Memahami Ramadhan: Asal Usul Nama, Keutamaan, dan Konsekuensi bagi yang Meninggalkan Puasa
Ahad, 2 Maret 2025 | 15:50 WIB
Feni Kusumaningrum
Kontributor
Bulan Ramadhan, bulan ke-9 dalam kalender Islam, telah tiba. Umat Islam yang memenuhi syarat (sudah baligh, sehat, dan tidak sedang bepergian jauh lebih dari 82 km) diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh.
Asal Usul Nama Ramadhan
Melansir dari artikel NU Online yang ditulis oelh Muhammad Abror, menurut seorang ulama, Syekh Hasan bin Ahmad al-Kaff, nama "Ramadhan" diambil dari kata kata الرَّمْضَاءُ (al-ramdhâ’) yang artinya sangat panas. Dulu, saat bulan ini diberi nama, cuacanya memang sedang sangat panas. Ada juga yang bilang, "panas" di sini maksudnya adalah "pembakaran dosa", karena di bulan ini Allah banyak memberi ampunan.
Perintah Puasa Ramadhan
Sebagai bagian dari rukun Islam, puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi umat Islam. Perintah ini secara langsung disebutkan dalam Al-Qur'an, pada surat Al-Baqarah ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Rasulullah saw juga bersabda bahwa puasa Ramadhan adalah salah satu dari lima rukun Islam, yaitu tiang utama agama Islam.
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Artinya, “Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; (2) menunaikan shalat; (3) menunaikan zakat; (4) menunaikan haji ke Baitullah; dan (5) berpuasa Ramadhan” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Keutamaan Puasa Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa, dan berpuasa di bulan ini punya banyak keutamaan di antaranya:
1. Diangkatnya derajat
Salah satu hal istimewa dari puasa Ramadhan adalah peningkatan derajat seseorang di hadapan Allah. Seperti yang dijelaskan dalam hadits nabi:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ
Artinya, “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu” (HR Imam Muslim).
Menurut Syekh ‘Izuddin dalam Maqashidush Shaum menjelaskan ‘dibukanya pintu surga’ artinya pada bulan Ramadhan ada banyak amal ibadah yang menyebabkan dibukanya pintu surga.
Sementara ‘ditutuplah pintu-pintu neraka’ artinya pada bulan Ramadhan sedikit perbuatan maksiat yang menyebabkan dikuncinya pintu neraka.
Sedangkan maksud ‘setan dibelenggu’ karena saat kondisi berpuasa, setan tidak menggoda manusia untuk bermaksiat.
2. Sebagai kontrol syahwat
Salah satu keutamaan puasa adalah mampu mengontrol syahwat. Jika bisa mengontrol syahwat, setan akan kesulitan menggoda, karena godaan utama setan adalah melalui keinginan. Dengan begitu, kita juga akan terhindar dari perbuatan buruk.
Dalam kitab Ihyâ ‘Ulûmiddîn, Imam al-Ghazali menerangkan bahwa sumber utama perbuatan maksiat adalah hawa nafsu. Sementara ‘bahan bakar’ nafsu itu sendiri adalah makanan. Saat seseorang berpuasa, secara otomatis konsumsi makanan dalam tubuh berkurang. Dengan begitu, ia mampu menundukkan hawa nafsu dan mencegah diri dari perbuatan maksiat.
3. Balasan Allah yang tak terhingga
Secara umum, setiap perbuatan baik (amal ibadah) yang kita lakukan akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda, mulai dari 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, atau bahkan lebih sesuai kehendak-Nya. Namun, puasa di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri. Pahala puasa sangatlah besar, sehingga hanya Allah yang mengetahui seberapa besar pahala tersebut.
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Artinya, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya” (HR Muslim) (Hasan al-Musysyat, Is’âfu Ahlil Îmân, h. 34).
Menurut Syekh Utsman Syakir dalam dengan mengutip Abul Hasan menerangkan bahwa setiap ibadah akan dibalas surga oleh Allah. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah langsung bersua dengan Allah di akhirat nanti, tanpa ada penghalang (hijâb) apapun. Dalam klasifikasi pahala, level pahala tertinggi adalah berjumpa dengan Allah kelak. (Utsman Syakhir, Durratun Nâshihîn, h. 13).
Konsekuensi jika Meninggalkan Puasa Ramadhan
Syekh Salim bin Sumair dalam kitab Safînah an-Najâh memaparkan konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa Ramadhan, di antaranya:
- Wajib mengganti puasa (qadha) dan membayar denda (fidyah): untuk orang yang tidak berpuasa karena khawatir pada orang lain (misalnya, ibu menyusui) atau yang belum mengganti puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya.
- Wajib mengganti puasa (qadha): untuk orang sakit ayan, musafir, lupa niat, dan sebagainya.
- Wajib membayar denda (fidyah) tanpa qadha: untuk orang tua yang sudah tidak kuat berpuasa.
- Tidak wajib mengganti puasa dan membayar denda: untuk orang gila yang tidak sengaja gila.
Terpopuler
1
Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Bahrain
2
Mengenang 92 Tahun KH M Ma'shum Ali Wafat: Menyingkap Misteri Pembakaran Foto Diri
3
Bagaimana Jika Zakat Fitrah Diberikan kepada Keluarga Sendiri? Ini Penjelasannya
4
Berkah Ramadhan, Pengusaha Janggelan di Jombang Alami Kenaikan Omzet 2 Kali Lipat
5
Waktu Buka Puasa Hari Ini dan Besok Daerah Jombang Juga Banyuwangi, Ahad-Senin 23-24 Maret 2025
6
Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1446 H Digelar 29 Maret Mendatang
Terkini
Lihat Semua