• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Kondisi Pendidikan di Masa Pandemi dan Kekhawatiran akan Tergerusnya Adab

Kondisi Pendidikan di Masa Pandemi dan Kekhawatiran akan Tergerusnya Adab
Ilustrasi. (Foto: kozio.com)
Ilustrasi. (Foto: kozio.com)

Kondisi Pendidikan
Kondisi pandemi Covid-19 ini menjadikan perubahan pola perilaku pada masyarakat. Tidak hanya pada perilaku ekonomi, namun juga pada perilaku dalam menuntut ilmu atau lingkup pendidikan. Adanya kebijakan pembatasan sosial sebagai salah satu penanganan penyebaran virus corona tersebut menjadikan dunia pendidikan mengubah pola aktivitasnya juga. Sebelum adanya pandemi Covid-19, setiap siswa atau peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan dapat dikontrol langsung oleh guru atau pengajar saat proses belajar mengajar di sekolah maupun setelahnya, namun kini guru mulai kesulitan untuk mengontrol peserta didiknya karena hanya bisa menyampaikan pengetahuan saja. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara online yang ternyata belum bisa menyentuh secara langsung perilaku anak didiknya. 

 

Padahal dalam UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Yang artinya tidak hanya transfer of knowladge atau memberi anak didik berupa pengetahuan saja, tapi juga pada pendekatan kepribadian yang berupa adab maupun akhlak. 

 

Pentingnya Ilmu
Pendidikan merupakan aspek penting dalam perkembangan manusia di muka bumi. Karena, manusia tercipta memiliki dua amanah yang besar. Pertama, sebagai hamba Allah yang mempunyai serentetan tugas dan amanah yang harus diembannya untuk melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah SWT. Kedua, manusia sebagai khalifah Allah (pengganti atau wakil Allah) yang mana memilliki serangkaian pekerjaan dalam rangka manjadi khalifah di muka bumi. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa manusia memiliki cita-cita menuntut ilmu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. 

 

Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat. Nurkhari Umar (2014) dalam Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif Hadis) menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengajarkan kepada Nabi Adam AS dan semua keturunannya bahwa dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan, baik tugasnya sebagai khalifah maupun tugas ubudiah.  

 

Keutamaan ilmu sudah tidak diragukan lagi bagi siapa pun. Karena ilmu menjadi ciri khas yang dimiliki manusia, sebab segala hal di luar ilmu itu juga dimiliki binatang, seperti keberanian, ketegasan, kekuatan, kedermawanan, kasih sayang, dan lain sebagainya. Dengan ilmu pula Allah SWT memberikan keunggulan kepada Nabi Adam AS atas para malaikat dan makhluk ciptaan Allah lainnya. Dan dijelaskan pula bahwa Allah SWT menyuruh mereka untuk sujud kepada Adam. Sehingga keutamaan ilmu itu dikarenakan ilmu dapat menjadi washilah (pengantar) menuju ketaqwaan yang menyebabkan setiap manusia berhak mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT dan kebahagiaan yang abadi.

 

Imam Syafii berpandangan bahwa belajar atau menuntut ilmu memiliki nilai ibadah dan bahkan menurutnya lebih baik dari ibadah shalat sunnah. Begitu pentingnya belajar menuntut ilmu, hingga Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke Negeri Cina. Ini merupakan cerminan nyata bahwa menuntut ilmu pengetahuan dan mencari sumber kebenaran sangatlah dianjurkan dalam rangka meraih sukses dan kemuliaan hidup bagi manusia. Kalau kita pahami labih dalam, menurut Santoso (2010) dalam bukunya Life Balance Wice, tentu belajar ke Negeri Cina bukanlah belajar tafsir atau agama, melainkan belajar dengan ilmu pengetahuan, teknologi, industri, perdagangan, dan lainnya.

 

Di sisi lain, sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Abu Umamah dengan jelas mengatakan bahwa‚ keutamaan orang alim (orang berilmu) atas abid (orang ahli ibadah), seperti keutamaanku (Nabi SAW) atas orang yang paling rendah di antara kalian (sahabat)‚ Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat, dan penghuni langit dan bumi, bahkan ikan-ikan di lautan hingga semut di sarangnya, mereka akan bershalawat (mendoakan) atas orang alim yang mengajarkan manusia kebaikan. Orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya untuk kebaikan, maka dampaknya sangat luas tidak hanya untuk sesama manusia, bahkan lingkungan dan makhluk lainnya juga mendapatkan manfaat ilmunya orang alim tersebut. Sedangkan abid, pahala ibadahnya hanya untuk dirasakan sendiri dan untuk kepentingan dirinya sendiri. Begitulah Islam memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang alim (berilmu) yang mau mengajarkan kebaikan kepada orang lain. 

