• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 27 April 2024

Daerah

Menelisik Tradisi Peringatan Maulid Nabi Ngaos Barzanji Selama 22 Hari Berturut-turut

Menelisik Tradisi Peringatan Maulid Nabi Ngaos Barzanji Selama 22 Hari Berturut-turut
Masyarakat Desa Murukan yang mengikuti perayaan maulid nabi Muhammad SAW (Foto : NU Online/ Siti Ratna Sari)
Masyarakat Desa Murukan yang mengikuti perayaan maulid nabi Muhammad SAW (Foto : NU Online/ Siti Ratna Sari)

NU Online Jombang,

"Nggih monggo... Monggo monggo."

"Monggo mlebet mawon ten ndalem tasek longgar."

"Ayo jajane jajane."

Kalimat-kalimat penuh semangat dengan nada ajakan berbahasa Jawa kental itu terus dilontarkan selama 22 hari tanpa henti.

 

Suara riuh terdengar meski acara yang sesungguhnya belum benar-benar dimulai. 

 

Jika dilihat dari kejauhan, tampak para ibu berbaris rapih menyapa setiap tamu yang hadir, tak ketinggalan para Bapak juga dalam posisi menyambut tamu sembari memberikan bungkusan plastik berisikan nasi kotak. Sementara itu, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) terlihat berbaris rapih mengontrol sekaligus mengamankan jalannya acara.

 

Ketika datang, semua tamu akan diberikan nasi kotak dan jajanan yang sudah ditempatkan dalam kantong plastik. Uniknya, semua nasi kotak dan jajanan ini bukan hanya berasal dari satu sumber saja melainkan berasal dari iuran masyarakat setempat. Setiap satu rumah, diminta untuk membawa 20 nasi kotak.

 

Ini sudah hari ke 20, namun semangat barzanji belum juga surut. Iya, hari ini adalah hari ke dua puluh masyarakat Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan barzanji. Sejak 19 hari lalu di bulan Safar hingga 2 hari ke depan menjelang 12 rabiul awal, masyarakat merayakan hari kelahiran sang Rasul. 

 

"Ngaji Mulutan (peringatan Maulid nabi. Red) di desa Murukan ini dilaksanakan pada malam hari atau ba'da isya' selama 22 hari. Acara dilakukan bertahap dengan tempat yang berbeda. Dimulai dari Masjid Roudhotul Jannah di desa Murukan kemudian dilanjutkan ke 18 mushala, Balai Desa, MAN 6 Jombang, hingga yang terakhir adalah Masjid Mojoagung," kata Anwar yang merupakan takmir Masjid Roudhotul Jannah.

 

Suara riuh berebut tempat, memilih tempat yang nyaman untuk duduk bersila sampai mempersilahkan para tamu untuk duduk langsung menyusut dan perlahan menghilang ketika pembukaan acara dilangsungkan.

 

Terdengar ayat suci Al-Qur'an mulai dibacakan. Setelahnya, barulah bacaan barzanji dikumandangkan. 

 

Dilansir dari NU Online, Al-Barzanji adalah kitab karangan “Syekh Ja’far bin Husain bin Abdul Karim al-Barzanji”. Beliau lahir di Madinah tahun 1690 M, dan wafat tahun 1766 M. Barzanji berasal dari nama suatu daerah di Kurdikistan Barzinj. 

 

Sebenarnya, kitab tersebut berjudul ‘Iqd al-jawahir (kalung permata), tapi kemudian lebih terkenal dengan sebutan al-barzanji. Kitab tersebut, menceritakan tentang sejarah Nabi Muhammad yang mencakup silsilahnya, perjalanan hidup semasa kecil, remaja, menginjak dewasa hingga diangkat menjadi Rasul. 

 

Tak cuma itu, kitab ini juga menyebutkan sifat-sifat Rasul, keistimewaan-keistimewaan dan berbagai peristiwa yang bisa dijadikan teladan bagi umat manusia. 

 

Di beberapa lokasi, ngaos berzanji ini juga menghadirkan kiai untuk memberikan mauidzah hasanah. Untuk yang satu ini, biasanya setiap lokasi memiliki kesepakatan yang berbeda, tergantung dengan kemauan masyarakat sekitarnya.

