Adakah Dalil Menyantuni dan Mengusap Kepala Anak Yatim di Hari Asyura? Ini Penjelasannya
Sabtu, 5 Juli 2025 | 11:59 WIB
Umi Kholifah
Penulis
Hari Asyura identik dengan tradisi menyantuni anak yatim sembari mengusap kepala mereka. Hal ini sudah menjadi tradisi masyarakat muslim di Indonesia.
Dikutip dari NU Online, tradisi tersebut berlandaskan hadist Rasulullah saw berikut:
مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً
Artinya, “Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharram, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada. Dan barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya.” [Abu Lais as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiya wal Mursalin, [Beirut, Dar Ibnu Kasir: 2000M], halaman. 331].
Hadits ini kemudian mendapat banyak kritikan dari para ulama. Ibnu al-Jauzi, seorang spesialisasi hadits palsu, menjelaskan bahwa sala satu perawinya yang bernama Habib bin Abi Habib terkenal sebagai pemalsu hadits. Ahmad bin Hanbal menilainya sebagai pendusta. Sedangkan Ibnu ‘Adi menyebutnya sebagai pemalsu hadits. (Ibnu Jauzi, al-Mawdhu’at, [Madinah, al-Maktabah as-Salafiyyah: 1386 H], jilid. 2, halaman. 203)
Kendati demikian, bukan berarti tidak boleh menyantuni anak yatim di hari Asyura. Pasalnya, banyak hadits tetang anjuran menyantuni anak yatim secara umum, meski tidak ada ketentuan waktunya. Seperti hadits berikut:
وَأَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
Artinya, “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini. Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.” (HR. Bukhari)
Dari banyaknya cara menyantuni anak yatim, sala satunya ialah dengan mengusap kepalanya. Mengusap kepala anak yatim menunjukkan rasa peduli dan kasih sayang seseorang kepada mereka. Imam al-Munawi di dalam Faidul Qadir menuliskan doa yang dianjurkan saat mengusap kepala anak yatim:
جَبرَ اللهُ يُتْمَكَ وَجَعَلَكَ خَلْفًا مِنْ أَبِيْكَ
Artinya, “Semoga Allah menutup keyatimanmu dan menjadikanmu pengganti yang baik dari ayahmu.” (al-Munawi, Faidh al-Qadir, [Mesir, al-Maktabah at-Tijariyyah al-Kubra: 1356 H], jilid. 1, halaman. 108)
Selain itu, menyantuni anak yatim juga bisa dilakukan dengan cara menjamu mereka makan di rumah. Saat menjamu mereka, dianjurkan membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فِيهِ رَحْمَةَ الْأَيْتَامِ وَ إِطْعَامَ الطَّعَامِ وَ إِفْشَاءَ السَّلامِ وَ صُحْبَةَ الْكِرَامِ بِطَوْلِكَ يَا مَلْجَأَ الْآمِلِين
Artinya, “Ya Allah, berilah aku rezeki berupa kasih sayang terhadap anak yatim dan pemberian makan dan penyebaran salam dan pergaulan dengan orang-orang mulia, dengan kemuliaan-Mu. Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang berharap.”
Doa yang disebut dalam kitab Miftah Al-Jannat fi Al-Ad’iyah wa Al-A’mal wa Al-Shalawat wa Al-Ziara ini pada dasarnya dianjurkan dibaca saat bulan Ramadhan. Namun, karena kandungan doa masih berkaitan dengan anak yatim, maka tidak ada salahnya jika dibaca saat menjamu anak yatim.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: Muharram Bulan Istimewa yang Dapat Menghapus Dosa
2
Jadwal Puasa Tasu'a dan Asyura serta Tata Cara, Juga Keutamaannya
3
Tradisi dan Tinjauan Hadits dalam Amalan 10 Muharram
4
Pengajuan Gelar Pahlawan Nasional KH M Yusuf Hasyim Masuki Tahap Verifikasi Faktual
5
Rutinan LD MWCNU Diwek Ngaji Kitab, Kali Ini Bahas Amaliah yang Kerap Disalahpahami
6
Aksi Damai Sopir Truk Berujung Penahanan, LBH Sarbumusi Desak Pembebasan
Terkini
Lihat Semua