NU Online Jombang,
Professor Dr KH Aqil Siraj menegaskan, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW bukanlah bid'ah. Memperingati kelahiran Rasulullah SAW dilakukan dengan memujinya melalui pembacaan Shalawat ini sudah terjadi sejak zaman dahulu.
"Jika ada yang menganggap haflatu maulid adalah bid'ah, dholallah maulid Nabi sesat, masuk neraka, jelas dia belum tamat ngajinya. Paling hanya masuk pesantren kilat. Sebab memuji Rasulullah SAW itu sudah terjadi sejak zaman Nabi masih hidup. Para sahabat berlomba untuk memuji Nabi," jelasnya.
KH Aqil Siradj menceritakan, pernah ada seorang sahabat penyair yang membenci Rasullullah dan menghinanya dalam bentuk syair. Namun, ketika ia berada di depan Rasulullah, dia merasa ingin bertaubat dan menetapkan Islam sebagai agamanya.
Dengan besar hati, lanjut dia, Rasul tidak hanya memaafkan Ka’ab, Rasulullah SAW bahkan membukakan burda (mantel)-nya dan diberikannya kepada Ka’ab. Kemudian, serangkum puisi indah dari Ka’ab tentang Rasulullah SAW pun diciptakan dan puisi-puisi ini hidup sampai sekarang dengan beberapa adaptasi.
"Selimut dengan motif bergaris itu hingga saat ini masih tersimpan rapih di Museum Topkapi, Istanbul, Turki," urainya.
Lebih lanjut, KH Aqil Siraj mengungkap bahwa memperingati Maulid Nabi termasuk Sunnah Taqririyah. Yaitu, perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu.
"Sunnah itu terbagi menjadi 3. Yang pertama adalah sunnah Qouliyah yang didasarkan pada perkataan Rasulullah SAW. Kemudian yang kedua adalah sunnah fi'liyah yang didasarkan pada perilaku Rasulullah SAW. Dan yang ketiga adalah sunnah taqririyah, ini adalah perilaku atau kebiasaan yang bukan dilakukan Rasulullah tetapi Rasulullah membenarkannya. Termasuk juga Maulid Nabi," jelasnya.
Ia menambahkan, Maulid Nabi boleh dikatakan Maulud atau Maulid. Kalau Maulid itu maknanya adalah kita menghormati harinya. Hari saat Rasulullah SAW dilahirkan.Â
"Sementara Maulud bisa diartikan bahwa kita menghormati bayi yang dilahirkan Sayidah Siti Aminah, yakni Nabi Muhammad SAW. Jadi boleh dikatakan Maulid ataupun Maulud sama saja," pungkasnya.
Oleh : Siswa Kelas XI IPS 3, MAN 3 Jombang (Bilqis Jauharah, Bilqis Putri, Fara Alea, Rof'ina Rosyada, Nurul Husna, Talitha Maritza, Salwa Azzahra, Zahirah Fakriah)
Terpopuler
1
UPZISNU PRNU Jombatan Beri Santunan untuk Korban Penyerangan Monyet Liar, Imbau Warga Lebih Waspada
2
4.000 Jamaah Serban Ziarah Para Wali dan Sowan Ulama, Termasuk Gus Iqdam, Berangkat dari Tebuireng
3
Santri, Nyantri, dan Tradisi Menulis
4
Ketum PBNU Ziarahi 3 Makam Muassis NU di Jombang dan Silaturahim dengan Dzurriyahnya
5
PAC IPNU-IPPNU Tembelang Gelar Sekolah Organisasi, Bekali Kader Ilmu Administrasi dan Digitalisasi
6
Benarkah Soekarno Lahir di Ploso Jombang? Berbagai Temuan Diungkap dalam FGD
Terkini
Lihat Semua