• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Senin, 29 April 2024

Nasional

Gus Yahya Ulas Sejarah Perempuan di NU: Setara dengan Laki-Laki

Gus Yahya Ulas Sejarah Perempuan di NU: Setara dengan Laki-Laki
Gus Yahya dalam Harlah Muslimat NU. (Foto: Dok. PBNU)
Gus Yahya dalam Harlah Muslimat NU. (Foto: Dok. PBNU)

NU Online Jombang,

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengulas sejarah peran penting yang dimainkan oleh perempuan pada masa-masa awal pembentukan Nahdlatul Ulama. Hal ini ia sampaikan dalam sambutannya dalam acara perayaan Harlah ke-78 Muslimat NU.

 

Dibentuk pada tahun 1926, jamiyah ini mengakui pentingnya peran Muslimah dan memperkuatnya dengan mendirikan organisasi Muslimat NU pada tahun 1946. 

 

"Delapan tahun sebelum itu, pada tahun 1938, para muassis NU memberikan tempat, panggung kepada ibu-ibu, mempersilakan Nyai Siti Syarah dan Nyai Djuaesih untuk berpidato di depan para kiai peserta Muktamar di Menes, Banten," kata Gus Yahya, sapaannya. 

 

Kata Gus Yahya, bahwa tindakan ini menunjukkan strategi yang dipikirkan dengan matang oleh muassis NU untuk memperkuat peran perempuan dalam organisasi.  

 

“Ini berarti muassis Nahdlatul Ulama sungguh berpikir dan merancang strategi untuk penguatan ibu-ibu Nahdlatul ulama,” ucapnya.

 

Gus Yahya lantas menegaskan, di bawah bendera Nahdlatul Ulama, laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan. 

 

"Tidak laki-laki, tidak perempuan, semua setara. Dan kita akan terus setara, bersama bergandengan tangan, bersaudara untuk berjuang dengan Nahdlatul Ulama, berjuang untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Gus Yahya.

 

Menurutnya, NU didirikan dengan cita-cita peradaban, dan cita-cita itu harus dimulai dengan mewujudkan negara yang kuat. Nahdlatul Ulama tahu untuk mendirikan negara yang kuat, ibu-ibu adalah kunci. Ia mengajak ibu-ibu Muslimat siap bersama-sama bergerak untuk menopang kejayaan bangsa dan negara

 

"Krena annisa imadul bilad, perempuan adalah tiang negara. Muslimat kuat, Indonesia kuat. Ibu-ibu Muslimat memperkuat Indonesia," pungkasnya. 

 

Sebagai informasi, perayaan Harlah ke-78 Muslimat NU dihadiri oleh 150 ribu jamaah dari seluruh penjuru Indonesia dan badan perwakilan luar negeri.  

 

Acara Harlah ke-78 Muslimat NU diawali dengan khataman Al-Qur’an sebanyak 2.024 kali dan ditutup dengan pembacaan doa oleh Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Habib Luthfi bin Yahya.


Editor:

Nasional Terbaru