• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Selasa, 23 April 2024

Bahtsul Masail

Hukum Jenazah Muallaf Dirawat dan Dikubur dengan Tata Cara Agama Asal

Hukum Jenazah Muallaf Dirawat dan Dikubur dengan Tata Cara Agama Asal
Mengantarkan mayat ke liang lahad untuk dikubur. (Foto: Istimewa)
Mengantarkan mayat ke liang lahad untuk dikubur. (Foto: Istimewa)

Deskripsi Masalah: 

Muallaf adalah seorang yang baru memeluk Agama Islam dikarenakan mendapat hidayah dari Allah swt. Tidak jarang seorang muallaf karena membela akidah dan keyakinannya dikucilkan bahkan dimusuhi oleh keluarganya yang berbeda agama, karena banyak sanak saudara dari muallaf tersebut yang masih memegang teguh akidah agama non-Islam yang mengharapkan agar si muallaf kembali ke agama asal. Bahkan ketika si muallaf meninggal, urusan merawat jenazah dan menguburkannya pihak keluarga yang bukan Muslim bersikeras agar jenazah dirawat dan dikuburkan sesuai agama asal si muallaf.


Pertanyaan: 

Bagaimanakah hukumnya muallaf  yang meninggal dunia dan jenazahnya dirawat serta dikuburkan secara non-Islam karena permintaan pihak keluarga?


Jawaban:

Untuk memandikan dan mengkafani sudah dianggap cukup. Sedangkan menyalati dan memakamkan belum mencukupi.


Catatan:

Tercukupinya memandikan jenazah oleh orang non-Muslim dengan meratakan air suci dan menyucikan ke seluruh tubuh jenazah, karena tujuan dari memandikan sudah tercapai yaitu membersihkan tubuh jenazah. Tercukupinya mengkafani jenazah dengan tertutupnya aurat.


Belum tercukupinya menyalati jenazah karena belum ada pelaksanaan shalat jenazah.
Belum tercukupinya memakamkan jenazah karena tidak menghadapkan jenazah ke arah kiblat.


Catatan: Sesuai dengan arahan sa’il bahwa yang dikehendaki non-Muslim sebagaimana dalam deskripsi adalah agama Nasrani.

 

Referensi:


سَفِيْنَةِ النَّجَا (ص: 237)
(فصل) الَّذِي يَلْزَمُ لِلْمَيِّتِ أَرْبَعُ خِصَالٍ غُسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ


Artinya: Kewajiban terhadap orang mati ada empat, yaitu memandikan, mengkafani, menyalati dan memakamkan.


حَاشِيَتاَ قَلْيُوْبِيّ وَعُمَيْرَةَ (1/ 376)
(وَأَقَلُّ الْغُسْلِ تَعْمِيمُ بَدَنِهِ) مَرَّةً (بَعْدَ إزَالَةِ النَّجَسِ) عَنْهُ إنْ كَانَ، كَذَا فِي الرَّوْضَةِ كَأَصْلِهَا أَيْضًا فَلَا يَكْفِي لَهُمَا غَسْلَةٌ وَاحِدَةٌ، وَهُوَ مَبْنِيٌّ عَلَى مَا صَحَّحَهُ الرَّافِعِيُّ فِي الْحَيِّ أَنَّ الْغَسْلَةَ لَا تَكْفِيهِ عَنْ النَّجَسِ وَالْحَدَثِ، وَصَحَّحَ الْمُصَنِّفُ أَنَّهَا تَكْفِيهِ كَمَا تَقَدَّمَ فِي بَابِ الْغُسْلِ، وَكَأَنَّهُ تَرَكَ الِاسْتِدْرَاكَ هُنَا لِلْعِلْمِ بِهِ مِنْ هُنَاكَ (وَلَا تَجِبُ نِيَّةُ الْغَاسِلِ) أَيْ لَا تُشْتَرَطُ فِي صِحَّةِ الْغُسْلِ (فِي الْأَصَحِّ) لِأَنَّ الْقَصْدَ بِغُسْلِ الْمَيِّتِ النَّظَافَةُ، وَهِيَ لَا تَتَوَقَّفُ عَلَى نِيَّةٍ وَالثَّانِي يَجِبُ لِأَنَّهُ غُسْلٌ وَاجِبٌ كَغُسْلِ الْجَنَابَةِ فَيَنْوِي عِنْدَ إفَاضَةِ الْمَاءِ الْقَرَاحِ الْغُسْلَ الْوَاجِبَ أَوْ غُسْلَ الْمَيِّتِ ذَكَرَهُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ (فَيَكْفِي) عَلَى الْأَصَحِّ (غَرَقُهُ) عَنْ الْغُسْلِ (أَوْ غُسْلُ كَافِرٍ) لَهُ


Artinya: Paling sedikitnya memandikan orang mati dengan meratakan air pada seluruh anggota badannya satu kali setelah menghilangkan najis bila ada. Dan dalam memandikan orang mati tidak diwajibkan niat, karena tujuan memandikannya adalah membersihkan tubuh, sehingga memandikan yang dilakukan oleh orang non-Muslim dianggap cukup.


