Catat! Ini Fase Gerhana Bulan Total pada 7-8 September 2025, Disunnahkan Shalat Khusuf
Sabtu, 6 September 2025 | 07:30 WIB
NU Online Jombang,
Seluruh wilayah Indonesia akan dilewati peristiwa gerhana bulan total pada Ahad (7/9/2025) malam atau bertepatan dengan 15 Rabiul Awal 1447 H. Dalam hal ini, umat Islam di seluruh Indonesia dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah gerhana bulan (khusuf al-qamar).
"Indonesia tercakup ke dalam wilayah gerhana bulan total 15 Rabi’ul Awal 1447 H ini. Sehingga gerhana dapat disaksikan dari seluruh Indonesia. Dan menjadi dasar bagi pelaksanaan ibadah shalat sunah gerhana bulan," kata KH Sirril Wafa, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), melalui siaran tertulis yang diterima NU Online pada Rabu (3/9/2025).
Shalat sunnah khusuf al-qamar ini dapat dilakukan sepanjang peristiwa gerhana terjadi, yakni sejak fase awal terjadinya gerhana hingga fase akhirnya.
Adapun jadwal fase gerhana bulan total menurut data LF PBNU adalah sebagai berikut.
- Awal fase sebagian (awal gerhana): 7 September 2025 M pukul 23:27:01 WIB
- Awal fase total: 8 September 2025 M pukul 00:30:40 WIB
- Puncak gerhana: 8 September 2025 M pukul 01:11:43 WIB
- Akhir fase total: 8 September 2025 M pukul 01:52:46 WIB
- Akhir fase sebagian (akhir gerhana): 8 September 2025 M pukul 02:56:25 WIB
- Durasi: 3 jam 29 menit 24 detik
Adapun daratan yang menjadi wilayah Gerhana Bulan Total 15 Rabi’ul Awal 1447 H ini terbagi menjadi tiga zona. Zona pertama meliputi Asia, Australia, dan Afrika bagian timur yang dapat melihat seluruh fase gerhana secara utuh. Zona kedua dapat melihat sebagian fase gerhana meliputi Afrika dan Eropa. Zona ketiga mencakup wilayah Amerika yang tidak dapat melihat seluruh fase gerhana.
"Hanya daratan benua Amerika saja yang tak menjadi bagian dari wilayah gerhana," kata ulama ahli falak asal Kudus, Jawa Tengah itu.
Kiai Sirril, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa gerhana bulan terjadi saat bumi, bulan, dan matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga dimensi dengan bumi berada di antara bulan dan matahari.
"Dalam khazanah ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi bersamaan dengan oposisi bulan-matahari (istikbal) dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya," ujarnya.
Titik nodal, jelasnya, merupakan titik potong khayali di langit tempat orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy-syams), yakni bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.
Kesejajaran tersebut berdampak pada terblokirnya pancaran sinar matahari yang menuju ke bulan oleh bumi. Karenanya, bulan purnama yang seharusnya terlihat di belahan Bumi yang mengalami malam akan menghilang dan muncul kembali.
"Maka peristiwa gerhana bulan hanya bisa terlihat di malam hari," kata dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
*Baca selengkapnya berita ini di NU Online. Klik di sini.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuan Utama Diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rahmat dan Memperbaiki Akhlak
2
PAC IPNU-IPPNU Gudo Gelar Fun Camp, Tanamkan Nilai Kemandirian dan Kebersamaan
3
Indahnya Kerukunan Umat Lintas Iman di Jombang, Beri Pesan Persatuan Lewat Ngepeh Bershalawat
4
Kepala MAU WH Tambakberas Faizun Raih Penghargaan The Best in Education and Leadership dari Award Magazine Media
5
Hanya di Era Abbasiyah Gaji Guru Setara Pejabat
6
Catat! Ini Fase Gerhana Bulan Total pada 7-8 September 2025, Disunnahkan Shalat Khusuf
Terkini
Lihat Semua