Opini

Resolusi Jihad, Penggerak Rakyat di Pertempuran 10 November 1945

Ahad, 10 November 2024 | 10:15 WIB

Resolusi Jihad, Penggerak Rakyat di Pertempuran 10 November 1945

Ilustrasi KH Hasyim Asy'ari, pencetus Resolusi Jihad yang menggerakkan rakyat dalam pertempuran 10 November 1945. (Foto: dok NU Online)

10 November telah lama ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional. Bukan tanpa sebab, penetapan ini lantaran pada 10 November 1945 silam merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.


Dilansir dari NU Online dalam artikel yang berjudul Hari Santri dan Sejarah Resolusi Jihad NU 22 Oktober karya Patoni, momen tersebut tidak terlepas dari pencetusan Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.


Resolusi Jihad Kiai Hasyim Asy’ari saat itu berhasil menggerakkan seluruh elemen untuk bersatu dan mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda kedua yang membonceng Sekutu (Inggris).


Sebelumnya, pada 19 September 1945 telah terjadi peristiwa penyobekan bagian biru bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya. Disusul kedatangan Brigade 49 Divisi India dan Tentara Inggris yang saat itu dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby.


Pada akhir Oktober 1945, para kiai pun berkumpul, berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya di tengah memanasnya keadaan Kota Surabaya. Mereka berkomitmen untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan melahirkan Resolusi Jihad.


Di hari-hari berikutnya, Resolusi Jihad inilah yang menjadi pendorong keterlibatan santri dan jamaah NU untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945.


Beberapa hari sebelum meletusnya pertempuran 10 November 1945, terjadi juga perlawanan di beberapa titik seperti Semarang, Jatingaleh, Gombel dan Ambarawa.


Kabar pecahnya peperangan di sejumlah daerah tersebut tersiar ke Parakan. Dengan niat jihad fi sabilillah Laskar Hizbullah dan Sabilillah Parakan turut bergabung bersama pasukan lain dari seluruh daerah Kedu untuk berangkat ke medan Pertempuran di Surabaya, Semarang, dan Ambarawa.


Semangat jihad yang digelorakan oleh Kiai Hasyim Asy’ari melalui Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945 itu nyatanya memberikan dorongan yang besar untuk mempertahankan kemerdekaan dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan.


Bahkan setelah pertempuran 10 November 1945 berlalu dan berhasil mengusir penjajah dari Indonesia, resolusi Jihad NU terus digelorakan.