Keislaman

Indahnya Tasawuf, Meneladani Para Sufi Sejati

Selasa, 29 Juli 2025 | 08:50 WIB

Indahnya Tasawuf, Meneladani Para Sufi Sejati

Ilustrasi Muslim berdoa di masjid. (Foto: Freepik)

Tasawuf adalah jalan yang sangat efektif untuk membangun kemesraan dengan sang pencipta dan yang diciptakan.


Tasawuf bukan soal atribut lahir atau aksesoris yang bersifat fisik, seperti rambut gimbal, pakaian kumuh, rumah reot, dan lain sebagainya.


Tapi adalah kesanggupan untuk patuh terhadap titah Tuhan, ketulusan menghias diri dengan ragam akhlak yang indah dan keberanian terhadap penerimaan kehendak Allah. 


Itu sebabnya As-Syekh Ali Almuzayyin memotret tasawuf dengan bahasa yang sangat sederhana penuh makna berikut:


التصوف الانقياد للحق


Artinya, "Tasawuf adalah kesanggupan patuh terhadap Allah". 


Jadi sufi yang sejati itu pasti kuat dalam menjaga komitmen dengan syariat, tidak lantas karena merasa pada tingkat tertentu lalu abai terhadap undang-undang yang diterbitkan langsung dari Allah itu. 


Syekh Ahmad Al-Jariri mendeskripsikan tasawuf sebagaimana berikut:


التصوف الدخول في خلق سني والخروج من كل خلق دنيء

 

Artinya, "Tasawuf adalah kesanggupan menjalani akhlak yang bernilai tinggi dan meninggalkan akhlak yang rendah (tidak terpuji)". 


Dengan demikian yang tampak dari para sufi sejati ini adalah sikap yang mempesona dan menarik, bukan sikap yang bengis tanpa toleransi sedikitpun.


Sedang Imam Ruwaim mendefinisikan tasawuf dengan kalimat:


استرسال النفس مع الله على ما يريد


Artinya, "Membiarkan diri bersama Allah sesuai kehendak-Nya".


Para sufi sejati juga mengedepankan penerimaan terhadap kehendak Allah, sehingga ada sikap toleran dan roja' (sikap penuh harapan terhadap rahmat Allah yang tak terduga).


Karenanya para sufi sejati seperti Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Tsaqofi sanggup merawat jenazah seorang mukhonnits (laki-laki yang berdandan dan bergaya perempuan) yang menurut catatan agama merupakan dosa besar.


Assyekh Ma'ruf Alkurkhi menurut cerita Syekh Ibrahim Al-Uthrusy masih sanggup mendoakan para pemabuk: "Tuhan, sebagaimana kau telah bahagiakan mereka di dunia, maka bahagiakan mereka di akhirat".


Kesanggupan para sufi sejati terhadap penerimaan para pelaku maksiat, karena penerimaan mereka ini sesungguhnya adalah penerimaan terhadap kehendak Allah. Bukan dianggap sebagai bentuk persetujuan terhadap maksiat.


 

 

*KH M Sholeh, tokoh NU Jombang, aktif mengajar di beberapa pondok pesantren di Jombang.