 

Tradisi Barzanji yang sudah dilakukan puluhan tahun

 

Yang istimewa lagi, tradisi perayaan Maulid Nabi ini sudah berjalan selama puluhan tahun.

 

Tradisi berkumpulnya masyarakat, dibacanya ayat suci Al-Quran, lalu kemudian dibacakannya riwayat tentang permulaan kehidupan Nabi SAW, hingga mengiringi bacaan barzanji dengan rebana adalah hal yang tadinya sudah dilakukan oleh KH Hasyim Asy'ari dan sabatnya, Mbah Dullah, yang juga merupakan sesepuh Desa Muruk, Mojoagung selama berpuluh tahun yang lalu.

 

"Ini adalah kegiatan rutin yang sudah ada sejak dulu. Sejak saya kecil ngaji mulutan ini sudah ada. Ini perlu dijaga supaya generasi penerus desa Murukan mengetahui dan melanjutkan perjuangan para ulama desa," ungkap Hj Siti Sulami, salah satu warga Desa Murukan.

 

H Abdul Qadir, salah seorang pengurus Masjid Raudhotul Jannah mengatakan, ngaji Mulutan ini sudah berjalan kurang lebih 70 tahun lamanya.

 

Awalnya ngaji Mulutan hanya dilaksanakan di Masjid dan Musollah mbah Dullah. Namun seiring berjalannya waktu, ngaji mulutan berkembang menjadi ke mushala-mushala, MAN 6 dan Balai desa.

 

Menyebarkan tradisi Barzanji untuk mendapatkan Barokah Maulid Nabi SAW

 

"Karena keikhlasan para leluhur kala itu, kegiatan ngaji Mulutan menjadi semakin besar. Dan mustamiknya pun semakin banyak. Terbukti dengan nasi kotak yang dibuat mencapai 1.000-1.200 kotak," ungkap laki-laki paruh baya yang kerap disapa H Qadir itu.

 

Satu-satunya sekolah yang menjadi tempat penyelenggaraan acara perayaan maulid Nabi SAW adalah MAN 6 Jombang. Harapannya, peserta didik MAN 6 Jombang juga mendapat keberkahan sekaligus memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.

 

Ketika kegiatan itu berlangsung, biasanya warga lingkungan masjid atau mushala yang akan berkeliling untuk menarik iuran seikhlasnya dari warga.

 

"Ya, kalau pesan leluhur itu iuran yang ditarik tadi diberikan kepada anak yatim. Tapi, karena saat ini adalah momen pembangunan masjid maka saya sarankan untuk disedekahkan ke masjid. Kalau masjidnya sudah selesai dibangun, baru diberikan ke anak yatim," ujarnya.

 

Perayaan Maulid Nabi yang dilakukan secara bertahap dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain selama hampir satu bulan lamanya ini juga sekaligus membantu dalam memperluas pandangan masyarakat tentang Islam dan NU.

 

Meski saat covid-19 bercokol kuat, acara ini tetap digelar. Hanya saja, yang diundang terbatas dan selalu mematuhi protokol kesehatan.

 

Memotivasi masyarakat untuk Syrakalan dengan undian berhadiah 

 

Dibandingkan dengan perayaan Maulid Nabi SAW di masa lampau, kali ini ada yang berbeda dari perayaan Maulid Nabi Desa Murukan. Ada undian berhadiah yang akan diberikan pada masyarakat yang hadir. 

 

Diambil dari kas mushala atau masjid yang ditempati, hadiah yang berupa TV, kipas angin, hingga kompor akan disiapkan. Ini merupakan inovasi baru untuk memotivasi masyarakat bertahan di acara barzanji hingga selesai 

 

"Kalau dulu, tidak ada kupon undian. Ini kami lakukan karena pada saat syrakalan berlangsung biasanya ibu-ibu sudah pulang terlebih dahulu, padahal syrakalan itu kan puncaknya. Kupon-kupon itu ya digunakan sebagai motivasi supaya tidak buru-buru pulang," pungkas H Qadir.

 

Kontributor : Siti Ratna Sari

Editor : Fitriana


Daerah Terbaru