• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Trensains, Ide Besar KH Solahuddin Wahid Mengembalikan Kejayaan Islam (Bagian IV)

Trensains, Ide Besar KH Solahuddin Wahid Mengembalikan Kejayaan Islam (Bagian IV)
Santri SMA Trensains Tebuireng (Foto : NU Online/Arif Fachrudin Achmad
Santri SMA Trensains Tebuireng (Foto : NU Online/Arif Fachrudin Achmad

NU Online Jombang,

Islam memiliki pengaruh yang luar biasa dalam bidang sains. Ahli sejarah menyebut, Islam memiliki peradaban gemilang yang dikenal dengan the golden age (masa keemasan Islam) dalam bidang sains dan teknologi.

 

Sebut saja al-Khawarizmi, sang penemu angka nol dan al-goritma yang menulis buku al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Kompendium tentang Hitung al-Jabar dan Persamaan) di tahun 850 M. Atau dalam Fisika, kita mengenal Ibnu Haitsam/al-Hazen di tahun 1039 M yang meneliti optika dan menuliskannya dalam Kitab al-Manazir (Kamus Optika) sebanyak 7 jilid yang membantah teori Aristoteles serta Ptolemaeus yang akhirnya juga mempengaruhi temuan Keppler, Roger Bacon dan Leonardo Da Vinci belakangan.

 

Sayangnya hal tersebut makin tenggelam. Tokoh-tokoh ilmuwan Islam justru tenggelam digantikan tokoh barat yang muncul sesudahnya.

 

Melihat fenomena ini, KH Sholahuddin Wahid yang saat itu menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang merasa ingin kembali mengulang kejayaan itu dengan membuat Pesantren Sains, atau lebih dikenal dengan Trensains.

 

Ide Gus Sholah Mengembalikan Kejayaan Islam Melalui Sains

Penggagas berdirinya SMA Trensains adalah Almarhum KH Sholahudin Wahid. Ia ingin membangkitkan kembali kejayaan Islam.

 

Awalnya, pria yang lebih akrab disapa Gus Sholah ini membaca buku Nalar Ayat-ayat Semesta (NAS) dan Ayat-ayat Semesta (AS) karangan Profesor Agus Purwanto. Dalam buku ini terdapat 800 ayat kauniah yang menjelaskan tentang sains keislaman.

 

"Setelah membaca buku tersebut, Gus Sholah ingin sekali membuat unit pendidikan yang bisa membangkitkan kembali kejayaan Islam. Dari situlah kemudian pertemuan Gus Sholah dan Pak agus bermula," ujar Ainur Rofiq, Kepala SMA Trensains Tebuireng saat ini.

 

Di tahun 2011, ide untuk membuat sekolah pun dimulai. Berbagai pembicaraan tentang pendirian sekolah, konsep hingga kurikulumnya mulai dibahas. Bahkan, Gus Sholah sudah merencanakan akan memulai sekolah di tahun 2013.

 

"Nah waktu itu, tahun 2012, kami sebagai calon guru dan calon tenaga administrasi dikumpulkan dan diberi buku NAS dan AS karya Profesor Agus untuk ditelaah. Kami mencoba untuk menelaah dan memahami kemauan Profesor Agus dan Gus Sholah. Saya masih ingat sekali, waktu itu Gus Sholah mengajak saya untuk bertemu dengan Profesor Agus di RM Agis Surabaya. Kami berbincang tentang konsep sekolah yang diharapkan," lanjut Rofiq.

 

Rofiq akhirnya paham. Trensains yang ingin didirikan harus berada level SMA. Ide besarnya adalah, umat Islam sekarang ini sangat tertinggal dalam dunia sains, padahal Islam tadinya merupakan produsen tokoh scientist besar. Harapannya, dengan mendirikan SMA ini, kejayaan Islam akan kembali. Bahwa pesantren ini akan melahirkan scientist muslim yang tidak hanya cakap melainkan juga berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadits.

 

Baca juga: Upaya Pondok Pesantren Menjawab Tantangan Zaman (Bagian I)

 

Mulai Bergerak, Membuat Kurikulum Semesta dengan Bantuan Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

 

Di tahun 2013 Trensains yang digadang siap menerima siswa nyatanya belum berdiri. Karena masih tarik ulur persoalan tanah yang akan digunakan.

