• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Anjuran Makan Sahur yang Penuh dengan Hikmah

Anjuran Makan Sahur yang Penuh dengan Hikmah
Ilustrasi makan sahur. (Foto: Canva)
Ilustrasi makan sahur. (Foto: Canva)

Orang yang tengah berpuasa dianjurkan melaksanakan sahur atau makan minum sebelum waktu subuh tiba. Makan sahur penting dilakukan agar lebih bertenaga saat menjalankan puasa di siang harinya. 


Sebagian orang kadang menganggap bahwa yang tidak makan sahur adalah orang yang hebat dan patut diapresiasi karena kuat menjalankan berpuasa hingga maghrib, dapat menahan lapar, dan dahaga seharian penuh. 


Namun, dalam ajaran Islam tidak dengan demikian. Justru, orang yang makan sahur itu berarti sudah melaksanakan anjuran dari Rasulullah saw, sebagaimana dalam haditsnya berikut ini:


, عن أنس رضي الله عنه قال صلى الله عليه و سلم: "تسحروا فإن في السحور بركة" (رواه الشيخان


Artinya, "Diriwayatkan dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda, “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu mengandung keberkahan.” (HR Syaikhani).


Dari pemaparan hadits di atas, orang yang sahur akan mendapatkan keberkahan daripada orang yang tidak sahur. Lalu seperti apakah bentuk keberkahan tersebut?


Syekh Hasan al-Masyath dalam kitab Is’afu Ahl al-Iman bi Wadza’if Ramadhan (hal. 59-69) memaparkan secara logis dan sistematis terkait hikmah di balik kesunnahan sahur. Sebagaimana hadits di atas yang dimaksud dari memperoleh keberkahan sahur. 


Hadits yang lain menjelaskan bahwa, makan sahur lebih dianjurkan dilakukan dalam penghujung malam saat menjelang imsak.


Rasulullah saw telah menganjurkan umat Islam untuk sahur ketika hendak berpuasa. Hal tersebut sebagai bentuk kesunnahan. Jika dahulu Rasulullah tidak sahur, umat Islam pun akan menganggap bahwa tidak sahur merupakan hal yang sunnah. Akan tetapi, Rasulullah paham bahwa sahur adalah bentuk kasih sayang kepada umatnya, sehingga ia melaksankannya dan dianjurkan bagi orang yang akan menjalankan ibadah puasa. 


Sahur akan menjadikan orang yang berpuasa memiliki tenaga untuk beraktivitas dan beribadah dengan semangat pada siang hari. Dalam bulan suci Ramadhan jangan sampai tubuh menjadi lemas dan sedikit dalam menjalankan ibadah disebabkan tidak sahur di malam harinya, itu akan sia-sia.


Lalu apa alasan dianjurkannya mengakhirkan sahur? Mengapa tidak dilakukan di tengah malam saja. Waktu tengah malam adalah waktu di mana kebanyakan orang sedang tidur pulas. Jika sahur dianjurkan saat itu, dikhawatirkan akan sedikit orang yang mampu menjalankan sahur, karena akan merasa sangat mengantuk. 


Alasan yang lain dari dianjurkannya sahur diakhirkan adalah setelah selesai sahur sembari menunggu waktu subuh tiba, orang-orang bisa beribadah. Misalnya dengan shalat-shalat sunnah, membaca ayat suci Al-Qur’an, serta berdzikir kepada Allah atau ibadah yang lainnya.


Dianjurkannya sahur di akhir waktunya merupakan upaya agar umat Islam bisa dengan leluasa beribadah di waktu sepertiga malam yang penuh dengan keistimewaan. Hal tersebut juga waktu yang istimewa untuk bermunajat kepada Allah swt, terlebih dalam meraih malam Lailatul Qadar (malam yang lebih baik dari seribu bulan).


Imam Bukhari dalam kitab Shahih menulis satu bab khusus yang menerangkan mengenai orang yang sahur dan orang yang tidak tidur sampai tiba waktu shalat subuh. Berkaitan dengan hal tersebut ada hadits yang mengisahkan Sahl bin Sa’d yang berbunyi;


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ عَنْ أَخِيهِ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ يَقُولُ كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي   أَهْلِي ثُمَّ يَكُونُ سُرْعَةٌ بِي أَنْ أُدْرِكَ صَلَاةَ الْفَجْرِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Artinya, "Telah menceritakan kepada kami, Isma'il bin Abu Uwais, dari Saudaranya, dari Sulaiman, dari Abu Hazm, bahwa dia mendengar Sahl bin Sa'd berkata, "Suatu kali aku pernah makan sahur bersama keluargaku, kemudian aku bersegera agar dapat melaksanakan shalat Subuh bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."


Alasan dari mengapa orang yang sahur akan memperoleh keberkahan adalah setiap makanan sahur tidak akan dihisab oleh swt. Dalam aturan yang berlaku, setiap apa yang kita makan akan dihisab oleh Allah, namun tidak dengan makanan sahur. Hal tersebut tercantum dalam hadits Nabi sebagai berikut:


ثلاثة لا يحاسب عليها العبد أكلة السحر وما أفطر عليه والأكل مع الإخوان


Artinya, “Ada tiga hal (makanan) di mana seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah swt, yaitu makanan sahur, makanan saat berbuka puasa, dan makanan yang dinikmati bersama saudara-saudara yang lain.” 


Sahur juga merupakan pembeda antara umat Muslim dengan Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw,


فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر


Artinya, “Yang membedakan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur”.


Dari hadits di atas Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan sebagai berikut.


معناه الفارق والمميز بين صيامنا وصيامهم السحور فإنهم لا يتسحرون ونحن يستحب لنا السحور


Artinya, “Maknanya, yang menjadi pembeda dan keistimewaan antara puasa kita dan puasa mereka (Yahudi dan Nasrani) adalah sahur. Karena sesungguhnya mereka tidak sahur, sedangkan kita disunahkan untuk sahur.” (Syarah Muslim Imam Nawawi, juz 7, hal. 207)


Dari penjelasan anjuran sahur untuk orang hendak berpuasa di atas, kita bisa mengetahui bahwa ajaran Islam memperhatikan secara detail apa yang umat Islam hendak lakukan. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang menanamkan rahmat atau kasih sayang bagi pemeluknya. 


Apa saja ajaran dalam Islam, pasti ada tujuan yang agung di dalamnya. Sahur bukanlah perkara urusan perut saja. Tersimpan dalam banyak hikmah di dalamnya dan tujuan yang dapat dirasakan. 

 
*Artikel ini diambil dari tulisan NU Online berjudul Hikmah di Balik Anjuran Makan Sahur


Hikmah Terbaru