhan.
وَقَدْ كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُوْمِ رَمَضَانَ كَمَا أَخْرَجَهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلَفْظُهُ لَهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُوْمِ رَمَضَانَ بِقَوْلِ قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ كُتِبَ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حَرُمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حَرُمَ الخَيْرَ الكَثِيْرَ
Artinya, "Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan sabdanya: Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak." (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyyah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman: 222).
Hadits tersebut menjadi dasar bagi sebagian ulama untuk membolehkan masyarakat yang mengekspresikan kegembiraan perihal kedatangan bulan suci Ramadhan. Bahkan, mereka berpendapat bahwa diperbolehkan untuk saling memberikan kabar gembira tentang kedatangan bulan suci ini.
قال بعض العلماء هذا الحديث أصل في تهنئة الناس بعضهم بعضا بشهر رمضان
Artinya, "Sebagian ulama berpendapaat bahwa hadits ini menjadi dasar atas praktik penyambutan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atas kedatangan bulan Ramadhan." (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyyah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 223).
Tradisi megengan yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia mengandung nilai-nilai positif. Kegiatan-kegiatan seperti dzikir, tahlil, silaturahim, makan bersama keluarga, ziarah kubur, dan sedekah merupakan amalan-amalan yang baik dan dianjurkan dalam agama Islam. Oleh karena itu, tradisi megengan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan mempererat tali silaturahim antar sesama.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Koreksi Diri di Penghujung Syawal
2
Khutbah Jumat: Menjauhkan Diri Bernasib Su'ul Khatimah, Jangan Terjerumus pada 5 Golongan Ini
3
Keberangkatan Mulai 2 Mei, Berikut Jadwal Lengkap Perjalanan Haji 2025
4
Sejarah Singkat Kelahiran GP Ansor dan Ketum dari Masa ke Masa
5
Jejak Pemikiran Kiai Bisri Syansuri: Dari Pancasila ke Aswaja
6
Bangun Sinergitas, LP Ma'arif PCNU Jombang Audiensi dengan Wakil Bupati
Terkini
Lihat Semua