Daerah

Iin Inayatul Ainiyah, Perempuan Tangguh di Balik Berkembangnya BMT NU Kesamben

Kamis, 21 Agustus 2025 | 16:10 WIB

Iin Inayatul Ainiyah, Perempuan Tangguh di Balik Berkembangnya BMT NU Kesamben

Pimpinan Cabang BMT NU Jombang Cabang Kesamben, Iin Inayatul Ainiyah. (Foto: NU Online Jombang/Umi Kholifah)

NU Online Jombang,
Di balik gedung kecil yang tersembunyi di pelosok Dusun Bahudan, Desa Wuluh, berdiri sebuah kantor pelayanan lembaga keuangan syariah yang kini mengelola aset hingga Rp8 miliar rupiah. Yaitu Baitul Maal wat Tamwil Nahdlatul Ulama (BMT NU) Wilayah Kesamben, Kabupaten Jombang.


Tapi bukan hanya nominal itu yang membuatnya istimewa, melainkan kisah pemimpinnya yang tak biasa. Dialah Iin Inayatul Ainiyah, sosok srikandi yang menakhodai BMT NU Kesamben sejak 9 tahun lalu dengan segala keterbatasan.


9 tahun lalu, tak ada yang tahu bagaimana jadinya BMT NU Kesamben di masa depan. Apalagi dipimpin oleh orang yang latar belakang pendidikannya bukan dari fakultas ekonomi, tapi tarbiyah.


Namun bagi Iin, sapaannya, khidmah tak butuh gelar yang cocok. Ia percaya bahwa ketika niatnya lurus, akan selalu ada jalan.


"BMT NU Kesamben ini berdiri tanggal 20 Februari 2016 dan saat itu saya ditunjuk oleh MWCNU Kesamben untuk memimpin. Tanpa bekal ilmu ekonomi dan kantor yang kurang memadai, saya niatkan khidmah saja," kenangnya pada NU Online Jombang, Rabu (20/8/2025).


Jejak Khidmah

Iin bukan orang baru di bidang organisasi keagamaan. Sebelum dipercaya sebagai pimpinan cabang BMT NU Kesamben, ia telah aktif dalam kepengurusan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) tingkat Kecamatan Kesamben hingga Kabupaten Jombang.


Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi nakhoda Pimpinan Ranting (PR) Fatayat NU Wuluh kemudian didapuk sebagai ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Kesamben selama 2 periode, dari tahun 2014 hingga 2022.


"Kebetulan di tahun 2016 itu saat saya menjabat ketua PAC Fatayat, MWCNU memberi saya amanah untuk memimpin BMT NU Kesamben ini," ujarnya.


Meski telah memimpin BMT NU Kesamben, semangat khidmah Iin tak pernah surut. Ia tetap aktif di pucuk pimpinan PAC Fatayat hingga tahun 2022, kemudian menjadi pembina PAC Fatayat sambil terjun ke PAC Muslimat.


"Karena dari muda saya sudah terbiasa aktif di organisasi, setelah demisioner dari Fatayat itu saya lanjut ke PAC Muslimat Kesamben. Padahal saat itu usia saya masih 37 tahun," ujarnya.


Hingga saat ini, di usianya yang ke-41 tahun ia telah menjabat sebagai Wakil Sekretaris PAC Muslimat NU Kesamben.

 
​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​
Pimpinan Cabang BMT NU Jombang Cabang Kesamben, Iin Inayatul Ainiyah. (Foto: NU Online Jombang/Umi Kholifah)
​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Memimpin dari Kantor Terpencil

Kantor BMT NU Kesamben tempat Iin memimpin bukanlah bangunan megah di pinggir jalan utama. Justru letaknya agak terpencil, masuk jauh ke dalam dusun, melewati gang kecil dengan persawahan di sepanjang jalan, bahkan tidak terdeteksi di Google Maps.


Namun dari tempat yang tidak strategis itu, ia dan timnya bekerja keras membangun kepercayaan masyarakat dan membesarkan BMT NU Kesamben pelan tapi pasti.


"Saya sempat merasa putus asa dulu karena dari semua kantor cabang BMT NU Jombang, hanya cabang Kesamben yang letaknya terpencil, harus masuk ke gang kecil dan sepi dulu," ungkapnya.


Iin menyebut, kantor cabang yang ia pimpin bahkan tak memiliki ruangan dan fasilitas yang memadai kala itu. Hanya ada 1 ruang pelayanan sempit dengan 2 meja kerja yang ditata serapi mungkin dan beberapa kursi.


Titik Balik BMT NU Kesamben

Tantangan yang dihadapi Iin tak sampai di situ. Di tahun-tahun awal, kantor yang ia pimpin hanya memiliki cash on hand 11 juta rupiah ditambah skeptisisme sebagian orang terhadap lembaga keuangan yang dipimpin seorang perempuan.


BMT NU Kesamben yang saat itu hanya dikelola oleh 3 perempuan. Yaitu, Iin sendiri yang merupakan pimpinan cabang, seorang marketing dan seorang teller.


Ia bahkan sempat mendapat hinaan lantaran tidak adanya perkembangan dari kantor cabang yang ia pimpin itu. Namun itulah yang membakar semangatnya.


"Saat itu kantor ini sudah berdiri beberapa tahun, namun labanya masih segitu saja, belum lagi kantor kita yang ada di pelosok, karyawannya hanya 3 dan perempuan semua. Dengan kondisi begitu, jelas ada saja pihak yang meremehkan kita," terangnya.


"Hal itu lantas menjadi cambuk bagi saya. Saya harus membuktikan kalau BMT NU Kesamben bisa berkembang meski dengan kondisi yang serba terbatas," kisahnya mengingat masa lalu.


Tumbuh Perlahan

Tahun berikutnya, Iin dan timnya terus berbenah. Ia mencoba berbagai cara memajukan kantor yang ia pimpin, mulai dari masuk dan sosialisasi ke jamiyah hingga membuat forum sendiri.


"Di awal kita mencoba masuk dan sosialisasi ke jamiyah seperti Fatayat dan Muslimat, mengingat kita memang lahirnya dari sana jadi sekalian untuk mengeratkan hubungan," ujarnya.


Setelah memiliki sekitar 3 ribu nasabah, ia mulai merancang membuat forum yang mengumpulkan 50 nasabah di satu titik untuk menyosialisasikan agar menjadi anggota juga di BMT NU Kesamben.


Hingga kini BMT NU Kesamben berhasil membuktikan kelayakannya sebagai lembaga keuangan syariah meski berada di pesok dusun. Dari yang awalnya hanya memiliki Rp11 juta kini asetnya telah mencapai Rp8 miliar.


"Dengan aset yang kian besar ini, tentu tak lepas dari peran MWCNU beserta Banom-Banomnya, juga Nahdliyyin dan seluruh anggota BMT NU Kesamben," terangnya.


Untuk diketahui, Sisa Hasil Usaha (SHU) BMT NU Kesamben yang telah diberikan untuk MWCNU juga mengalami perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun. Di tahun buku 2022 senilai Rp9,8 juta dan meningkat di tahun buku 2023 menjadi Rp 16,6 juta.


Hingga di tahun buku 2024 kemarin, SHU untuk MWCNU mencapai Rp33 juta dan Iin optimis nominalnya akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.