Syariah

Ragam Jumlah Rakaat Shalat Tarawih menurut Pendapat Ulama

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:00 WIB

Ragam Jumlah Rakaat Shalat Tarawih menurut Pendapat Ulama

Ilustrasi shalat tarawih. (Foto: Freepik)

Setiap bulan Ramadhan tiba, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan shalat tarawih. Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah rakaat shalat tarawih, mulai dari 8, 20, hingga 36 rakaat. 
 

Keragaman ini muncul karena ketiadaan hadits yang secara eksplisit menjelaskan jumlah rakaat tarawih yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
 

 كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى رَمَضَانَ، فَقَالَتْ: مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ، وَلاَ فِى غَيْرِهَا عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً 
 

Artinya, “Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di bulan Ramadhan? Aisyah menjawab, “Beliau tidak pernah menambah, baik di bulan Ramadhan atau selainnya dari sebelas rakaat." (HR al-Bukhari-Muslim). 
 

Dilansir dari Ragam Pendapat Ulama soal Jumlah Rakaat Shalat Tarawih yang ditulis oleh Ustadz Husnul Haq, para ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat tarawih tersebut.


Pendapat Mayoritas (20 rakaat)
Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berpendapat bahwa shalat tarawih terdiri dari 20 rakaat, di luar shalat witir. Pendapat ini didukung oleh berbagai kitab fikih dari keempat mazhab tersebut.


Imam As-Sarakhsi dari mazhab Hanafi menyebutkan:
 

     فَإِنَّهَا عِشْرُونَ رَكْعَةً سِوَى الْوِتْرِ عِنْدِنَا 
 

Artinya, “Maka sesungguhnya shalat tarawih itu 20 rakaat, selain shalat witir, menurut pendapat kami.” (Lihat: As-Sarakhsi, Al-Mabsuth, juz 2, halaman 144). 


Selain itu, imam Ad-Dardiri dari mazhab Maliki menuturkan:


  وَالتَّرَاوِيْحُ بِرَمَضَانَ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ غَيْرِ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ 
 

Artinya, “Dan shalat Tarawih di bulan Ramadhan, yaitu 20 rakaat setelah shalat Isya', dengan salam tiap dua rakaat, di luar shalat syafa' dan witir.” (Lihat: Ad-Dardiri, Asy-Syarhu Ash-Shaghir, juz 1, halaman 404). 
 

Lebih lanjut. Imam An-Nawawi dari mazhab Syafi’i menulis:
 

  مَذْهَبُنَا أَنَّهَا عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ غَيْرِ الْوِتْرِ 
 

Artinya, “Menurut mazhab kami jumlahnya 20 rakaat dengan 10 kali salam, selain shalat witir." (Lihat An-Nawawi, Al-Majmu’, juz 3, halaman 527). 
 

Imam Ibnu Qudaman dari mazhab Hanbali menuliskan dalam kitabnya Al-Mughni:


وَقِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ عِشْرُونَ رَكْعَةً يَعْنِي صَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ وَهِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَأَوَّلُ مَنْ سَنَّهَا رَسُولُ اللهِ 
 

Artinya, “Dan qiyam bulan Ramadhan itu 20 rakaat, yaitu shalat tarawih. Hukumnya sunnah muakkadah, dan orang yang pertama kali melakukannya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (Lihat: Ibnu Qudamah, Al-Mughni, juz 1, halaman 456). 
 

Pendapat Mazhab Maliki (36 Rakaat)
Sebagian ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa tarawih itu 36 rakaat. Pendapat ini berdasarkan praktik yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf di Madinah.
 

Imam An-Nafrawi dari mazhab Maliki menyebutkan:
 

 وَكَانَ السَّلَفُ الصَّالِحُ يَقُومُونَ فِيهِ فِي الْمَسَاجِدِ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً... ثُمَّ صَلَّوْا بَعْدَ ذَلِكَ سِتًّا وَثَلَاثِينَ رَكْعَةً... وَهَذَا اخْتَارَهُ مَالِكٌ فِي الْمُدَوَّنَةِ وَاسْتَحْسَنَهُ  
 

Artinya, “Dan ulama salaf melaksanakan shalat tarawih pada bulan Ramadhan di masjid-masjid dengan 20 rakaat… Lalu setelah itu mereka shalat dengan 36 rakaat. Imam Malik memilih jumlah rakaat ini dalam kitab Al-Mudawwanah, dan menganggapnya baik.”
 

Pendapat Mazhab Hanafi (8 Rakaat)
Sebagian ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa tarawih itu 8 rakaat, berdasar pada hadits dari Aisyah tentang jumlah shalat malam Nabi.
 

Imam Al-Kamal Ibnu al-Humam dalam kitab Fathul Qadir menuliskan:


 أَنَّ قِيَامَ رَمَضَانَ سُنَّةٌ إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ فِي جَمَاعَةٍ فَعَلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ تَرَكَهُ لِعُذْرٍ... وَظَاهِرُ كَلَامِ الْمَشَايِخِ أَنَّ السُّنَّةَ عِشْرُونَ، وَمُقْتَضَى الدَّلِيلِ مَا قُلْنَا 
 
 

Artinya, “Sesungguhnya Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan hukumnya sunnah, yaitu 11 rakaat dengan witir, secara berjamaah. Hal itu dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu ditinggalkannya karena ada uzur… Dan zahir pendapat masyayikh bahwa sunnahnya 20 rakaat. Sedangkan, menurut dalil adalah apa yang kami katakan (8 rakaat tanpa witir).” (Lihat: Al-Kamal Ibnu al-Humam, Fathul Qadir, juz 2, halaman 448).  
 

Dengan demikian, perbedaan pendapat ulama mengenai jumlah rakaat shalat tarawih adalah hal yang lumrah. Mari saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut, serta fokus untuk meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadhan.