• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Minggu, 28 April 2024

Pustaka

Tafsir Al-Ghozali, Khazanah Kitab Berbahasa Arab Kupas tentang Iman hingga Sabar

Tafsir Al-Ghozali, Khazanah Kitab Berbahasa Arab Kupas tentang Iman hingga Sabar
Kitab Tafsir Al-Ghozali. (Foto: Ahmad Ali/NU Online Jombang)
Kitab Tafsir Al-Ghozali. (Foto: Ahmad Ali/NU Online Jombang)

Pondok Pesantren adalah lembaga yang sejak dulu menjaga khazanah dan budaya akademik, termasuk dalam memproduksi karya tulis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pengarang kitab-kitab kuning yang lahir dan dibesarkan di dunia pesantren. Termasuk para ulama Nusantara yang berkontribusi besar dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu keislaman melalui karya tulisnya. Dan sampai dengan detik ini, karya tulisnya masih dikaji di berbagai lembaga pondok pesantren di Indonesia, bahkan diakui dan menjadi rujukan utama oleh ulama Timur Tengah dan Jazirah Arab.


Pada masa puncak kejayaan Islam, yaitu masa Dinasti Abbasiyyah khususnya pada kepemimpinan Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma'mun menjadi puncak tradisi akademik di dunia Islam dengan banyaknya tokoh cendekiawan dan intelektual Islam yang lahir beserta karya tulisnya. Tradisi akademik ini sampai ke ufuk timur dunia yaitu kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia. Para ulama Indonesia yang banyak berguru ke pusat dunia Islam lalu mulai menulis dalam berbagai disiplin ilmu keislaman yang dibutuhkan seperti kajian ilmu tauhid, tafsir, fiqih, tasawuf, ilmu kalam, bahasa, dan lain sebagainya.


Ulama Indonesia yang produktif menulis pada abad ke-19 di antaranya Syekh Nurudin al-Raniri, Syekh Abdur Rauf al-Singkili, Syamsuddin al-Sumaterani, Muhammad Yusuf al-Makasari. Lalu pada generasi selanjutnya ada sejumlah nama di antaranya Muhammad Aryad al-Banjari, Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabaui.


Lalu, memasuki abad ke-20 ulama Indonesia yang banyak menulis di antaranya Syekh Nawawi al-Bantani, Mahfudz al-Tirmisi, Syekh Kholil Bangkalan, KH Raden Asnawi (Kudus), KH Hasyim Asy'ari (Pendiri NU), dan Syekh Saleh Darat. Faktor utama yang mendukung dalam tradisi menulis ini adalah kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan keinginan untuk menyebarluaskannya.


Di Indonesia, perkembangan tafsir sangat membanggakan, ini nampak dari banyaknya karya-karya tafsir dengan corak dan manhaj yang beragam, baik menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah, maupun bahasa Arab. Karya tafsir Al-Qur'an lengkap 30 juz telah lahir sejak abad ke-17 M, diawali dengan kitab Tarjumân al-Mustafîd karya Syaikh 'Abdur Ra'uf as-Sinkilî, dilanjutkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantanî, Mahmud Yunus, Munawar Khalil, A Hasan, Oemar Bakri, Hasbi Ash-Shiddiqy, Buya Hamka, Kiai Bisyri Mushthafa, Kiai Mishbah Mushthafa, dan Prof Quraish Shihab. Daftar ini akan semakin panjang jika kita memasukkan karya-karya ulama Nusantara yang masuk kategori tafsir namun tidak utuh 30 juz.


Tradisi penulisan tafsir berbahasa Arab di Indonesia telah diawali oleh Imam Nawawi al-Bantanî (1813-1879 M) dengan kitab tafsirnya, Mariâh Labîd li Kasyfi Ma'na al-Qur'ân al-Majîd atau yang lebih dikenal dengan Tafsir al-Munîr. Tafsir ini diterbitkan di Makkah pada tahun 1880 M dan diterbitkan di Mesir pada tahun 1936 M. Selanjutnya muncul kitab Tafsir al-Khatîb al-Makkî (1947 M) karya Syaikh Ahmad al-Khatib al-Minangkabawi, lalu Tafsir Jâmiʿ al-Bayiân min Khulâshat Suwar al-Qurʾan karya Muhammad bin Sulaiman Solo (1984 M), Tafsir al-Mu'tasham Tafsîr al-Qur'ân al-Mu'azhzham karya Kiai Abdul Halim Halimy Abî Hâtim al-Asham, Jember (2011 M), Tafsir Firdaus an-Na'îm (2013 M) karya Kiai Thaifūr Ali Wafa Madura, dan yang paling terkini adalah Tafsir Hidâyat al-Qur'ân Tafsîr al-Qur'ân bi al-Qur'ân adalah karya Dr Kiai Afifuddin Dimyathi Romly.


Dengan metodologi berbeda, hadir Tafsir Al-Ghozali, menggunakan pendekatan Tafsir Maudhui, dengan jilid pertamanya membahas tentang Kitab Iman. Di dalamnya diulas secara detail tentang iman, taqwa, ihsan, ikhlas, taat, ridha, mahabbah, tawakal, syukur, dan sabar. Kitab berbahasa Arab ini ditulis oleh KH Ahmad Ghozali Fadli, Pengasuh Pesantren Alam Bumi Al Quran, Wonosalam, Kabupaten Jombang. 


Rais Syuriyah MWCNU Wonosalam ini, memulai pembahasan Tafsirnya tentang Iman. Di dalamnya dijelaskan tentang rukun iman, naik turunnya iman dan buah iman di dunia dan akhirat. Menariknya, tafsir ini berhasil mengumpulkan 879 kata iman, yang kemudian diramu menjadi beberapa pembahasan yang saling menguatkan. Sehingga maknanya tidak terpotong-potong. Seperti saat membahas tentang hari akhir, dimulai dengan ditiupnya sangkakala pertama untuk menghancurkan dan yang kedua untuk membangkitkan (Az Zumar: 68), digambarkan hiruk pikuknya kiamat (An Naml: 88), baru kemudian masuk Hari Perhitungan (Ar Ra'd: 40). Menerima kitab amal, apakah dengan tangan kanan atau kiri (Al Isra': 13-14), persaksian dari banyak arah untuk menguatkan apa yang tercatat dalam kitab amal (An Nisa': 41), kemudian dikonfirmasi secara individu (As Saffat: 22-24), baru ditimbang (Al Anbiya': 47), dan yang terakhir adalah penentuan, apakah di neraka atau di surga (Az Zumar: 71-73).


Dengan pembahasan seperti itu, kitab ini seolah menjawab dan membuka cakrawala kita untuk memahami, menguasai, hingga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalil-dalinya yang jelas mengantarkan pada pemantapan akal dan hati, untuk senantiasa bersama Allah swt.


*Ditulis oleh Ahmad Ali, Pencinta Kitab Kuning asal Jombang, Jawa Timur


Pustaka Terbaru