Fenomena Performative Male, Apa Motivasi di Balik Tren Ini?
Senin, 25 Agustus 2025 | 16:48 WIB
Syaiful Habib
Penulis
Belakangan ini, muncul sebuah fenomena baru yang ramai diperbincangkan di media sosial, yaitu Performative Male. Lantas, apa sebenarnya arti dari istilah ini?
Secara sederhana, Performative Male merujuk pada perilaku laki-laki yang membangun citra diri sebagai sosok modern dan progresif, namun lebih berorientasi pada pencitraan ketimbang perubahan yang autentik. Istilah ini juga dapat dimaknai sebagai sikap seorang pria yang berpura-pura menyukai hal-hal yang dianggap disukai oleh perempuan.
Contoh sederhananya adalah pria yang terlihat gemar dengan K-pop, menggunakan tote bag, membaca buku-buku populer, hingga minum matcha, semuanya lebih kepada upaya membentuk kesan sesuai standar perempuan masa kini.
Niat di Balik Tindakan
Pandangan terhadap performative male kerap berpusat pada niat yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Jika perbuatan baik dilakukan semata-mata untuk mendapatkan pujian atau popularitas, maka nilai moral dari perbuatan itu berkurang.
Pandangan Syariat Islam
Dalam Syariat Islam, niat dan keikhlasan adalah fondasi utama setiap amal. Ketika seseorang melakukan suatu kebaikan dengan tujuan mendapatkan pengakuan, pujian, atau popularitas, maka perbuatan tersebut bisa jatuh dalam kategori riya’.
Melansir dari NU Online, Imam Nawawi menjelaskan, "Tingkatan ikhlas yang paling tinggi adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk, di mana tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan menunaikan hak penghambaan, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta, atau hal lainnya."
Nilai Kebaikan vs Nilai Pertunjukan
Syariat Islam sangat mendorong umatnya untuk berbuat baik, baik di ruang publik maupun ketika sendirian. Membaca buku, membantu pasangan, atau berbuat kebaikan kepada sesama merupakan amal yang sangat dianjurkan. Bahkan, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW sendiri kerap membantu pekerjaan rumah tangganya.
Namun, fenomena performative male menunjukkan adanya pergeseran fokus. Dari kebaikan itu sendiri menuju pencitraan. Maka dari itu, Islam menekankan bahwa amal kebaikan hendaknya dijalankan dengan niat yang tulus, bukan sekadar demi penampilan atau pujian.
Dari kacamata syariat, fenomena performative male di media sosial mengingatkan kita bahwa setiap kebaikan yang dipertontonkan harus dibarengi dengan kesadaran dan keikhlasan. Islam mendorong umatnya untuk menjadi pribadi yang benar-benar baik, bukan hanya terlihat baik.
Terpopuler
1
Iin Inayatul Ainiyah, Perempuan Tangguh di Balik Berkembangnya BMT NU Kesamben
2
Polemik Kenaikan PBB, Anggota DPRD Jatim Ingatkan Pemerintah Kebijakan Harus Berbasis Kajian Mendalam
3
Khutbah Jumat: Renungan di Penghujung Bulan Safar, Ibadah Makin Meningkat atau Justru Masih Kosong?
4
LF PBNU Umumkan 1 Rabiul Awal 1447 H Jatuh pada Senin Besok, Mualid Nabi 2025 pada 5 September
5
IPNU-IPPNU Sambongdukuh Meriahkan HUT RI dengan Aneka Lomba
6
Saat Mbah Wahab Berusaha 'Menyuap' Mbah Bisri: Kisah 2 Ulama Jombang Seperguruan tapi Beda Sikap
Terkini
Lihat Semua