• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Senin, 29 April 2024

Amaliyah NU

Ini Sejumlah Doa Nabi Muhammad di Dalam Al-Qur’an

Ini Sejumlah Doa Nabi Muhammad di Dalam Al-Qur’an
Ilustrasi seseorang sedang berdoa. (Foto: Freepik)
Ilustrasi seseorang sedang berdoa. (Foto: Freepik)

Redaksi doa Rasulullah saw banyak ditemui di dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah merupakan doa yang mengandung makna “jawamial-kalim” (komprehensif; ringkas, dan penuh makna). Karenanya, umat Islam juga tak sedikit dalam memanjatkan doa menggunakan diksi-diksi yang sama, sebagaimana doa Rasulullah saw di masa hidupnya. Hal ini sebagai bentuk mengikuti sunnah dan petunjuk Rasulullah.


Berdoa adalah wujud untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Sekaligus sebagai penegasan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia tak bisa memastikan harapan-harapannya dapat diwujudkan tanpa ada kehendak atau campur 'tangan' Allah swt. Adapun doa yang paling baik adalah doa sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.


Doa-doa yang dibacakan oleh Nabi Muhammad saw dam Al-Qur’an dapat dijumpai atas perintah Tuhan-nya. Redaksi doa ini bernarasi perintah (قل) “bacalah” yang mengindikasikan bahwa redaksi doa yang tersebut merupakan wahyu dari Allah swt.


Berikut ini adalah doa-doa Nabi Muhammad saw, yang berasal dari Al-Qur’an:


Pertama, tercantum dalam surat surat al-Mu’minun ayat 97-98:


 رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِۙ، وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ


Artinya, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan” (QS al-Mu’minun: 97-98). 


Sayyid al-Thanthawi, dalam tafsir al-Wasith-nya berkomentar tentang doa-doa di atas (8-9) bahwa di dalam doa tersebut terdapat ajaran kepada orang-orang mukmin, petunjuk untuk selalu berlindung kepada Allah swt, agar terjaga dari bisikan-bisikan setan. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith, 10: 62).


Kedua, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 94: 


 رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِيْ فِى الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ


Artinya, “Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang-orang dhalim” (QS al-Mukminun: 94).


Ketiga, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 118: 


 رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ


Artinya, “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik” (QS al-Mu’minun: 118).


Keempat, tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 201:


 رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ


Artinya, “Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kenaikan di akhirat, dan lindungilah kamu dari azab neraka” (QS al-Baqarah: 201). 


Ulama sepakat bahwa doa ini mengandung “jawamial-kalim”. Di samping itu, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa doa ini paling sering dibaca oleh Nabi Muhammad saw.


وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهَيْبٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دَعْوَةٍ يَدْعُو بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : "اللَّهُمَّ ربَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وقنا عذاب النار


Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Ismail bin Ibrahim menceritakan dari Abdul Aziz bin Shuhaib, dari sahabat Anas, dia berkata: doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Nabi adalah doa di atas.  


Selain itu, doa ini juga dapat digunakan sebagai terapi pengobatan bagi penyakit yang diderita seseorang. Suatu ketika, Nabi mengunjungi orang sakit., kemudian menanyakan kepadanya tentang doa yang dia minta kepada Allah. Laki-laki itu menjawab bahwa dia memohon kepada Allah, jikalau harus mendapatkan siksa di akhirat, maka dia berharap agar siksa tersebut disegerakan di dunia saja. Nabi pun menimpali dengan membaca tasbih seraya berkata: “Kamu tidak akan mampu (memikul derita di dunia), sebaiknya panjatkan saja doa ini:   


ربَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وقنا عذاب النار
   

Maka laki-laki tersebut mengamalkan doa ini, dan dengan izin Allah penyakitnya dapat sembuh. (Tafsir Ibnu Katsir/1/ 559).


Kelima, tercantum dalam surat Az-Zumar ayat 46:


 اللّٰهُمَّ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ عٰلِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ اَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْ مَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ


Artinya, “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan” (QS Az-Zumar: 46).  


Syekh Sayyid al-Thanthawi, mantan grand Syekh al-Azhar, mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari ayat ini adalah menghibur Nabi Muhammad saw, dari apa yang dilakukan oleh kaum musyrik kepadanya, sebagai penjagaan dari tipu daya kaum musyrik, sebagai ajaran kepada hamba-hamba-Nya atas wajibnya berlindung kepada Allah Swt agar terhindar dari tipu daya musuh-musuh mereka. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith: 232).


Ayat ini merupakan permohonan yang tidak ditolak oleh Allah swt. Sa’ad bin Jubair mengatakan: "Sungguh aku mengetahui bahwa tidaklah seorang hamba membaca ayat ini, kemudian meminta kepada Allah (yang dia inginkan) kecuali Allah mengabulkannya”.


Ayat ini juga bisa dibaca ketika mendengar pertikaian yang mengakibatkan kematian, seperti kasus Sayyidina Husain dengan Yazid bin Muawiyah. Diriwayatkan bahwa ketika berita terbunuhnya al-Husain bin Abi Thalib sampai kepada al-Rabi’ bin Khaitsam, beliau membaca doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, VX: 265).


Keenam, tercantum dalam surat Ali Imran ayat 26-27:


اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ


Artinya, “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (Ali Imran:27)


Redaksi doa ini, menurut Imam Ath-Thabarani, menggunakan asma’ Allah yang agung. Jika digunakan untuk bermunajat maka keinginan orang yang berdoa akan terkabul (Tafsir Ibnu Katsir, II: 30).  


Ketujuh, tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 111: 


 الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا


Artinya, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya” (QS Al-Isra': 111). 


Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw, mengajarkan ayat ini kepada keluarganya, baik kepada anak kecil maupun yang dewasa. Bahkan, menurutnya, Nabi menamakan ayat ini dengan ayat al-Izz (ayat kemuliaan).


Dinyatakan pula, bahwa sebagian atsar menyebutkan jika ayat ini dibaca pada malam hari di sebuah rumah, maka rumah tersebut tidak akan disatroni pencuri atau terjadi kecelakaan di dalamnya. (Tafsir Ibnu Katsir: 131).


*Tulisan ini diambil dan diolah dari artikel NU Online berjudul Doa-Doa Nabi Muhammad yang Termaktub dalam Al-Qur’an (1)


Editor:

Amaliyah NU Terbaru