Achmad Subakti
Kontributor
NU Online Jombang,
Manusia dilahirkan mempunyai tugas untuk bergerak. Bergerak dalam artian untuk beramal dan berproses untuk mendapatkan sesuatu hal yang bisa menunjang kehidupan manusia itu sendiri.Â
Penjelasan ini termaktub dalam kitab Idhotun Nasyi'in bab Al-Iqdam (berani maju ke depan) karya Musthafa Al-Ghayalain yang dijelaskan oleh Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Muhammad Ishomuddin Haidar.Â
Haidar, sapaan akrabnya menyampaikan hal ini dalam acara Webinar Kepemimpinan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Anak Komisariat Perguruan Tinggi (PAKPT) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Imam Hambali Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya melalui zoom meeting pada Selasa (01/08/2023).Â
"Manusia diutus untuk mencari sesuatu, baik itu dalam bentuk pengalaman, ilmu, dan lain sebagainya sampai ke pelosok bumi. Lantas ketika sudah ke penjuru bumi, kita mengambil hal-hal yang bermanfaat darinya," kata Haidar.Â
Sekretaris Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang ini melanjutkan, manusia mengambil hal yang bermanfaat bukan hanya bagi dirinya sendiri. Artinya jika menjadi seorang pemimpin, maka harus belajar dan menambah ilmu serta pengalaman.Â
"Kita sering mendengar slogan atau adagium yang mengatakan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Hal ini sesuai dengan apa yang ada di dalam kitab Idhotun Nasyi'in, menuntut ilmu atau apapun sampai ke penjuru bumi," ujarnya.Â
Tetapi, lanjut Haidar, mencari sesuatu bagi seorang pemimpin tidak cukup hanya untuk dirinya sendiri. Sebab menjadi seorang pemimpin bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga orang lain, yaitu orang-orang yang dipimpinnya.Â
Suatu saat, pemimpin pasti harus lebih mementingkan kepentingan umum, yaitu apa yang dipimpinnya daripada kepentingan sendiri. Menurutnya, di samping pemimpin dituntut mengembangkan diri sendiri, ia harus memberikan manfaat untuk orang lain.
"Makanya saya sering mengatakan bahwa pelajar aswaja itu saya menyebutkan the grup of leader (kumpulan para pemimpin). Sebab nanti kita semua ketika purna dari IPNU-IPPNU, kita akan memimpin para jamaahnya masing-masing. Ada yang jadi imam di masjid kan otomatis punya followers," paparnya.Â
Dari sini, lanjut dia, manusia semuanya harus berproses, bergerak untuk kepentingannya sendiri dan juga orang lain. Mengejar hikmah, mengejar cita-cita dan mempunyai visi dan misi.Â
Namun yang perlu diingat, manusia tidak bisa mencapai cita-cita, visi misi, kesuksesan, ataupun kebahagiaan tanpa mempunyai al-iqdam (keberanian) dan baddilil juhdi (pengorbanan).
"Jadi seorang pemimpin harus punya keberanian, ini yang harus digarisbawahi. Manusia harus punya keberanian dan pengorbanan," pungkas Direktur Pengembangan SDM Pesantren Baitussalam Mojoduwur ini.Â
Terpopuler
1
Latih Jiwa Kewirausahaan Siswa, RA-MI Gondekan, Jombang Gelar Bazar Tahunan
2
Pengajian Rutin Muslimat NU Diwek: Thalabul Ilmi dan Gerakkan Ekonomi Keluarga
3
Beberapa Doa agar Resepsi Pernikahan Berjalan Lancar
4
Ibnu Atoillah, Kaligrafer Muda Jombang Yang Berhasil Masuk Nominasi IRCICA Turki 2025
5
Sepak Terjang Farida Mawardi, Memimpin Organisasi Pelajar Putri NU di Masa Sulit (Periode 1963-1966)
6
Pra-Bahtsul Masail: LF PBNU Susun Standar Penerimaan Laporan Rukyat
Terkini
Lihat Semua