• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 28 Maret 2024

Amaliyah NU

Hukum Bancakan Mayat dengan Harta Peninggalan

Hukum Bancakan Mayat dengan Harta Peninggalan
Hukum Bancakan Mayat dengan Harta Peninggalan. (Foto: Istimewa)
Hukum Bancakan Mayat dengan Harta Peninggalan. (Foto: Istimewa)

Di suatu daerah, untuk penghormatan kepada mayat dan keinginan keluarga untuk memberikan sesuatu pada mayat di alam barzah, maka diadakanlah acara tahlil sampai tujuh hari.


Dalam acara ini pihak keluarga memberikan penghormatan kepada para tamu yang hadir dalam acara tersebut dengan aneka jamuan atau bancakan.


Dan tak jarang pihak keluarga menjual harta peninggalan seperti sapi untuk keperluan tersebut.


Meski di suatu daerah yang lain, acara tahlil dengan jamuan tersebut sudah tidak berlaku dengan dalih untuk meringankan beban keluarga yang ditinggal, justru dengan tanpa jamuan ini, masyarakat bertambah banyak untuk mengikuti acara tahlil tersebut, karena dirasa kedatangannya tidak membebani keluarga.


Pertanyaan:

Bolehkah memberi jamuan dalam acara tahlil di atas dengan modal dari penjualan harta peninggalan? 


Jawaban:

Boleh, bila :
1. Di antara ahli waris tidak ada yang berstatus mahjur alaih (orang yang dilarang melakukan tindakan ekonomi seperti anak kecil, dan seterusnya)


2. Adanya kerelaan atau kesepakatan dari ahli waris yang ada.


Bila tidak memenuhi dua hal ini, maka menjual harta peninggalan untuk keperluan di atas tidak dibenarkan.


Referensi:


اما الطعام الذي يجتمع عليه الناس ليلة دفن الميت المسمى بالوحشة فهو مكروه ما لم يكن من مال الايتام والا فيحرم
نهاية الزين ص ٢٨١


ولا يجوز ان يفعل شئ من ذلك من التركة حيث كان فيها محجور عليه مطلقا او كانوا كلهم رشداء لكن لم يرض بعضهم
الفتاوي الفقهية ج ٢ ص٧


Catatan: Menurut hemat alfaqir, mari tradisi tahlilan dan yasinan ini kita lestarikan tanpa membebani keluarga yang ditinggalkan tersebut.


Bila pihak keluarga ingin memberikan penghormatan, maka secukupnya saja, sehingga tidak memberi beban pada masyarakat yang lain di saat yang sama.


Wabillahittaufiq


Kiai M Sholeh, Tokoh Ahli Fiqih NU Jombang


Amaliyah NU Terbaru