Pagar Nusa di Perguruan Tinggi: Ikhtiar Melahirkan Pendekar Akademis
Rabu, 8 Januari 2025 | 18:05 WIB
Dunia pencak silat semakin menarik atensi publik sedari adanya kemenangan yang diraih oleh Hanifan Yudani Kusumah saat di Asian Games 2018. Santernya keberhasilan tersebut membuat Jokowi dan Prabowo Subianto saling berpelukan. Padahal dalam momen itu, keduanya masih menjadi rival politik di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Tetapi, berkat medali emas yang dibawa cabang olahraga pencak silat, keduanya pun bersatu. Tentu hal ini turut memantik semangat pendekar pencak silat lain, termasuk salah satunya Pagar Nusa.
Sebelum lebih lanjut berbincang mengenai Pagar Nusa, alangkah lebih baik sedikit mengingat jejak historisnya. Pagar Nusa lahir pada 3 Januari 1986 berlatar belakang pesantren yang mana secara struktural berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Sebuah badan otonom (banom) yang bergerak di bidang pencak silat. Adapun ketua umum pertama adalah KH Abdullah Maksum Jauhari (Gus Maksum). Seorang cucu dari pendiri Pondok Pesantren Lirboyo yaitu KH Abdul Karim (Ahmad Ali Adhim, “Gus Maksum Lirboyo: Pendekar Pagar Nusa”, Yogyakarta : Global Press, Agustus 2020).
Pendekar Pagar Nusa seakan-akan pasti diklaim berasal dari pesantren. Padahal tidak sedikit pula, Pagar Nusa berhasil membentuk jiwa pendekar yang bukan basis pesantren. Melainkan dari perguruan tinggi melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Keberadaan unit ini menjadi upaya memperlebar kaderisasi pendekar Pagar Nusa di ranah perguruan tinggi. Melihat ruang lingkup mahasiswa, jelas tantangan yang dihadapi setiap rekrutmen ialah beragamnya kegiatan mahasiswa. Sebab di perguruan tinggi, tidak hanya UKM Pagar Nusa saja, tetapi juga ada UKM pencak silat lain.
Namun mirisnya, jika sudah di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), di mana mayoritas civitas akademiknya merupakan jamaah Nahdlatul Ulama, malah tidak ada UKM Pagar Nusa. Bahkan dipersulit persoalan perizinan pendirian, administrasi dan saling lempar wewenang persetujuan. Kejanggalan proses demikian, akan terus menerus tersistematis. Manakala tidak segera ditindaklanjuti secara tegas dan dikawal sampai tuntas. Karena legalitas pendirian sangat menentukan peresmian dalam organisasi.
Permasalahan seperti itu, disebabkan masih adanya oknum birokrasi perguruan tinggi yang tidak satu frekuensi dengan masuknya UKM Pagar Nusa. Minim nalar tasamuh di internal perguruan tinggi, wacana menghalangi kebebasan akademik dan menormalisasi ketumpulan kreativitas mahasiswa. Sehingga memicu konflik horisontal (mahasiswa dengan mahasiswa) dan vertikal (mahasiswa dengan pimpinan).
Berbeda lagi, jika UKM Pagar Nusa di Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU), memang sudah wajar mudah dalam persoalan izin pendirian. Dengan begitu, sebenarnya keberadaan UKM Pagar Nusa bisa dibilang masih belum merata, baik di perguruan tinggi swasta maupun negeri. Sedangkan perguruan tinggi yang sudah memiliki UKM Pagar Nusa, getol memperbanyak prestasi dan basis pendekar. Hal inilah, kemudian rentan menimbulkan kecemburuan sosial antar pendekar sesama perguruan tinggi dan menjadi penting berdirinya UKM Pagar Nusa.
Pendekar Akademis
Adanya pencak silat di Indonesia telah membentuk karakter yang kokoh bagi pengikutnya Oleh karena itu, secara basis massa UKM Pagar Nusa berlatar belakang mahasiswa. Pastinya setiap mahasiswa mempunyai potensi yang berbeda-beda. Eksistensi UKM Pagar Nusa selama mengejar prestasi kini hanya berkutat pada ranah atlet seni dan tanding. Sementara di sisi lain, ada peluang sekaligus perlu didistribusikan melalui kemampuan akademik fakultatif seorang pendekar. Karena setiap tempat latihan mempunyai karakteristik masing-masing dalam menggembleng dan melahirkan identitas pendekar. (Tatang Muhtar, “Pencak Silat”, [Sumedang: UPI Sumedang Press, Cetakan Kedua, Maret 2020], hal. 2).
