
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dalam acara kick off harlah ke-102 NU di Surabaya, Kamis (16/1/2025). (Foto: LTNNU Jatim)
Feni Kusumaningrum
Kontributor
NU Online Jombang,
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar, mengingatkan kembali saat-saat awal pendirian NU pada tahun 1926. Nahdlatul Ulama berkembang menjadi sebuah kekuatan besar seperti sekarang, bahkan diakui sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia.
Hal tersebut disampaikan dalam acara memperingati Harlah yang ke-102 Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan di Kantor Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya pada hari Kamis, (16/1/2025).
“Kita layangkan pada 16 Rajab 1926 yang lalu, detik-detik kelahiran Nahdlatul Ulama di saat para ulama menunjang akses untuk melahirkan organisasi yang sekarang sudah menggurita bahkan sudah diakui sebagai organisasi terbesar di dunia,” katanya.
Kiai Miftach melanjutkan dalam taujihatnnya bahwa NU sudah sedemikian besar dan menjagat raya dengan penyempurnaan-penyempurnaannya.
“Kita terus berusaha untuk men-dlad-kan dunia ini sebagaimana lambang Nahdlatul Ulama itu. Huruf dlad–nya melintasi gambar dunia. Ini dalam masih perjuangan,” terangnya.
Yang artinya huruf dlad (ض) yang melintasi bola dunia melambangkan NU harus memberi warna pada dunia global.
Lebih lanjut, ia menambahkan kemuliaan-kemuliaan NU tetap dimiliki oleh para muassis, pemiliknya. NU sudah sedemikian rupa, tinggal menikmati.
“Bagaikan bendera, NU sudah ada di puncak. Kita tinggal melihat dan menikmati itu semuanya. Maka kita harus menjaga bendera tersebut,” sambungnya.
Sebagai langkah awal untuk mengisi 102 tahun di abad yang ke-2 NU, Kiai Miftachul menyebut akan memulai dengan langkah-langkah strategi dan program-program yang unggulan.
Ia melanjutkan, seperti pepatah mengatakan, tak ada perjuangan yang mulus tanpa hambatan. Begitu pula dengan perjuangan Nahdlatul Ulama saat ini, yang dihadapkan pada berbagai tantangan besar. Namun, dengan kesungguhan dan kerja keras, PBNU berhasil melewati setiap cobaan yang ada.
“Sekarang perjuangan Nahdlatul Ulama tidak mudah, tidak enteng. Apalagi di tahun-tahun ini. Kita banyak bermunculan masalah-masalah besar dan itu membutuhkan kesungguhan oleh PBNU. Tapi alhamdulillah satu persatu bisa kita lewati,” ujarnya.
Kiai Miftach menyebut, amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan ciri khas dakwah NU tetap harus ditegakkan. Selain itu, ia juga mengajak semua para kiai dan pengurus di Jawa Timur agar menjadikan momentum harlah ke-102 NU digunakan untuk menghidupkan kembali ruhul jihad.
"Intinya organisasi sekarang ini tidak akan mencapai kebaikan menjadi tertib kalau kita tidak meniru apa yang telah ditentukan oleh para muassis di awal didirikan Nahdlatul Ulama. Kalau kita ingin sukses maka apa yang ada di awal kita tetap perjuangkan,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Mengenang Almarhum Cak Taufik Jabo, Sang Banser Tak Kenal Mager
2
Langkah Tegap, Ansor Bareng Turut Ambil Bagian dalam Gerak Jalan Se-Kecamatan
3
Khutbah Jumat Kemerdekaan: Menjaga Legasi Pahlawan Bangsa, Menguatkan Ukhuwah
4
Khutbah Jumat: Bahan Refleksi Bersama di Usia 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia
5
PAC IPNU-IPPNU Kesamben Raih Juara Harapan 1 Lomba Gerak Jalan Kategori Umum
6
Cara Membangun Rumah Tangga Harmonis dalam Islam
Terkini
Lihat Semua