• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 19 April 2024

Opini

Fiqih Thaharah: Egoisme di Toilet

Fiqih Thaharah: Egoisme di Toilet
Ilustrasi (nu.or.id)
Ilustrasi (nu.or.id)

Oleh: Moh Makmun*

Seringkali saya menjumpai dan mengalami sendiri, ketika masuk ke toilet umum baik di toilet masjid, SPBU, terminal, stasiun, bandara atau lainnya aroma tak sedap mengganggu hidung saya. Padahal air yang tersedia cukup banyak untuk mengguyur dan menyiram air kencing maupun BAB. Seringkali saya mau kencing harus menyiram dulu karena tak kuat dengan bau yang ada.

Inilah yang namanya egoisme di toilet. Mereka hanya merasa sudah mengeluarkan hajatnya ya sudah langsung keluar tanpa memperhatikan kebersihan dan kebauan yang ditimbulkan oleh air kencingnya maupun BAB nya.

Apakah salah? 

Bukan masalah salah dan benar, tapi ini masalah etika dan keberadaban seseorang dalam toilet. Orang yang tidak bersih berarti dia tidak beretika dan tidak beradab, layaknya hewan yang habis kencing maupun BAB tidak disiram tidak dibersihkan.

Selain itu, orang yang tidak bersih selesai buang air kencing maupun juga BAB akan mendapatkan dosa karena:
1. dia mengganggu pengguna toilet lainnya. Artinya dia telah mendhalimi pengguna toilet lainnya.

2. Mengganggu pemilik toilet umum tersebut, karena pemilik menyediakan toilet agar digunakan sebagaimana mestinya dan dijaga sebaik mungkin oleh pengguna toilet. 

3. Menyengsarakan orang yang bertugas membersihkan toilet.

Mana dasarnya kok bisa dibilang dosa? 

Dasar Al-Qur'an dan hadis yang menjelaskan tersebut memang tidak ada, tapi ada larangan kita menyakiti dan mendhalimi orang lain. Larangan mendhalimi orang lain dasarnya banyak sekali. Dan kaidah fiqih maupun kaidah Ushul juga ada, seperti لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ (Tidak boleh berbuat dharar, begitu pula tidak pula berbuat dhirar.)

اَلضَّرَرُ يُدْفَعُ عَلَى قَدرِ الْإِمْكَانِ
(kemudharatan dihilangkan semaksimal mungkin meskipun tidak seluruhnya hilang)

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ
(Menghilangkan kemudharatan itu lebih didahulukan daripada Mengambil sebuah kemaslahatan.)

Intinya, selesai kencing dan BAB siramlah yang bersih sampai bau yang ditimbulkan tidak mengganggu orang lain.

Mari jangan egois di toilet dan jangan kemproh.

*Penulis adalah dosen pascasarjana Unipdu Jombang, Ketua PC LTMNU Jombang 


Editor:

Opini Terbaru