 

Selanjutnya dalam QS al-Mujadalah ayat 11 dijelaskan‚ niscaya Allah SWT akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Artinya orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Orang beriman dan berilmu pengetahuan akan menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana. Iman dan ilmu tersebut akan membuat orang mantap dan agung. Ini berarti pada ayat tersebut membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya.

 

Pentingnya Adab
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah bahwa proses belajar di dunia pendidikan hanya sebatas pada penguatan ilmu pengetahun, namun karena keterbatasan dan perubahan pola pendidikan akibat penyesuaikan kebijakan dalam penanganan pandemi Covid-19, sehingga pelaksanaan pendidikan yang terjadi nyatanya masih minim pada penanganan adab maupun akhlak.

 

Penanaman adab sangat diperlukan demi menjaga sikap dan perilaku siswa agar dapat membiasakan diri dengan adab yang baik ketika sudah tidak mengenyam bangku pendidikan. Sehingga dalam proses belajar di dunia pendidikan, guru harus membekali anak didiknya dengan ilmu dan disertai adab sebagai bekal kehidupan nantinya.

 

Pada umumnya, ketika seseorang mendapatkan ilmu baru dalam belajarnya, terkadang orang tersebut merasa ilmu yang dimilikinya sudah cukup dan tidak lagi mempelajari adab. Tetapi kenyataannya adanya adab yang dimiliki setiap orang tetaplah sangat diperlukan. 

 

Dalam riwayat Imam Malik RA pernah berkata kepada seorang pemuda Quraisy; Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.  Pada riwayat ini menjelaskan betapa pentingnya adab sebelum mempelajari ilmu. Karena, antara Adab dan Ilmu terdapat hubungan yang sangat erat dalam artian keduanya memiliki satu hal sama, yaitu nilai-nilai. Belajar dan mencari ilmu terus-menerus akan tetapi tidak mau belajar adab, berarti hanya mendapatkan seperempat dari kenikmatan Allah SWT yang telah diberikan-Nya.

 

Dalam perjalanan hidup manusia, ada bermacam-macam cerita kesuksesan. Ada yang hanya sukses dengan kekayaan, ada yang hanya diberikan sukses dengan akhlak dan adab yang baik, dan ada yang sukses keduanya yakni kekayaan dengan akhlak dan adab.

 

Perwujudan kesuksesan tersebut juga dipengaruhi karena proses yang pernah dilalui seseorang ketika orang tersebut belajar atau menjadi siswa dalam suatu lembaga pendidikan. Jika dalam proses sebelumnya orang tersebut juga dibekali dengan adab dan akhlak, maka bisa jadi kesuksesannya menjadi kesuksesan yang baik.

 

Namun, jika sebelumnya pendidik acuh terhadap transfer of adab dan hanya mementingkan transfer of knowladge saja, maka bisa juga berakibat pada proses raihan kesuksesan nantinya yang dapat beresiko pada adanya watak-watak berbahaya yang tanpa disadari telah menghambat jalannya dalam meraih keberhasilan di masa depan, seperti sombong dalam mendapatkan ilmu, iri dan dengki, dan adab yang buruk.

 

Maka, sebagai manusia pendidik generasi penerus bangsa, tentu harus peduli pada aspek adab dan akhlak. Adanya transfer of knowladge juga harus dibarengi dengan transfer of Adab, sehingga generasi mendatang akan siap dan permasalahan dunia dan akherat yang akan dihadapinya untuk menuju kesuksesannya. Tentu tanggung jawab ini bukan hanya harus dibebankan pada guru atau pengajar di lembaga pendidikan, tapi juga orang tua dan masyarakat. Namun peran penting guru setelah orang tua dalam penanaman adab dan akhlak menjadi suatu hal yang sangat penting. Semoga generasi Indonesia ke depan makin baik dan mampu keluar dari tantangan pandemi Covid-19 ini. 


 
Penulis: Ernawati, mantan ketua Pengurus Komisariat PMII Umar Tamim tahun 2004-2005, pengajar di MAN 2 Jombang


Editor:

Opini Terbaru