Pandangan Ulama tentang Malam Nisfu Sya'ban dan Menghidupkannya
Rabu, 12 Februari 2025 | 09:00 WIB
Feni Kusumaningrum
Kontributor
Sya'ban berasal dari kata syi'ab yang berarti jalan di atas gunung. Makna ini berkaitan dengan posisi bulan Sya'ban yang mendahului bulan Ramadhan. Bulan Sya'ban menjadi simbol yang tepat untuk memulai perjalanan kebaikan secara lebih intensif, sebagai persiapan menyambut bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan.
Salah satu malam istimewa di bulan Sya'ban adalah malam Nisfu Sya'ban. Secara harfiyah, istilah Nisfu Sya'ban memiliki arti malam pertengahan bulan Sya'ban, atau yang lebih tepatnya pada tanggal 15 di bulan Sya'ban. Para ulama salaf sangat memperhatikan bulan ini dengan berbagai ibadah, terutama pada malam Nisfu Sya'ban tersebut.
Melansir dari NU Online tulisan Syaifullah Amin, dijelaskan bahwa malaikat Raqib dan Atid menyerahkan laporan amalan manusia kepada Allah swt pada malam Nisfu Sya'ban. Pada malam itu juga, catatan amalan yang baru akan mulai dicatat.
Imam Ghazali menyebut malam Nisfu Sya'ban sebagai malam yang istimewa, penuh dengan syafaat atau pertolongan dari Allah swt. Menurutnya, pada malam ke-13 bulan Sya'ban, Allah memberikan tiga macam syafaat kepada hamba-Nya. Kemudian, pada malam ke-14, Allah melimpahkan seluruh syafaat tersebut secara sempurna.
Oleh karena itu, pada malam Nisfu Sya'ban, yaitu malam ke-15, umat Islam memiliki kesempatan besar untuk meraih banyak kebaikan sebagai penutup catatan amal mereka selama setahun. Hal ini dikarenakan pada malam ke-15 bulan Sya'ban, catatan amal manusia selama setahun akan diangkat ke hadapan Allah swt.Â
Selain itu, para ulama menyatakan bahwa malam Nisfu Sya'ban juga dikenal sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, di mana Allah swt melimpahkan ampunan-Nya kepada seluruh makhluk di bumi, terutama bagi hamba-Nya yang saleh.
Dengan demikian, bulan Sya'ban adalah waktu yang tepat bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan, dengan meningkatkan keimanan dan berdoa dengan sungguh-sungguh.
Â
Mengenai bagaimana dan seperti apa memperlakukan atau memperingati malam Nisfu Sya'ban dengan amalan-amalan, para ulama di Syam memiliki pandangan yang berbeda. Berikut dua pandangan yang ada:
- Disunnahkan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban secara jamaah di masjid. Di malam itu, Khalid bin Ma'dan dan Lukman bin Amir melakukan i'tikaf di masjid. Mereka berpakaian mewah dan memenuhi ruangan dengan aroma dupa yang harum. Ishaq bin Rahawaih setuju dengan tindakan mereka dan tidak menyalahkannya. Menurutnya, menghidupkan malam Nisfu Sya'ban di masjid-masjid secara berjamaah bukanlah bid'ah. Pendapat ini tercatat dalam kitab Masa'il oleh Harb Al-Karmani.
- Pendapat selanjutnya, dimakruhkan berkumpul di dalam masjid-masjid untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan shalat, berdoa dan menyampaikaan kisah-kisah teladan, namun tidak dimakruhkan shalat sendiri untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Ini adalah pendapat Imam Al-Auza'i, seorang imam, ahli fiqih dan alimnya negeri Syam. (Al-Qasthalani, Al-Mawahib Al-Laduniyah, juz III, halaman 301).
Terkait dengan pelaksanaan malam Nisfu Sya'ban di atas, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ulama, menganjurkan untuk menghidupkan malam tersebut secara bersama-sama. Namun, ada pula ulama yang tidak menganjurkannya. Meskipun demikian, jika dilakukan sendiri-sendiri, maka tidak ada larangan atau kemakruhan dalam melakukannya.
Terpopuler
1
Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Bahrain
2
Bagaimana Jika Zakat Fitrah Diberikan kepada Keluarga Sendiri? Ini Penjelasannya
3
Setelah Kalahkan Bahrain, Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026 Masih Terbuka
4
Berkah Ramadhan, Pengusaha Janggelan di Jombang Alami Kenaikan Omzet 2 Kali Lipat
5
Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1446 H Digelar 29 Maret Mendatang
6
Waktu Buka Puasa Hari Ini dan Besok Daerah Jombang Juga Tulungagung, Rabu-Kamis 26-27 Maret 2025
Terkini
Lihat Semua