Syariah

Wudhu dan Kebersihan: Memahami Hubungan Fisik dan Spiritual

Kamis, 7 November 2024 | 19:46 WIB

Wudhu dan Kebersihan: Memahami Hubungan Fisik dan Spiritual

Ilustrasi seseorang berwudhu. (Foto: Freepik)

Di dalam ajaran Islam kebersihan dan kesucian memiliki tempat yang istimewa. Dikenal dengan istilah "thaharah", kebersihan sejatinya bukan hanya persoalan fisik, tetapi juga mencakup dimensi spiritual. Islam sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian. Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa kebersihan adalah bagian dari keimanan.


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا. (رواه مسلم)


Artinya, “Rasulullah saw. bersabda, “Kesucian itu sebagian dari iman, Alhamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah walhamdulillah memenuhi ruang antara langit dan bumi, salat itu cahaya, sedekah itu bukti nyata, sabar itu pelita, Al-Qur’an itu hujjah (yang membela atau menghujat). Setiap manusia bekerja sampai ada yang menjual dirinya, hingga ia jadi merdeka atau jadi celaka.” (HR. Muslim)


Dalam konteks ini, wudhu bukan sekadar ritual sebagai prasyarat salat atau ibadah yang lainnya, lebih dari itu wudhu sebagai bentuk nyata dari manifestasi kebersihan yang menyeluruh.


Praktik wudhu sebagai bentuk kebersihan fisik tentu terlihat jelas dari tata cara atau rukun-rukunnya, dari mulai membersihkan wajah, tangan, kepala hingga kaki dengan air. Namun, lebih dari sekadar kebersihan fisik, wudhu juga berfungsi membersihkan jiwa.


Saat berwudhu, seorang Muslim dianjurkan untuk merenungi makna spiritual di balik praktik wudhu, karena dengan berwudhu bisa menjadi sebab diangkatnya derajat seorang Muslim di sisi Allah hingga membersihkan dirinya dari dosa-dosa kecil.


Makna-makna spiritual tersebut dapat kita lihat pada sabda Nabi Muhammad SAW sebagai hikmah dan keutamaan di balik praktik wudhu.


Dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa dengan berwudhu dapat mengangkat derajat dan menghapus dosa seseorang orang. Hal ini tentu dengan catatan wudhu tersebut ditunaikan dengan sempurna. Suatu ketika, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat:


ألا أدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الخَطَايَا وَ يَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا: بَلَى يا رَسُول اللهِ. قَالَ: إسْبَاغُ الوُضُوءِ عَلَى المَكَارِهِ وَ كَثْرَةُ الخُطَا إلَى المَسَاجِدِ وَ انْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ فذَلِكُمُ الرِّبَاطُ. (رواه مسلِم)


Artinya, “Maukah kalian aku tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa derajat?” Para sahabat menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau lalu bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi seperti terlampau dingin dan sebagainya, banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang dapat disebut ribath, itulah yang disebut ribath – perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan.” (HR. Muslim)


Bahkan berkat wudhu, dosa dari setiap anggota tubuh yang dibasuh akan berjatuhan bersama jatuhnya air wudhu. Sehingga ketika seorang Muslim berwudhu dengan memenuhi rukun-rukunnya menjadikan sebab untuk diampuni dosa-dosanya. Demikian seperti yang digambarkan dalam hadis berikut:


إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ - أَوِ الْمُؤْمِنُ - فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ -، فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ -، فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ. (رواه مسلم)


Artinya, “Jika seorang Muslim atau Mukmin berwudhu dan membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya itu semua dosa kesalahan yang dilihat dengan matanya; keluar (hapus, jatuh) bersama air (wudhu yang digunakannya) atau keluar (jatuh, hapus) bersama tetesan air yang terakhir. Jika ia membasuh dua tangannya maka hapuslah dari dua tangannya itu semua dosa kesalahan yang diperbuat dengan tangannya itu, hapus bersama air yang digunakannya atau hapus bersama tetesannya yang terakhir. Jika ia membasuh dua belah kakinya maka hapuslah dosa kesalahan yang dijalani dengan dua kakinya itu, atau hapus bersama tetesan air yang terakhir. Dengan demikian ia setelah berwudhu akan menjadi orang yang suci bersih dari berbagai dosa.” (HR. Muslim)


Di samping itu, terang dan gelapnya wajah seorang hamba kelak di hari akhir, salah satunya dipengaruhi oleh kebiasaan wudhunya ketika di dunia. Dari bekas-bekas wudhu itu akan memancarkan cahaya yang amat putih. Sehingga Rasulullah SAW pun sangat menganjurkan untuk melebihkan anggota tubuh yang dibasuh dari yang diwajibkan. Hal yang demikian itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Nu'aim ibn Abdullah dari Abu Hurairah.


إِنَّ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ هِيَ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. (رواه مسلم)


Artinya, "Sesungguhnya umatku pada hari Kiamat adalah al-ghurr dan al-muhajjalun karena bekas wudhu. Siapa saja yang mampu memanjangkan ghurr-nya maka lakukanlah!." (HR. Muslim)


Lebih istimewa lagi, ketika seseorang berwudhu dengan sempurna kemudian membaca doa yang setelah wudhu, maka ia diperkenankan untuk memasuki surga dari pintu manapun yang ia kehendaki. 


مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ - أَوْ فَيُسْبِغُ - الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ. (رواه مسلم)


Artinya, "Tiada seorangpun dari engkau semua yang berwudhu lalu ia menyampaikan yakni menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan:


أَشْهدُ أَنْ لا إِله إِلاَّ اللَّه وحْدَه لا شَريكَ لهُ، وأَشْهدُ أَنَّ مُحمَّدً عبْدُهُ وَرسُولُه


Melainkan dibukakanlah untuknya pintu syurga yang delapan buah banyaknya. la diperbolehkan masuk dari pintu manapun juga yang dikehendaki olehnya." (HR. Muslim)


Dengan demikian kebersihan dalam Islam bukan hanya soal membersihkan fisik, tetapi juga cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Wudhu mengajarkan kita bahwa setiap tindakan membersihkan diri adalah kesempatan untuk merenungkan kondisi spiritual kita. 


Sehingga, menjaga kebersihan menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang Muslim dan manifestasi nyata dari keimanan yang kuat. Dengan demikian, wudhu menghubungkan kebersihan fisik dan spiritual dalam satu kesatuan yang harmonis, menjadikannya ritual penting dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.

 


*Muhammad Rizky Fadillah, Alumni Ma'had Aly Tebuireng, Jombang.