• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Selasa, 19 Maret 2024

Opini

Kiai Nashir Itu Bukan Kiai Politik, tapi Paham Politik

Kiai Nashir Itu Bukan Kiai Politik, tapi Paham Politik
KH Abdul Nashir Fattah. (Foto: Istimewa)
KH Abdul Nashir Fattah. (Foto: Istimewa)

Kami membuat tulisan ini untuk memberikan gambaran tentang KH Abdul Nashir Fattah, Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, yang saat ini dipercaya menjadi mandataris Rais Syuriah PCNU Jombang hasil Konferensi Nahdlatul Ulama Jombang tahun 2022. Tentu, tulisan ini sejauh yang kami ketahui selaku murid dan santri beliau. 


Tulisan ini sebagai upaya kami untuk memberikan gambaran tentang Kiai Nashir yang mungkin banyak disalahpahami sebagian orang. Terutama dalam konteks pelaksanaan Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama Jombang tahun 2022, serta selaku Rais Syuriah PCNU Jombang dalam beberapa periode belakangan. Setelah menuliskan ini, kami izin ke beliau untuk mendesiminasi tulisan ini.


Tulisan ini kami beri judul seperti di atas, karena sebagian orang beranggapan bahwa, Kiai Nashir adalah Kiai ahli fiqih an-sich, yang tidak mengerti kecuali tentang hukum-hukum fiqih atau terkait dengan bidang-bidang keilmuan pondok pesantren. Bahkan ada yang menganggap Kiai Nashir adalah Kiai Fiqih yang hanya tahu hukum syariat secara hitam putih.


Kiai Nashir adalah kiai yang memiliki penguasaan ilmu-ilmu turats pondok pesantren, terutama tentang hukum-hukum fiqih, memang iya. Banyak kiai dan ulama yang sudah mengakui hal tersebut. Hal ini karena Kiai Nashir semenjak masih sangat belia sudah dididik tentang ilmu-ilmu turats pondok pesantren di bawah bimbingan dan pengajaran langsung kakak ipar beliau, KH AM Sahal Mahfudz Kajen Pati, Jawa Tengah, dan mengaji langsung ke Syech Ismail dan Sayyid Muhammad Bin Alawi di Makkah. Bahkan dalam beberapa kesempatan, almaghfurlah KH Djamaluddin Ahmad, jika ada yang bertanya tentang hukum-hukum fiqih kepada beliau, selalu menyarankan untuk menemui Kiai Nashir. Intinya keilmuan Kiai Nashir dalam bidang ilmu-ilmu turats pondok pesantren tidak diragukan lagi. 


Namun, yang banyak orang tidak tahu adalah Kiai Nashir juga memiliki prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan besar dalam mengelola dan memajukan organisasi dan masyarakat. Kiai Nashir sendiri mengakui bahwa, beliau tidak pernah megikuti oragnisasi ketika dalam masa-masa belajar. Beliau memulai terlibat dalam mengelola organisasi adalah ketika diberi tanggung jawab mengelola madrasah dan pondok pesantren. Juga Ketika mulai dipercaya sebagai Rais PCNU Jombang di awal tahun 2000-an.


Dari pengalaman mengelola lembaga dan organisasi ini, dengan disertai tanggung jawab yang besar, beliau belajar bagaimana seharusnya mengelola sebuah organisasi yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Di NU Jombang sendiri, banyak keputusan-keputusan penting yang dibuat Kiai Nashir, baik dalam perencanaan program, rekrutmen maupun penyikapan terhadap kondisi politik lokal Jombang yang pada akhirnya bisa menyelamatkan dan memajukan NU Jombang, dengan menata organisasi NU Jombang dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya oraganisasi. Tidak asal grudak-gruduk, sebagaimana yang sering beliau sampaikan.


Secara teknis manajerial organisasi, Kiai Nashir memang tidak menguasai penuh. Sebagaimana yang sering beliau sampaikan dalam berbagai kesempatan. Tapi gagasan dasar memajukan organiasai berasal dari beliau. Salah satu contoh gagasan dasar dan besar dari beliau, yang mungkin agak mengejutkan bagi kami generasi yang lebih muda, adalah: NU berpolitik tidak masalah, tetapi harus politik yang betul-betul berangkat dari bawah. Beliau menyebut politik keumatan. Politik yang berangkat dari pengorganiasian di level masyarakat yang paling bawah, yang tentu harus dilakukan dengan pendampingan dan pendidikan politik dari level yang paling bawah dalam rentang waktu yang tentunya tidak singkat dan dilakukan sehari-hari. Kalau di NU misalnya dilakukan di Anak Ranting atau Ranting. Bukan politik lima tahunan, yang bemodalkan uang untuk membeli suara dengan janji-janji, yang selanjutnya bisa dipastikan tidak sesuai dengan janji-janji, sebagaimana yang jamak diketahui. Gagasan ini tentu mengejutkan, jika berasal dari seorang kiai yang selama ini hanya dikenal ahli fiqih. 

