Syariah

Benarkah Makan atau Minum dengan Posisi Berdiri Makruh? Ini Penjelasannya

Selasa, 17 September 2024 | 09:23 WIB

Benarkah Makan atau Minum dengan Posisi Berdiri Makruh? Ini Penjelasannya

Ilustrasi minum dalam keadaan berdiri. (Foto: Freepik)

Hukum makan dan minum sembari berdiri kadang menjadi perbincangan di kalangan umat Islam. Sebagian menilai dilarang atau makruh, sedangkan sebagian yang lain menganggap boleh-boleh saja.


Dalam hadits Nabi riwayat Imam Ahmad dan Muslim dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memang melarang minum dalam keadaan berdiri. Redaksinya sebagaimana berikut: 


وعن أبي سعيد أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم نهى عن الشرب قائما رواه أحمد ومسلم


Artinya, “Dari Abu Said bahwa Nabi SAW melarang minum sambil berdiri,” (HR Ahmad dan Muslim).


Dalam hadits yang lain, Nabi diketahui pernah minum air zamzam dengan posisi berdiri. Nampaknya, perbincangan mengenai hukum boleh dan tidaknya minum atau makan dalam posisi berdiri bersumber dari dua hadits di atas.


Hadits yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad pernah minum air zamzam sembari berdiri diceritakan Sayyidina Ali dalam riwayat Imam Ahmad dan Bukhari. Dalam hadits itu Sayyidina Ali bahkan seolah mempraktikkan apa yang pernah dilakukan Rasulullah. Berikut ini redaksi haditsnya:


وعن الإمام علي رضي الله عنه أنه في رحبة الكوفة شرب وهو قائم قال إن ناسا يكرهون الشرب قائما وإن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم صنع مثل ما صنعت رواه أحمد والبخاري


Artinya, “Dari Imam Ali RA bahwa ia di satu lapangan di Kota Kufah meminum dalam posisi berdiri. Ia berkata, ‘Banyak orang memakruhkan minum dalam posisi berdiri. Padahal Rasulullah SAW melakukan apa yang kulakukan,’” (HR Ahmad dan Bukhari).


Memaknai dua hadits di atas yang terkesan bertentangan itu, hendaknya bersandar pada pendapat para ulama. Ustadz Alhafiz Kurniawan dalam tulisannya di NU Online berjudul Hukum Makan dan Minum sambil Berdiri, menegaskan bahwa Imam Nawawi mendalami hadits itu dengan mencari titik temu agar keduanya dapat tersampaikan kepada umat Islam dengan baik dan tetap terakomodasi menjadi sebuah dalil atau hukum. 


ولا يكره الشرب قائما وحملوا النهي الوارد على حالة السير قلت هذا الذي قاله من تأويل النهي على حالة السير قد قاله ابن قتيبة والمتولي وقد تأوله آخرون بخلاف هذا والمختار أن الشرب قائما بلا عذر خلاف الأولى للأحاديث الصريحة بالنهي عنه في صحيح مسلم وأما الحديثان الصحيحان عن علي وابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم شرب قائما فمحمولان على بيان الجواز جمعا بين الأحاديث


Artinya, “Minum sambil berdiri tidak makruh. Ulama memahami larangan itu dalam keadaan perjalanan. Menurut saya, pendapat yang dikatakan ini berdasar pada takwil larangan dalam keadaan perjalanan sebagaimana dipegang oleh Ibnu Qutaibah dan Al-Mutawalli. Ulama lain menakwil berbeda. Pendapat yang kami pilih, minum sambil berdiri tanpa uzur menyalahi yang utama berdasarkan larangan pada hadits riwayat Imam Muslim. ” (Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin, [Beirut: Al-Maktab Al-Islami, 1405 H], juz VII, halaman 340).


Mayoritas hadits menganjurkan untuk tidak makan dan minum sambil berdiri, kecuali memang ada uzur yang tidak memungkinkan untuk makan atau minum sambil duduk. Selain itu, makan dan minum sambil berdiri menyalahi keutamaan.


لا خلاف بين الفقهاء أنه يندب الْجُلُوسُ لِلأكْل وَالشُّرْبِ وَأَنَّ الشُّرْبَ قَائِمًا بِلاَ عُذْرٍ خِلاَفُ الأَوْلَى عِنْدَ جُمْهُورِ الْفُقَهَاءِ


Artinya, “Tiada khilaf di kalangan ahli fiqih bahwa seseorang dianjurkan makan dan minum sambil duduk. Tetapi minum sambil berdiri tanpa uzur menyalahi yang afdhal menurut mayoritas ulama,” (Wizaratul Awqaf was Syu`unul Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Darus Safwah: 1997 M/1417 H], cetakan I, juz XV, halaman 270-271).


Pada prinsipnya, praktik makan dan minum sambil berdiri boleh dilakukan. Hanya saja makan dan minum sambil duduk lebih utama.


ويجوز الشرب قائماً، والأفضل القعود


Artinya, “Minum sambil berdiri boleh. Tetapi afdhalnya minum dilakukan sambil duduk,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz III, halaman 536).


Dengan demikian, makan atau minum sambil berdiri hukumnya ​​​​​boleh, hanya saja bagi orang yang tidak memiliki uzur atau hajat tertentu sangat dianjurkan untuk mengejar keutamaan dengan cara makan atau minum sambil duduk.