Syariah

Hukum Jual Beli Sende 

Jumat, 7 Juni 2024 | 07:30 WIB

Hukum Jual Beli Sende 

Ilustrasi jual beli sende atau perjanjian. (Foto: Freepik)

Ada seorang jamaah pengajian menanyakan mengenai keabsahan jual beli sende dalam perspektif fiqih.


Jual beli sende adalah penjualan barang dengan perjanjian sebelum akad, bahwa sewaktu-waktu penjual menghendaki kembalinya barang tersebut, maka penjual akan mengembalikan uang yang sepadan yang telah diterima, setelah kedua orang ini sepakat baru kemudian terjadi akad. 


Dalam hal ini, Alfaqir menjawab bahwa jual beli sende tersebut hukumnya sah bila perjanjian yang mengikat tersebut dilakukan di luar akad sebagaimana dalam deskripsi.


Mengapa boleh? Menurut hemat Alfaqir karena untuk memenuhi kebutuhan, meski dalam hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan antarulama. 


Jawaban singkat Alfaqir ini merujuk pada rumusan hukum yang mirip disampaikan dalam Bughyahtul Mustarsyidin, sebagaimana berikut:


بيع العهدة المعروف صحيح جائز


Artinya, "Jual beli dengan perjanjian (sende) itu hukumnya sah dan boleh". 


وصورته أن يتفق المتبايعان على أن البائع متى أراد رجوع المبيع إليه أتى بمثل الثمن المعقود عليه وله أن يقيد الرجوع بمدة فليس له الفك إلا بعد مضيها ثم  بعد المواطأة يعقدان عقدا صحيحا بلا شرط إذ لو وقع شرط العهدة المذكور في صلب العقد اوبعده في زمن الخيار أفسده


Artinya, "Gambaran jual beli dengan perjanjian (sende) adalah penjual dan pembeli telah bersepakat apabila penjual sewaktu-waktu ingin menarik kembali barang yang dijual maka ia harus menyerahkan uang yang sepadan dan ia boleh membatasi untuk penarikan kembali barang yang sudah dijual dengan masa tertentu, sehingga barang tersebut tidak boleh lepas kecuali telah melewati masa itu, setelah keduanya sepakat, baru kemudian keduanya melakukan transaksi dengan transaksi yang sah tanpa ada satu syarat, sebab bila terjadi syarat di saat akad atau setelahnya di masa khiyar, maka jual beli sende tersebut dihukumi fasid (tidak sah)". 


Jadi, jual beli sende yang berhukum sah itu bila perjanjian tersebut dilakukan di luar akad.


Bila akad ini sah, maka uang dan hasil pengelolaan barang ini (seperti sawah) maka halal. Wallahu a'lam bishshawab.



*Ditulis oleh KH M Sholeh, Tokoh NU Jombang, aktif mengajar di sejumlah pondok pesantren di Jombang.