Hikmah

Kisah Abu Bakar Perangi Orang yang Tidak Membayar Zakat

Jumat, 21 Maret 2025 | 13:43 WIB

Kisah Abu Bakar Perangi Orang yang Tidak Membayar Zakat

Ilustrasi membayar zakat. (Foto: Freepik)

Sebagai salah satu rukun Islam, zakat memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan sosial. Namun, setelah wafatnya Rasulullah saw, muncul kelompok yang menolak kewajiban ini. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dengan kebijaksanaannya, mengambil tindakan tegas untuk menegakkan keadilan.


Melansir dari NU Online, zakat fitrah dapat menjadi alasan mengapa puasa Ramadhan diterima oleh Allah swt, sesuai dengan hadits yang disampaikan Nabi Muhammad saw.


شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلَى الله إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ


Artinya, “(Pahala puasa) pada bulan Ramadhan digantungkan antara langit dan bumi, dan tidak diangkat kepada Allah swt, kecuali dengan (menunaikan) zakat fitrah.” (HR Ibnu Syahin).


Dalam ajaran Islam, setiap Muslim diwajibkan untuk membayar zakat fitrah selama bulan Ramadhan. Kewajiban ini bersifat mutlak, sehingga mereka yang tidak melaksanakannya akan berdosa. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat peduli terhadap sesama, terutama mereka yang kurang mampu, dengan memastikan bahwa kebutuhan dasar mereka terpenuhi.


Abu Bakar ra adalah seorang sahabat yang memiliki sifat lembut, tegas dalam menentang kebatilan, dan santun dalam memperjuangkan kebenaran. Beliau mencerminkan sifat Rasulullah saw yang penyayang dan penuh kasih sayang kepada semua orang. Abu Bakar tidak pernah marah kecuali ketika ajaran Islam dihina, dan tidak pernah menyimpan dendam terhadap orang-orang yang menyakitinya.


Kepemimpinan Abu Bakar dipandang sebelah mata oleh banyak kaum Quraisy. Mereka menganggapnya lemah, yang berujung pada pengabaian tanggung jawab, khususnya kewajiban zakat. Namun, Abu Bakar tidak tinggal diam dan memiliki strategi untuk mengatasi situasi tersebut.


Sebagai langkah awal, Abu Bakar ra berusaha menasihati dan mengajak mereka untuk kembali kepada ajaran yang benar, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah. Namun, respons yang diterimanya sangat menyedihkan, karena para penentang justru mencemooh dan mengolok-oloknya.


Setelah upaya nasihat dan ajakan tidak berhasil, Abu Bakar akhirnya memutuskan untuk mengangkat senjata melawan mereka yang menolak membayar zakat. Beliau bersungguh-sungguh dalam tindakan ini, mengerahkan beberapa pasukan Muslim, termasuk Sayyidina Ali bin Abi Thalib, seperti yang dijelaskan oleh Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi.


Pada akhirnya, usaha beliau dalam melawan golongan yang menolak untuk membayar zakat membuahkan kemenangan. Dari kemenangan itu, jaringan orang-orang yang murtad dapat diputuskan, agama Islam kembali tersebar di seluruh Jazirah Arab, dan suku-suku pun patuh untuk menunaikan zakat seperti pada saat kepemimpinan Rasulullah.


Keputusan Khalifah Abu Bakar untuk memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat bukanlah keputusan yang diambil dengan tergesa-gesa. Tindakan ini diambil sebagai pilihan terakhir setelah segala upaya ajakan dan nasihat tidak lagi membuahkan hasil.


Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya zakat, termasuk zakat fitrah. Zakat bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga hak orang lain yang harus dipenuhi. Abu Bakar berusaha keras menegakkan keadilan ini untuk menyejahterakan kaum fakir miskin.


Selain kewajiban, zakat adalah wujud kasih sayang. Kasih sayang tidak selalu materi, tetapi memberi yang dibutuhkan lebih bermakna. Rasa kemanusiaan adalah inti dari zakat.