Achmad Subakti
Penulis
NU Online Jombang,
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) telah mengeluarkan data hisab menjelang awal bulan Dzulqa’dah 1446 H. Data ini tercantum dalam Surat Instruksi Rukyah Dzulqa’dah 1446 H yang diterbitkan pada Ahad (27/4/2025), untuk pelaksanaan rukyatul hilal pada hari Senin Kliwon, 29 Syawal 1446 H, bertepatan dengan 28 April 2025 Masehi di wilayah Indonesia.
Perhitungan dilakukan dari titik observasi Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, dengan koordinat 6º 11’ 25” LS dan 106º 50’ 50” BT.
Metode hisab yang digunakan adalah sistem hisab jama’i atau tahqiqy tadqiky ashri kontemporer, metode khas Nahdlatul Ulama yang menggabungkan pendekatan tradisional dan modern.
Berdasarkan hasil hisab tersebut, pada Senin Kliwon, 28 April 2025, tinggi hilal akhir Syawal tercatat sebesar 4 derajat 56 menit 18 detik, dengan elongasi 9 derajat 48 menit 34 detik. Hilal berada di atas ufuk selama 23 menit 47 detik. Sementara itu, ijtimak atau konjungsi terjadi pada Senin dini hari pukul 02.32.01 WIB.
Pada hari yang sama, titik dengan parameter hilal terkecil tercatat di Kota Merauke, Papua Selatan, dengan ketinggian hilal 3 derajat 37 menit dan elongasi hakiki sebesar 8 derajat 33 menit.
Lama hilal terlihat di sana sekitar 17 menit 61 detik. Sementara itu, Sabang, Aceh, mencatatkan tinggi hilal terbesar dengan ketinggian mencapai 6 derajat 53 menit, elongasi 10 derajat 21 menit, dan lama hilal berada di atas ufuk selama 30 menit 54 detik.
Data tersebut menunjukkan bahwa hilal sudah berada di atas ufuk dan telah memenuhi kriteria imkanur rukyah, yaitu ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi lebih dari 6,4 derajat.
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga merilis informasi prakiraan hilal untuk awal Dzulqa’dah 1446 H. Menurut BMKG, konjungsi akan terjadi pada Ahad, 27 April 2025, pukul 19.31.03 UT, atau pada Senin, 28 April 2025, pukul 02.31.03 WIB. Saat itu, bujur ekliptika Matahari dan Bulan akan berada pada posisi yang sama, yakni 37,78 derajat.
BMKG mencatat bahwa periode sinodis bulan, yakni waktu dari satu konjungsi ke konjungsi berikutnya, terhitung selama 29 hari 10 jam 13 menit. Pada 28 April 2025, waktu matahari terbenam di Indonesia bervariasi, mulai dari yang paling awal di Merauke pukul 17.30.38 WIT hingga yang paling akhir di Sabang pukul 18.45.39 WIB. Konjungsi telah terjadi sebelum matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia.
Ketinggian hilal saat matahari terbenam bervariasi antara 3 derajat 42 menit di Merauke hingga 6 derajat 82 menit di Sabang. Elongasi geosentris pada waktu tersebut berkisar antara 8,66 derajat di Merauke hingga 10,47 derajat di Sabang.
Umur Bulan di Indonesia pada saat itu berkisar dari 12,99 jam hingga 16,24 jam, dengan lama hilal di atas ufuk berkisar antara 18,23 menit hingga 33,83 menit.
BMKG juga mengingatkan adanya kemungkinan kekeliruan dalam pengamatan hilal, mengingat adanya benda-benda langit seperti Venus, Merkurius, atau bintang Sirius yang bisa saja tampak menyerupai hilal.
Namun, dipastikan bahwa pada 29 dan 30 April 2025, tidak ada objek astronomis lain yang memiliki jarak sudut lebih kecil dari 10 derajat terhadap Bulan, sehingga pengamatan hilal dapat dilakukan dengan lebih akurat.
Terpopuler
1
Bupati Abah Warsubi Resmikan Kantor BMT NU Jombang, Diberi Nama Rumah Pergerakan Ekonomi Nahdliyin
2
Khutbah Jumat: 5 Cara agar Tak Tergoda dengan Rayuan dan Tipuan Setan
3
Membangun dan Menguatkan Rumah Pergerakan Ekonomi Nahdliyin
4
Hukum Vasektomi menurut 4 Mazhab
5
Lailatul Ijtima MWCNU Diwek Sarana Pererat Tali Silaturahim, Kiai Hamdi Ajak Nahdliyin Kompak
6
Meriahkan Harlah, Ansor di Jombang Gelar Berbagai Kegiatan dan Lomba Bertajuk Santri Expo 2025
Terkini
Lihat Semua