• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Gus Muwafiq, Dai untuk Millenial Zaman Now

Gus Muwafiq, Dai untuk Millenial Zaman Now
Gus Muwafiq. (Foto: islami.co)
Gus Muwafiq. (Foto: islami.co)

Jika kamu – para generasi millenials – ingin mencari pendakwah Islam yang teduh, inspiratif dan kaya akan makna, namun juga santai (tidak radikal), ada banyak para dai atau pendakwah yang keren. Salah satunya adalah pendakwah kelahiran Lamongan, yang kini tinggal di Yogyakarta: Kiai Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq.

Jadi, jika kamu ingin ngaji online via youtube, tak ada salahnya – baik sekali malah – jika kamu ketik di kolom pencarian youtube kamu dengan nama Kiai Gondrong itu: Gus Muwafiq, yang membahas pelbagai tema dan persoalan mutakhir.

Mengapa Gus Muwafiq? Berikut beberapa alasan yang perlu menjadi pertimbangan. Sehingga, kamu menjadi lebih mantap dalam menyimaknya.

Pertama, Santri yang mumpuni. Gus Muwaffiq merupakan santri yang sudah lama mengenyam pendidikan pesantren – sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia – sehingga pemahaman keagamaan beliau mumpuni dan khas. Khasnya adalah pemahaman Islam yang dianut mayoritas muslim Indonesia.

Muslim Indonesia merupakan muslim yang menganut madzhab empat, khususnya Imam Syafi’i (dan Syafi’iyyah) yang lebih dominan. Selain itu, Islam jebolan pesantren terbukti mampu “kawin” dengan tradisi dan budaya Nusantara. Jadi, soal khasanah Islam dalam Al-Quran, Hadits, maupun kitab-kitab klasik, beliau mumpuni.

Kedua, paham sejarah dan hafal. Gus Muwafiq merupakan sosok yang sadar dan paham sejarah. Mengapa sejarah penting? Karena dengan berpijak pada sejarah itulah kita umat Islam membangun masa depan. Dan beliau, paham sejarah baik dari teori penciptaan alam semesta, jaman nabi-nabi, sejarah Islam pasca Nabi Muhammad saw, geo-ekopol Internasional, sampai sejarah Nusantara. Oh ya, hafalan beliau juga sangat kuat. Tidak hanya mengerti tetapi memahami. Berbagai silsilah keilmuan, tokoh maupun dinasti beliau hafal diluar kepala. Ini memudahkan kamu dalam mencerna pola-pola dalam belajar agama.

Ketiga, Mantan Aktivis. Sebelum keliling dakwah seperti sekarang, beliau telah mumpuni menjadi aktivis kampus. Gus Muwafiq aktif di lingkaran PMII dan Mahasiswa NU. Pengembaran Intelektual dan “Jalanan”-nya beliau tempuh dari kota pelajar: di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sampai ke Mancanegara karena pernah menjadi Sekretari Jenderal Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara. Salah satu keunggulan aktivis muslim adalah tahu konsep ( dan wacana Islam kontemporer), tahu medan, tahu peta politik, dan bergelut dengan realitas. Wajar kalau beliau – selain keliling Indonesia – juga sering di undang ceramah ke luar negari.

Keempat, Humoris. Jangan heran kalau kamu berlama-lama menyimak pengajian beliau (entah online maupun offline), tak bosan karena pembawaannya yang kocak dan penuh dengan humor. Humor memang menjadi penting dalam suatu ceramah karena membuat jamaah tidak ngantuk, tidak jenuh dan menjadikan otak kembali fresh.

Kelima, Mudah dicernah. Bahasa yang beliau gunakan adalah bahasa para audiens-nya. Jika di kampus dengan para mahasiswa atau akademisi, beliau bisa dengan bahasa ilmiah. Jika dengan masyarakat awam, beliau bisa cerita dengan nalar, tradisi dan psikologi umum masyarakat. Jika dengan para pemuda, beliau juga bisa santai dan tahu apa yang hits dan menjadi tantangan generasi muda hari ini. Meski demikian, dalam penggunaan bahasa Indonesia kadang beliau ada beberapa hal yang kurang (menurut saya). Dan ini pernah diakui beliau. Secara, beliau mengaku menggunakan bahasa Indonesia baru semenjak kuliah. Sebelum itu menggunakan bahasa Jawa, khususnya Jawa Timuran.

Itulah, sekilas sosok Gus Muwafiq yang mungkin sedikit membantu memantapkan kamu para generasi millenials zaman now dalam memilih dai, jika ingin mendengarkan pengajian online via youtube. Jangan sampai salah memilih pendakwah, karena akibatnya kamu bisa terprovokasi. Alih-alih mendapat ilmu, dapatnya malah kebencian (bahkan yang ekstem) saling mengkafirkan sesama Islam. Jadi, selamat menikmati pengajian-pengajiannya!

Sumber: Islami.co


Editor:

Opini Terbaru