فَتْحُ الْمُعِيْنِ (1/ 91)
(وَ) ثَانِيهِمَا (تَعْمِيْمُ) ظَاهِرِ (بَدَنٍ حَتَّى) الأَظْفَارِ وَمَا تَحْتَهَا وَ (الشَّعَرِ) ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَإِنْ كَثُفَ وَمَا ظَهَرَ مِنْ نَحْوِ مَنْبَتِ شَعْرَةٍ زَالَتْ قَبْلَ غَسْلِهَا وَصَمَاخٍ وَفَرْجِ امْرَأَةٍ عِنْدَ جُلُوْسِهَا عَلَى قَدَمَيْهَا وَشُقُوْقٍ (وَبَاطِنِ جُدَرِيٍّ) اِنْفَتَحَ رَأْسُهُ لاَ بَاطِنِ قُرْحَةٍ بَرِئَتْ وَارْتَفَعَ قَشْرُهَا وَلَمْ يَظْهَرْ شَيءٌ مِمَّا تَحْتَهُ وَيَحْرُمُ فَتْقُ الْمُلْتَحِمِ .... الى ان قال .... (بِمَاءٍ طَهُوْرٍ) وَمَرَّ أَنَّهُ يَضُرُّ تَغَيُّرُ الْمَاءِ تَغَيُّرًا ضَارًّا وَلَوْ بِمَا عَلَى الْعُضْوِ خِلَافًا لِجَمْعٍ 


Artinya: Rukun mandi yang kedua adalah meratakan seluruh badan dengan menggunakan air yang suci dan menyucikan.


حَاشِيَةُ الْبُجَيْرِمِي عَلَى شَرْحِ الْمَنْهَجِ (1/ 463)
(فَصْلٌ) .فِي تَكْفِينِ الْمَيِّتِ وَحَمْلِهِ (يُكَفَّنُ) بَعْدَ غُسْلِهِ (بِمَا لَهُ لُبْسُهُ) حَيًّا مِنْ حَرِيرٍ أَوْ غَيْرِهِ فَيَحِلُّ

 تَكْفِينُ أُنْثَى بِحَرِيرٍ وَمُزَعْفَرٍ وَمُعَصْفَرٍ بِخِلَافِ الرَّجُلِ وَالْخُنْثَى إذَا وُجِدَ غَيْرُهَا
(قَوْلُهُ: بِمَا لَهُ لُبْسُهُ) أَيْ: مِمَّا يَجُوزُ لَهُ لُبْسُهُ لَا لِحَاجَةٍ فَلَا يُكَفَّنُ بِالْحَرِيرِ مَنْ لَبِسَهُ لِحَكَّةٍ أَوْ قَمْلٍ بِخِلَافِ مَنْ لَبِسَهُ لِضَرُورَةِ الْقِتَالِ كَمَا قَالَهُ شَيْخُنَا تَبَعًا لِشَيْخِهِ م ر. وَيُقَدَّمُ الْحَرِيرُ عَلَى الْجِلْدِ وَهُوَ عَلَى الْحَشِيشِ وَهُوَ عَلَى الطِّينِ، وَكُلُّ كَفَنٍ نَقَصَ عَنْ جَمِيعِ الْبَدَنِ تُمِّمَ مِمَّا بَعْدَهُ وَيُكَفَّنُ بِالنَّجِسِ بَعْدَ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ عَارِيًّا إنْ لَمْ يُوجَدْ نَحْوُ طِينٍ وَسِتْرُ التَّابُوتِ كَالتَّكْفِينِ ق ل عَلَى الْجَلَالِ وَنَقَلَ ح ل عَنْ شَيْخِهِ تَقْدِيمَ الْحِنَّاءِ الْمَعْجُونَةِ عَلَى الطِّينِ.


Artinya: Kain kafan orang mati adalah kain yang boleh ia pakai ketika ia masih hidup.


فَتْحُ الْمُعِيْنِ (ص: 215)
وَتَكْفِيْنُهُ بِسَاتِرِ عَوْرَةٍ مُخْتَلِفَةٍ بِالذُّكُوْرَةِ وَالْأُنُوْثَةِ دُوْنَ الرِّقِّ وَالْحُرِّيَّةِ فَيَجِبُ فِي الْمَرْأَةِ وَلَوْ أَمَةً مَا يَسْتُرُ غَيْرَ الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ وَفِي الرَّجُلِ مَا يَسْتُرُ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ وَالْإِكْتِفَاءُ بِسَاتِرِ الْعَوْرَةِ هُوْ مَا صَحَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِي أَكْثَرِ كُتُبِهِ وَنَقَلَهُ عَنِ الْأَكْثَرِيْنَ لِأَنَّهُ حَقٌّ للهِ تَعَالَى وَقَالَ آخَرُوْنَ يَجِبُ سَتْرُ جَمِيْعِ الْبَدَنِ وَلَوْ رَجُلًا 


Artinya: Wajib mengkafani orang mati dengan penutup aurat yang disesuaikan jenis kelaminnya baik budak maupun orang yang merdeka, maka bagi mayat perempuan wajib penutup selain wajah dan kedua telapak tangan, dan bagi mayat laki-laki wajib penutup anggota antara pusar dan lutut. Pendapat ini adalah pendapat yang ditashih oleh Imam Nawawi dalam kebanyakan kitabnya dan ia nuqil dari banyak ulama, karena merupakan hak yang berkaitan dengan Allah swt. Dan ulama yang lain berpendapat wajib menutup seluruh badan mayat meskipun mayat laki-laki.


أَسْنَى الْمَطَالِبِ فِي شَرْحِ رَوْضِ الطَّالِبِ (1/ 326)
(وَالِاسْتِقْبَالُ بِهِ) الْقِبْلَةَ (وَاجِبٌ) تَنْزِيلًا لَهُ مَنْزِلَةَ الْمُصَلِّي 


Artinya: Dalam pemakaman wajib menghadapkan orang mati kearah kiblat, karena menempatkannya seperti orang shalat.


Bahtsul Masail Terbaru