Nasional

Kongres VIII BEM PTNU: Seruan Persatuan dan Arah Juang Mahasiswa NU di Tengah Dinamika Zaman

Ahad, 18 Mei 2025 | 10:30 WIB

Kongres VIII BEM PTNU: Seruan Persatuan dan Arah Juang Mahasiswa NU di Tengah Dinamika Zaman

Kongres VIII BEM PTNU. (Foto: Rizky Imam Mukti)

NU Online Jombang,
Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Indonesia berkumpul dalam Kongres VIII Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) PTNU di Universitas Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur, pada Jumat (17/5/2025) hingga Selasa (20/5/2025).


Mengusung tema “Merajut Persatuan Mahasiswa Nahdliyin untuk Mendorong Kualitas Pendidikan dan Kemandirian Umat,” kongres ini menghadirkan tidak hanya sidang-sidang internal, tetapi juga forum intelektual, diskusi kebijakan, hingga pembekalan dari tokoh nasional dan ulama muda NU.


Presidium Nasional BEM PTNU, Achmad Baha’ur Rifqi, turut menggaungkan pentingnya sinergi antara kampus, mahasiswa, dan jamiyah NU. Ia menekankan bahwa arah perjuangan BEM PTNU harus tetap lurus: membangun kekuatan intelektual, menjaga integritas, dan aktif dalam gerakan sosial keumatan.


“Kami ingin BEM PTNU tak hanya dikenal kritis, tapi juga solutif, moderat, dan siap membawa nama baik NU di ranah nasional maupun internasional,” ungkapnya.


Kongres ini juga diramaikan oleh berbagai tokoh nasional yang memberi pembekalan, termasuk Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono. Ia mengajak mahasiswa NU untuk tampil sebagai pionir perubahan yang tidak hanya paham agama, tetapi juga menguasai teknologi, big data, dan ekonomi kreatif.


“Mahasiswa itu bukan sekadar pengisi absen. Kalian adalah modal bangsa dan calon pemimpin peradaban,” ujarnya.


Adhy juga mengingatkan bahwa dakwah masa kini tidak harus selalu di mimbar. Media sosial, seperti TikTok dan Instagram, bisa menjadi medan dakwah yang luas jika dikelola dengan bijak.


"Bangun masa depan bangsa melalui forum diskusi. Jadi pribadi yang saleh dan canggih,” pesannya.


Sementara itu, Bendahara Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Gudfan Arif Ghofur, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya mahasiswa NU menjaga akhlak, mempererat ukhuwah, dan kembali kepada nilai-nilai dasar Nahdlatul Ulama dalam bergerak. 


Di hadapan para delegasi, ia mengingatkan agar tidak terjebak dalam ego sektoral dan perpecahan internal.


"Perbedaan itu biasa, tapi yang luar biasa adalah jika kita mampu bersatu. Jangan biarkan ego pribadi merusak semangat kebersamaan,” tegas Gus Gudfan.


Ia juga menegaskan bahwa identitas mahasiswa NU bukan hanya dilihat dari simbol keorganisasian, melainkan karakter luhur yang terbangun dari pendidikan pesantren, yakni cerdas, beradab, dan istiqamah dalam perjuangan.


Isu dualisme yang sempat mencuat di tubuh BEM PTNU juga menjadi sorotan. Gus Gudfan menekankan bahwa perpecahan justru menjadi penghambat utama bagi misi besar mahasiswa NU sebagai agen perubahan.


“Kita adalah anak-anak pesantren. Kita punya tanggung jawab moral dan sosial. Jangan khianati itu dengan membawa BEM PTNU pada kepentingan sesaat,” ujarnya.


Sebagai ajang konsolidasi nasional, Kongres VIII BEM PTNU menyuguhkan berbagai agenda strategis. Di antaranya seminar nasional, diskusi publik, sidang komisi, dan pleno kebijakan. Semuanya diarahkan untuk memperkuat gerakan mahasiswa NU yang beradab, kritis, dan berkomitmen pada perjuangan jam’iyah.


Turut hadir dan memberi penguatan dalam kongres ini antara lain Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH Moh Zuhri Zaini, Ketua LPT PWNU Jatim Prof Junaidi, Rektor Universitas Nurul Jadid Najiburrohman Wahid, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof Fauzan, Anggota DPR RI H Faisol Riza, Kemenag RI Muhammad Aziz Hakim, dan tokoh muda NU lainnya seperti Dr Trimidi, Hilman Mufidi, Multazamudz Dzikri.