• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Minggu, 28 April 2024

Amaliyah NU

Persiapkan Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab, Faedahnya Uang Tak Kunjung Habis

Persiapkan Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab, Faedahnya Uang Tak Kunjung Habis
Ilustrasi seseorang sedang membaca amalan atau dzikir. (Foto: Freepik)
Ilustrasi seseorang sedang membaca amalan atau dzikir. (Foto: Freepik)

Banyak amalan penting untuk dilakukan umat Islam di bulan Rajab. Di antaranya seperti bersedekah, silaturahim, berpuasa, menyantuni anak yatim, memperbanyak shalawat, meningkatkan bacaan istighfar, membaca dzikir dan doa bulan Rajab, dan seterusnya. Aneka kebaikan dan ibadah itu penting dikerjakan secara istikamah di bulan Rajab sebagai bagian dari wujud memuliakan bulan Allah swt. Karena Rajab sendiri dikenal dalam Islam sebagai syahrullah (bulan Allah). 


Dari sejumlah amalan yang disebutkan di atas, terdapat satu amalan yang juga penting untuk dikerjakan. Amalan ini hanya ada pada satu momentum di bulan Rajab. Yakni amalan pada Jumat terakhir bulan Rajab. Amalan ini dipercayai sebagai bagian dari ikhtiar agar uang yang dimiliki tidak kunjung habis. 


Amalan itu juga telah banyak diijazahkan oleh habaib dan kiai, termasuk Sulthanul Ulama dari Yaman, al-Mukarram al-Syekh al-Habib Salim bin Abdullah al-Syathiri. Amalannya sebagai berikut: 


 أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ


Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh

 

Artinya, “Ahmad utusan Allah, Muhammad utusan Allah.”


Cara mengamalkan

Amalan ini dibaca saat khatib menyampaikan khutbah kedua sebanyak 35 kali. Di antara keutamaannya adalah agar di sepanjang tahun uang di tangan kita tidak habis untuk memenuhi segala kebutuhan. Amalan ini telah dicoba oleh banyak orang dan berhasil.


Al-Habib Ali bin Hasan Baharun menulis keterangan dari gurunya, al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith sebagai berikut:


فَائِدَةٌ لِإِبْقَاءِ الدُّرَيْهِمَاتِ فِيْ جَمِيْعِ السَّنَةِ الْإِتْيَانُ بِهَذَا الذِّكْرِ خَمْس وثلاثيْن مرّة فِيْ آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَجَبَ حَالَ الْخُطْبَةِ الثَّانِيَةِ، وَهُوَ أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله، وَقَدْ جَرَّبَهُ الْكَثِيْرُ وَصَحَّ عِنْدَهُمْ


Artinya, “Faidah. Agar uang tak kunjung habis di sepanjang tahun (dianjurkan) membaca amalan ini sebanyak 35 kali di akhir Jumat bulan Rajab saat khutbah kedua, yaitu ‘Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh’. Amalan ini telah dicoba oleh banyak orang dan terbukti berhasil.” (al-Habib Ali bin Hasan Baharun, al-Fawaid al-Mukhtarah, hal. 445).


Umat Islam tentu sudah terbiasa membaca atau melakukan amalan-amalan untuk suatu tujuan agar diterima oleh Allah swt. Inti dari pentingnya amalan adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dan dalam rangka meneruskan jejak perilaku para ulama terdahulu.


Bulan Rajab menjadi kesempatan besar bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Di samping dengan sejumlah amalan yang telah diulas sebelumnya, hal yang tak kalah penting adalah tidak menzalmi diri sendiri di bulan Rajab. Bulan Rajab adalah empat dari bulan yang sangat dimuliakan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharrram, dan Rajab). Oleh karenanya, nilai kemulian itu harus dijaga, tidak terkotori oleh perbuatan-perbuatan tak terpuji.


Dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 36 disebutkan: 


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ


Artinya, "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu." (Surat At-Taubah ayat: 36).


Imam Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi (wafat 516 H), yang memiliki gelar muhyis sunah (penghidup sunah), dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan larangan Allah kepada manusia untuk tidak menzalimi diri sendiri pada ayat di atas, adalah dengan tidak merusak kemuliaan bulan haram dengan melakukan maksiat, dan meninggalkan taat. Hal ini tidak lain karena semua nilai pekerjaan pada bulan ini dilipatgandakan oleh Allah swt:

 
 العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَالظُّلْمُ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهُنَّ


 Artinya, "Amal salih lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab). Sedangkan zalim pada bulan tersebut (juga) lebih besar dari zalim di dalam bulan-bulan selainnya." (Imam al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an, [Beirut, Darul Ihya’ at-Turats, cetakan keempat: 1417 H/1997 M], juz IV, halaman: 44).


*Tulisan ini diambil dan diolah dari artikel NU Online berjudul Amalan pada Jumat Terakhir Bulan Rajab


Editor:

Amaliyah NU Terbaru