• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Minggu, 5 Mei 2024

Daerah

Menjaga Tradisi Keilmuan lewat Khataman Shohih Bukhori

Menjaga Tradisi Keilmuan lewat Khataman Shohih Bukhori
Rutinan Shohih Bukhori di Pesantren Kalibening, Senin (11/12/2023). (Foto: M Rufait Balya Barlaman)
Rutinan Shohih Bukhori di Pesantren Kalibening, Senin (11/12/2023). (Foto: M Rufait Balya Barlaman)

NU Online Jombang,

Banyak upaya yang dilakukan para kiai dan juga santri untuk menjaga keilmuan yang diwariskan para ulama-ulama terdahulu. Salah satunya dengan menjaga kerelevansian kitab-kitab klasik dengan selalu mengkaji dan bahkan mengkhatamkannya berkali-kali. 

 

Salah satu upaya ini yang coba dilakukan warga NU Jombang dengan dilaksanakan acara rutinan khataman kitab bukhori yang dilaksanakan pada Senin (11/12/2013) di Pesantren Babussalam Kalibening, Mojoagung, Jombang. 

 

KH M Sholeh dalam ceramahnya menyampaikan, ia mengutip salah satu hadits dalam kitab Shohih Bukhori yang berbunyi; 

 

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ 

 

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

 

Lantas ia menjelaskan bagaimana kriteria orang yang dimaksud faqih sehingga orang tersebut dikehendaki Allah menjadi orang yang baik. 

 

"Jadi kriteria orang dikatakan faqih yang saya kutip dari Hasan al-Bashri adalah, pertama yakni zuhud terhadap dunia, kedua senang melakukan ibadah bersifat ukhrowi/akhirat, ketiga selalu waspada dalam urusan agama, dan yang terakhir selalu melanggengkan diri untuk beribadah kepada Allah," jelasnya. 

 

Ia melanjutkan, juga diterangkan dalam kitab Syarwani bahwasannya jika ingin menjadi orang yang baik secara sempurna, maka harus menjadi orang yang faqih

 

"Dan menjadi orang faqih juga tidak bisa asal-asalan dengan sekadar belajar lewat media sosial ataupun internet. Kita harus belajar dan mengambil ilmu dari para ulama yang menjadi pewaris para nabi," ujarnya.

 

Maka, menurutnya, sangatlah penting mengagungkan ilmu, jangan sampai pembahasan (kajian) tentang keilmuan kalah dengan pembahasan akik. 

 

"Karena jika orang-orang alim sudah tidak ada, maka orang-orang akan mencari pemimpin baik pemimpin masyarakat maupun agama dari orang-orang bodoh. Naudzubillahi min dzalik," pungkasnya. 

 

Acara ini dihadiri banyak santri, warga NU, kiai, dan para sesepuh NU. Di antaranya adalah, KH Taufiqurrohman al-Muchith, KH M Sholeh, KH Wazir Aly, KH Sholahuddin Shofwan, dan kiai-kiai yang lain. 

 

Kontributor: M. Rufait Balya Barlaman


Daerah Terbaru