 
Dari sisi yang lain, dalam manajemen rekrutmen orang. Kiai Nashir selalu berpegangan untuk memilih orang yang mau bekerja dan mampu. Merekrut orang yang mau bekerja, memiliki tempat yang penting bagi beliau, selanjutnya adalah juga memiliki kemampuan. Tetapi kemampuan bisa dilatihkan. Sehingga dalam satu periode kepengurusan PCNU Jombang, Kiai Nashir tidak segan-segan merekrut orang-orang yang tidak dikenal, tetapi bagi beliau memiliki kemauan dan kemampuan. Tentu ada resikonya ketika menjalankan rekrutmen dengan model seperti ini, tapi dalam jangka waktu panjang akan terlihat baik. Hal ini sudah terbukti. Tentu semuanya masih belum terlihat sempurna. 


Yang perlu diketahui juga, Kiai Nashir memang bukan Kiai yang terjun ke dunia politik praktis, tetapi Kiai Nashir paham betul langkah-langkah politik, baik yang beliau ambil maupun yang orang atau organisasi lain ambil. Ketajaman dalam melihat ini, kami tahu sendiri dan melihat sendiri dalam berbagai kasus. Bagaimana beliau bisa melihat gelagat politik yang tidak baik. Bukan tidak baik bagi diri beliau, tetapi bagi organisasi/jamiyah. Ketajaman ini tentu tidak langsung jadi, tetapi berangkat dari pengalaman beliau yang panjang dalam menghadapi berbagai macam kasus. Banyak orang yang tidak tahu tentang hal ini, sekali lagi, karena menganggap Kiai Nashir adalah Kiai Fiqih “yang salaf”, tidak mengerti politik dan hanya melulu mengajar ngaji.    


Ada juga yang beranggapan bahwa, selama ini Kiai Nashir hanya dijadikan tameng untuk kepentingan kami-kami. Perlu diketahui juga, Kiai Nashir bukanlah tipe orang yang mudah diombang-ambing dan dikendalikan orang lain. Mungkin dalam hal ini mewarisi kakek beliau, KH Bisri Syansuri. Beliau adalah seorang yang teliti dan teguh dalam pendirian, tapi luwes dalam membuat keputusan. Justru kami-kami yang dibimbing beliau dalam membuat rencana dan menjalankan kegiatan.


Kiai Nashir memang bukan kiai yang ahli ceramah. Beliau sendiri mengakui, kelemahan beliau adalah tidak bisa pidato. Bahkan jarang sekali dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan beliau berbicara atau memimpin rapat, apalagi berpidato secara berapi-api dalam memberikan motivasi. Beliau akan berbicara ketika ada sesuatu yang penting, atau ketika mengeluarkan gagasan. Itupun singkat dan to the point. Kamilah yang akan menerjemahkan gagasan-gagasan beliau yang besar ke dalam langkah-langkah teknis dan riil untuk bisa dijalankan.


Sejak Muktamar NU di Makasar tahun 2010, bahkan sejak di arena Konferwil Jawa Timur sebelum pelaksanaan Muktamar NU Makasar, beliau selalu resah. Resah melihat pemilihan pemimpinan tertinggi di NU, baik ketua maupun rais yang tidak sesuai harapan, dan diwarnai dengan praktik yang kurang baik. Ini nyata, dan selalu terjadi dengan bumbu-bumbu tim sukses dan lain-lain. Keresahan atas tradisi yang kurang baik ini, beliau upayakan untuk diselesaikan dengan sebisa-bisanya.


Gagasan untuk menyelesaikan ini, menjelang Muktamar di Makasar beliau mengusulkan melalui PWNU Jatim, bahwa pemilihan Rais 'Aam dipilih Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA), tapi masih belum bisa diterima. Namun di Muktamar Jombang 2015, gagasan AHWA sudah dijadikan sebagai sistem pemilihan Rais 'Aam, yang selanjutnya diikuti oleh tingkat organisasi di bawahnya.


Terakhir, setelah beliau mengikuti jalannya Muktamar NU di Bandar Lampung 2021, yang menurut beliau pemilihan ketua masih diwarnai dengan praktik-praktik kurang etis. Karena itu beliau mengusulkan agar ketua dipilih melalui musyawarah mufakat yang juga sesuai dengan AD/ART. Dalam Konfercab NU Jombang Juni 2022, gagasan ini telah dilaksanakan dengan baik, dengan prosedur yang dibuat oleh panitia Konfercab NU Jombang 2022. Pemilihan ketua, dengan musywarah mufakat, betul-betul terlaksana dengan adem dan bersih. PWNU Jatim yang mengawal proses pemilihan tersebut juga mengatakan sah dan baik. Meskipun selanjutnya dianulir oleh PBNU.


Demikianlah sekilas tentang Kiai Nashir, yang belum banyak orang yang tahu. Tulisan ini juga mungkin belum bisa menggambarkan tentang beliau secara keseluruhan. Namun melalui tulisan ini, kami berharap beberapa pihak bisa mengetahui tentang Kiai Nashir.


*Musa, salah satu santri KH Abd Nashir Fattah


Opini Terbaru