Mbah Wahab di Mata Wapres KH Ma'ruf Amin: Ulama Penggerak Sejati
Senin, 16 Oktober 2023 | 20:20 WIB

Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin dalam acara Haul Akbar KH Abdul Wahab Chasbullah di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad (15/10/2023). (Foto: @kyai_marufamin)
Achmad Subakti
Kontributor
NU Online Jombang,
Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) KH Ma'ruf Amin menyebut KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan sosok faqihun (ahli fiqih dan negara), muharikun (penggerak), munadzimun (organisatoris), dan mutawarri’un (orang yang selalu berhati-hati).Â
Hal ini ia sampaikan saat menghadiri acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul ke-52 KH Abdul Wahab Chasbullah di Masjid Istiqlal Jakarta pada Ahad (15/10/2023).Â
"Beliau seorang ahli fiqih, seseorang yang mengerti hukum Islam, bukan hanya masalah-masalah ibadah, tetapi juga menyelesaikan persoalan bangsa dan negara," kata Kiai Ma'ruf.Â
Menurut Kiai Ma'ruf, salah satu bukti kefaqihan Mbah Wahab adalah ketika Mbah Wahab dan para ulama menetapkan Bung Karno sebagai Presiden yang sah karena beliau adalah waliyul amri dhoruri bissyaukah (pemimpin dalam keadaan darurat).
Kiai Ma'ruf menjelaskan, istilah faqih yang melekat pada Mbah Wahab seringkali ditafsirkan sebatas ahli fiqih. Padahal, menurutnya, Mbah Wahab memahami permasalahan-permasalahan yang tidak hanya terbatas dalam ibadah dan akhlak, tetapi juga problematika di bidang sosial, ekonomi, dan kenegaraan.
"Hal inilah yang mengokohkan Mbah Wahab sebagai pencetus solusi kebangsaan dan kenegaraan. Karena kedalaman ilmu fiqihnya, sehingga beliau dapat mengubah dalil keagamaan menjadi solusi masalah kebangsaan," ujarnya.Â
Kiai Ma'ruf melanjutkan, Mbah Wahab merupakan seorang penggerak sejati. Hal ini terlihat dalam gagasannya untuk menghidupkan pergerakan Tashwirul Afkar (1914), Nahdlatul Wathan (1916), dan Nahdlatut Tujjar (1918).Â
Oleh karenanya, Kiai Ma'ruf menyebut gerakan yang digagas oleh Mbah Wahab merupakan cerminan gerakan para ulama. Sedangkan gerakan ulama adalah gerakan islahiyah bukan gerakan mulkiyah.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menerangkan, gerakan islahiyah yang dilakukan oleh ulama adalah gerakan perbaikan, bukan gerakan mulkiyah yang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan. Para ulama tentu ingin mendapatkan ajron ajilan bukan hanya tsamroh ajilan.Â
"Bagi para ulama, kekuasaan adalah sedikit buah yang diberikan oleh Allah lebih dulu tetapi yang secara hakiki menjadi tujuan para ulama adalah ajron ajilan atau pahala itu sendiri," imbuhnya.Â
Terpopuler
1
Biografi Singkat KH Ahmad Wazir Ali, Ulama Fikih yang Mendedikasikan Hidupnya untuk Pesantren Denanyar
2
Khutbah Jumat Muharram: Saatnya Membenahi dan Meningkatkan Aktivitas Ibadah Kita
3
Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar Jombang, KH Ahmad Wazir Ali Wafat
4
PAC IPNU-IPPNU Tembelang Gelar Sekolah Organisasi, Bekali Kader Ilmu Administrasi dan Digitalisasi
5
Aksi Tari Pacu Jalur Jadi Viral ke Luar Negeri, Ini Sejarahnya
6
Gandeng Mafindo, Pergunu Jombang Gelar Kelas AI untuk Guru NU
Terkini
Lihat Semua