Hikmah

Riwayat Penyakit Imam Syafi'i hingga Wafat di Akhir Bulan Rajab

Sabtu, 18 Januari 2025 | 16:30 WIB

Riwayat Penyakit Imam Syafi'i hingga Wafat di Akhir Bulan Rajab

Ilustrasi nama Imam Syafi'i. (Foto: Dok NU Online)

Imam Syafi'i, seorang ulama besar Islam, merupakan pendiri salah satu mazhab fiqih yang paling banyak pengikutnya di Indonesia. Ia lahir di Kota Gaza, Palestina, pada tahun 150 Hijriah.


Dilansir dari artikel NU Online karya Yuhansyah Nurfauzi, dijelaskan bahwa pada usia 54 tahun, Imam Syafi'i wafat akibat sakit yang dideritanya. Dan di Kota Mesir, Imam Imam Syafi'i tutup usia pada akhir bulan Rajab, tepatnya pada Hari Jumat. 

 
Sebagaimana riwayat Ibn Adiy berkata, saya pernah mendengar Ali ibnu Muhammad bin Sulaiman berkata: Saya pernah bertanya kepada ar-Rabi’ tentang meninggalnya Imam Syafi’i, maka dia berkata kepadaku: Beliau meninggal pada tahun 204 pada hari terakhir Bulan Rajab yaitu hari Jum’at.” (Al-Asqalani, 1986 M: 179). 
 

Disebutkan dalam riwayat yang masyhur, bahwa Imam Syafi'i menderita sakit bawasir yang parah sehingga menimbulkan perdarahan hebat. Di tengah kondisi sakit yang parah tersebut, Beliau tetap mengajarkan ilmu dan menulis kitab.

 
Dalam kurun waktu empat tahun, ia menghabiskan waktu di Mesir untuk berkarya. Kondisi kesehatannya yang sangat buruk, ditandai dengan pendarahan hebat akibat bawasir, tidak menghalanginya untuk terus menulis. Hasilnya luar biasa, 1500 lembar tulisan telah beliau diktekan, termasuk kitab Al-Umm yang mencapai 2000 lembar, kitab As-Sunan, dan lain-lainnya. 

 
Dalam kondisi sakit yang parah akibat bawasir, Imam Asy-Syafi’i pernah mengungkapkan penyesalan mendalam, sebagaimana yang disebutkan:


"Asy-Syafi’i memang sudah menderita penyakit bawasir ini yang cukup parah hingga rusak badannya, lalu saya dengar beliau berkata: Sesungguhnya saya telah melakukan kesalahan sedang saya mengetahuinya, yakni karena meninggalkan penjagaan (preventif)." (Al-Asqalani, 1986: 177).

 
Saat mengajar, Imam  Asy-Syafi'i begitu sabar menghadapi penyakit bawasirnya yang makin parah. Bahkan, darah yang keluar akibat penyakitnya ditampung dalam wadah khusus.


Selain seorang ulama ahli fiqih, Imam Syafi'i juga ahli dalam bidang kedokteran yang dulu disebut dengan ilmu menjaga badan. Tidak hanya pengetahuan tentang ilmu kedokteran, Imam Syafi’i juga mengetahui tentang cara menjaga makan agar tetap sehat dan buah-buahan apa saja yang bermanfaat untuk kesehatan.


Imam Syafi'i juga sebagai sosok yang peduli akan kesehatan, terbukti dari nasihat-nasihatnya yang senantiasa mengingatkan pentingnya kesehatan. Dalam kitab Manaqib Asy-Syafi’i yang disusun oleh Imam Baihaqi, terkumpul berbagai nasihat-nasihat tersebut. 
Salah satu cara untuk menerapkan pola hidup sehat, Imam Syafi'i mengawali waktu makan agar bisa menjaga fisik serta menjaga hati dari keinginan terhadap makanan milik orang lain.

 
Menurut riwayat yang disampaikan oleh Imam Suyuthi, Imam Syafi’i pernah menyebutkan bahwa anggur, susu unta, dan tebu merupakan obat alami yang sangat efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit berat yang sulit diobati oleh dokter. 

 
“Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur ar-Rabi’bin Sulaiman, dia berkata bahwa dia mendengar Imam Syafi'i berkata, “Ada tiga yang merupakan obat untuk penyakit yang tidak ada obatnya dan yang menyusahkan para dokter untuk mengobatinya, yaitu anggur, susu unta, dan tebu. Jika bukan karena tebu, aku tidak akan tinggal di Mesir.” 

 
Disebutkan juga bahwa Imam Syafi'i tinggal Mesir, dengan alasan karena Kota Mesir adalah daerah yang subur dan banyak tanaman berkhasiat yang dapat digunakan untuk obat. Di tanah Mesir, anggur dan tebu tumbuh dengan sangat baik.