• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Selasa, 23 April 2024

Opini

Islam Semakin Berkibar

Islam Semakin Berkibar
Foto istimewa
Foto istimewa

Setelah mendapat perintah berdakwah secara terang-terangan, maka baginda Rasul Muhammad Saw melakukannya tanpa mengenal lelah. Siang dan malam terus tanpa henti mengajak semua masyarakat untuk memeluk agama Islam, meninggalkan sesembahan yang tidak mempunyai arti apa-apa, yang tidak memberikan manfaat apa-apa dan juga tidak akan menimpakan madlarat apa-apa, baik disembah maupun tidak disembah.

Semakin hari semakin banyak pula orang-orang yang memeluk agama Islam, mulai dari masyarakat kebanyakan, baik pria maupun wanita, sampai orang-orang terpandang disaat itu, seperti Hamzah bin Abdil Muththalib dan Umar bin Khaththab juga memeluk agama Islam tiga tahun setelah perintah dakwah secara terang-terangan. Dengan semakin bertambahnya tokoh-tokoh terkemuka yang memeluk agama Islam, maka agama Islam semakin berkibar, semakin dikenal dimana-mana, didunia Arab saat itu.

Seiring dengan itu semua, teror, rintangan, ancaman, caci makian dan lain sebagainya semakin bertambah gencar dan menguat. Namun demikian, Agama Islam yang didakwahkan baginda Rasul Saw bukannya semakin mengecil dan meredup, justeru sebaliknya, semakin berkibar, dikenal dan mendapatkan banyak simpati dari masyarakat diluar kota Makkah. 

Melihat kenyataan yang demikian ini. Mengetahui perkembangan Islam yang semakin diterima oleh masyarakat Makkah, bahkan meluas keluar Makkah, maka hal ini membuat pembesar-pembesar Quraisy semakin takut, semakin gelisah, semakin meningkat kemarahannya dst. Karenanya, mereka selalu berembuk, selalu membuat rakayasa-rekayasa baru, selalu membuat rencana-rencana baru dst. Pada akhirnya, diantara langkah-langkah yang hendak dilakukan adalah mendesak, mengancam dan memaksa pamanda baginda Rasul Saw, Abu Thalib. Meskipun ia tetap dalam kekufurannya, namun ia tetap membela dan melindungi baginda Rasul Saw dari kaum musyrikin.

Suatu saat, orang-orang Quraisy datang menemui Abu Thalib untuk diajak barteran. Mereka datang dengan membawa seorang pemuda yang paling kuat, seorang pemuda yang paling gagah dan seorang pemuda yang paling tampan. Lalu mereka datang menemui Abu Thalib seraya berkata: 

“Wahai Abu Thalib, inilah Umarah bin Walid, ia seorang pemuda yang palig kuat, paling gagah dan paling tampan dari pemuda-pemuda Quraisy. Ambillah dia, jadikan dia sebagai anakmu dan serahkan keponakannmu ini (baginda Rasul Saw) kepada kami. Keponakanmu ini telah menyimpang dari agamamu dan agamanya nenek muyangmu. Dia telah membuat kaummu bercerai berai. Dia telah membodoh-bohkan mereka. Karenanya, (serahkan dia kepada kami), lalu dia akan kami bunuh”. 
    
Mendengar tawaran yang demikian ini, Abu Thalib menjawabnya dengan tegas: “Demi Allah, sungguh amat jeleknya yang kalian tawarkan ini. Kalian menyerahkannya (Umarah bin Walid) kepadaku untuk diasuh, sedangkan keponakanku kalian minta untuk dibunuh. Ingat, demi Allah, hal ini tidak akan terjadi untuk selamanya”.
     
Gagal lagi dan gagal lagi usaha mereka membendung dakwah baginda Rasul Saw. Namun hal ini tidak membuat mereka patah semangat, justeru sebaliknya, mereka selalu dan terus menerus mencari cara-cara baru untuk membendungnya. Diantara langkah-langkah yang hendak mereka lakukan bisa kita simak dari penjelasan dibawah ini:
     

Adalah Walid bin Mughirah al Makhzumi, salah satu dari tokoh dan yang dituakan oleh orang-orang kafir Makkah saat itu. Pendapatnya sangat diperhitungkan oleh mereka. Suatu saat dia berkumpul dengan orang-orang Quraisy, lalu ia berkata: 
     

“Sebentar lagi, orang-orang Arab dari segala penjuru akan datang dan berkumpul disini, pada musim ini. Mereka telah mendengar tentang Muhammad. Karenanya, kalian harus mempunyai pandangan yang sama. Jangan ada perbedaan diantara kalian, sehingga salah satu dari kalian nanti akan mendustakan yang lainnya”. 

Mereka berpendapat: “Muhammad adalah KAAHIN, tukang TENUNG”. “Dia bukan KAAHIN. Sungguh dia bukan KAAHIN. Aku betul-betul mengetahui apa itu yang disebut TENUNG yang sebenarnya”, sanggah Walid bin Mughirah.

Lalu mereka berpendapat lagi: “Muhammad adalah MAJNUN, orang GILA”. “Dia bukan MAJNUN. Sungguh dia bukan MAJNUN. Aku mengerti betul, apa itu yang dinamakan JUNUN, GILA yang sebenarnya”, sanggah Walid bin Mughirah lagi.
     
Mereka mengajukan pendapat lagi: “Muhammad adalah SYAA’IR, ahli Syi’ir”. “Dia bukan SYAA’IR. Sungguh dia bukan AHLI SYI’IR. Aku mengerti, siapa itu AHLI SYI’IR dan apa itu SYI’IR yang sebenarnya”, jawab Walid bin Mughirah.
    
Kemudian orang-orang Quraisy bertanya kepada Walid bin Mighirah: “Lalu, menurut kamu bagaimana?”. Walid bin Mughirah menjawab dan menjelaskan: “Yang paling dekat (memper) adalah kalian katakan atau sifatkan kepadanya, bahwa Mugammad adalah SAAHIR, dia membawa/menyampaikan ucapan (al Quran) yang mana ucapan itu sebenarnya adalah SIHIR. Ucapan itu begitu manis membuat orang terpesona. Ucapan itu bisa memisahkan antara anak dan kedua orang tuanya, suami dan isterinya bahkan antara seseorang dengan keluarganya”.
     
Kemudian, ketika waktunya telah tiba, orang-orang arab dari segala penjuru telah berdatangan, lalu mereka berpencaran. Setiap orang yang mereka temui selalu diingatkan dan ditakut-takuti dengan bahayanya Muhammad. Mereka menjelaskan panjang lebar, sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka, tentang siapa itu Muhammad. Tentang apa saja yang dilakukan oleh Muhammad. Tentang apa dan siapa yang terpengaruh oleh ajakan Muhammad dan seterusnya hingga pada akhirnya, dengan apa yang mereka lakukan, justeru agama Islam semakin berkibar dan terkenal didunia Arab, karena berita itu mereka bawa pulang ke negaranya atau daerahnya masing-masing dan menjadi pembicaraan diantara mereka. 

Wallahu a’lam bisshawab.

 

KH Abdul Nashir Fattah, Rais Syuriyah PCNU Jombang


Editor:

Opini Terbaru