Maka sebagai ciri khas pendekar UKM Pagar Nusa dapat mengambil peran tersebut. Memfigurkan pendekar dari sisi akademis merupakan ikhtiar memperkenalkan bahwa Pagar Nusa mampu tampil di sektor perguruan tinggi. Jadi realitas pendekar tidak melulu terkesan melatih fisik saja. Terlebih pada jajaran pimpinan perguruan tinggi dari rektorat hingga dekanat diisi oleh pendekar Pagar Nusa. Penataan posisi demikian memang butuh waktu yang tidak instan dan komitmen untuk terus diupayakan. Demi dedikasi pengamalan nilai-nilai Pagar Nusa.
Senada dengan tugas pengabdian pendekar Pagar Nusa ialah membela kiai, menjaga NKRI dan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah. Menyebarnya paham Islam radikal yang semakin luas. Paling tidak andil dari pendekar Pagar Nusa dengan linear keilmuan akademisnya dapat mencegah paham tersebut.
Meskipun menurut hierarki, UKM sejajar dengan Pimpinan Ranting (PR). Sebagaimana tertuang pada Peraturan Dasar Pagar Nusa BAB VI tentang Susunan dan Hierarki Organisasi Pasal 12 ayat (8) yang berbunyi ; “Pimpinan Rayon Pagar Nusa setingkat Pimpinan Ranting berkedudukan di Pondok Pesantren, perguruan tinggi, yayasan lembaga pendidikan, masjid, perkantoran, perusahaan dan disahkan oleh Pimpinan Cabang”. Namun tingkat mayoritas pendekarnya berbeda. Artian kalau sudah berbicara basis epistemik, pendekar dari UKM barangkali lebih paham.
Apalagi dari kesekian perguruan tinggi dengan beragam jumlah mahasiswa. Apabila diperinci sesuai latar belakang jurusan dan fakultas masing-masing pendekar, UKM Pagar Nusa akan optimal. Jika setiap jurusan dan fakultas tersebar mahasiswa yang sudah ikut latihan. Kalaupun perlu pimpinan perguruan tinggi dapat diajak bergabung.
Sayangnya, perkembangan UKM Pagar Nusa butuh sejalan dengan kebijakan baik dari pimpinan pusat Pagar Nusa maupun perguruan tinggi. Oleh karena itu, faktor tersebut harapannya bisa dibahas dalam forum-forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pimpinan pusat Pagar Nusa dan perguruan tinggi. Sehingga menghasilkan solusi alternatif terhadap keberlanjutan UKM Pagar Nusa agar tidak stagnan.
Lebih lanjutnya terkait pemerataan UKM Pagar Nusa di setiap perguruan tinggi dapat terealisasi secara maksimal. Sementara untuk di sektor perguruan tinggi ada instrumen kebijakan sendiri yang bisa dilakukan. Mulai dari menjalin kerja sama jalur beasiswa atlet seni dan tanding, hingga panggilan kontribusi penulisan jurnal dan riset bagi pendekar yang kompeten di bidangnya. Sebab, atas dasar tawaran pertimbangan ini dampaknya cukup signifikan. Selain mengangkat reputasi Pagar Nusa, perguruan tinggi pun ikut merasakannya.
*Ditulis M Nur Fadli, Anggota Tetap Pagar Nusa Rayon Pesantren Yasinat, Kesilir, Wuluhan, Jember.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Rajab, Isra' Mi'raj, dan Kesungguhan Tingkatkan Kualitas Shalat
2
Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Rajab, Ini Niat dan Keutamaannya
3
Prof KH Ridwan Nasir Mustasyar PWNU Jatim Sosok Komplet, Santri, Kiai, dan Akademisi
4
Khutbah Jumat: Menembus Pintu Rahmat Allah
5
7 Amalan di Pertengahan hingga Akhir Bulan Rajab
6
Harlah Ke-8 JRA Jombang Jadi Momen Perkuat Ukhuwah Bagi Para Praktisi
Terkini
Lihat Semua