 

Ketika itu ada tanah wakaf dengan dua lokasi. Yang pertama ada di Jombok, perbatasan antara Jombang dengan Kediri. Yang satu lagi ada di Kesamben. Gus Sholah memilih lokasi di Kesamben. Sedangkan Profesor Agus menghendaki untuk menggunakan tanah yang di Jombok.

 

"Alasan profesor Agus ketika itu masuk akal. Lokasi di Jombok cukup dingin. Sehingga lebih massif dan efektif dijadikan tempat belajar. Selain itu, lokasinya cukup strategis karena letaknya yang berada di dekat jalur lintas provinsi akan lebih memudahkan untuk mendapat akses transportasi," jelas Rofiq.

 

Menurut Rofiq, karena alasan tersebut akhirnya Gus Sholah pun setuju Trensains mulai dibangun di Jombok.

 

Sekolah belum lagi berdiri, tapi calon guru sudah diberikan pokok-pokok bahan ajar yang nantinya bisa diberikan pada santri Trensains berdasarkan ayat-ayat kauniah yang terdapat pada buku NAS dan AS. 

 

Baik itu mengenai astronominya atau fisika teorinya, calon-calon guru diminta untuk menerapkan semua itu dalam kurikulum.

 

"Pada tahap ini kami kesusahan. karena kami belum memahami sama sekali. Akhirnya, untuk bisa menerjemahkan maksud Profesor Agus dan keinginan Gus Sholah diimplementasikan ke dalam kurikulum ajar, kami meminta bantuan ke Unesa, yang memahami metodologi pembuatan kurikulum dan pedagoginya. Gurunya nanti disuruh apa dan bagaimana? Kompetensinya apa yang diharapkan? Sehingga disitu kami mendirikan SMA yang mempunyai kompetensi dasar dari dinas pendidikan, tetapi juga mempunyai kompetensi yang diharapkan oleh Prof Agus dan Gus Sholah," terangnya.

 

Pada akhirnya, kurikulum ada yang diadaptasikan dan ada pula yang dipadatkan. Untuk membuat kompetensi baru, semua ayat semesta yang ada di Matematika, Biologi, Fisika dan kimia dicari dan disatukan.

 

Menurut Rofiq, Profesor Yuwono, Dekan Fakultas MIPA Unesa selalu mendampingi dalam pengerjaan kurikulum Semesta.

 

Secara umum, kurikulum semesta adalah bentuk unifikasi dari kurikulum nasional, internasional (perluasan), dan kurikulum Muatan Kearifan  Pesantren Sains (MPKPS).

 

Mata pelajarannya disusun berdasarkan kompetensi kearifan Pesantren Sains yang terlembagakan dalam mata pelajaran astrofisika, filsafat sains, PAI (ulumul qur'an, tafsir), dan ALS (Al Qur’an dan Sains). 

 

"Jadi, kurikulum nasional kita pakai, bukan dikurangi, tapi ditambahi. Sehingga, terbentuklah mata pelajaran untuk mencapai kompetensi itu. Kalau tidak ada di kurikulum nasional, ya kita masukkan. Seperti misalnya Filsafat ilmu, tidak mungkin ada di mapel SMA. Santri Trensains mendapat mata pelajaran itu. Astronomi, juga tidak ada di kurikulum nasional. Disini ada, karena diharapkan peserta didik memahami alam semesta secara baik. Maka, ada mata pelajaran astro fisika dan ilmu Falaq. Jadi metode ruqyah anak-anak disini sudah memahami semua," jelasnya. 

 

Selain itu, dalam memahami ayat-ayat Al Qur’an dan hadits, santri juga diberikan kompetensi tentang ilmu balaghah. 

 

"Di tahun 2013 itu semua guru dilatih untuk memahami kurikulum semesta ini dengan baik. Semua dibantu full pengerjaannya dengan Fakultas MIPA Unesa," paparnya.

 

Seluruh tenaga pendidik Trensains mendapatkan bimbingan langsung dari konsultan ahli bidang kurikulum SMA Trensains Tebuireng, Profesor Dr H Suyono (Guru besar bidang miskonsepsi pembelajaran Universitas Negeri Surabaya), serta arahan langsung dari Mudir bidang pendidikan dan penjamin mutu pendidikan pesantren Tebuireng. 

 

- Bersambung


Editor:

Daerah Terbaru