• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Bagaimana Cara Mendapat Ilmu yang Bermanfaat?

Bagaimana Cara Mendapat Ilmu yang Bermanfaat?
Suasana proses belajar dan mengajar
Suasana proses belajar dan mengajar

Bagaimana seorang santri (murid) bisa mendapatkan ilmu yang manfaat? Apa prasyarat agar ilmu yang manfaat bisa diperoleh? Mendiskusikan tema tersebut, Gus Abdul Jabaar Hubbi, pengajar Akhlaq di Madrasash Muallimin Muallimat 6 Tahun Tambakberas Jombnag, menguraikan dalam tulisan bersambung yang disadur dari Kitab Talim al Mutaalim, berikut.
—–

Keberhasilan seseorang mendapat anugerah ilmu nafi (ilmu yabg bermanfaat) dan muntafa’ bihi paling tidak karena melibatkan tiga faktor yang sangat dominan, yaitu:

 

Pertama, Fadhol dari Allah, karena memang diajar oleh-Nya (alladzi ‘allama bil qolam. ‘Allamal insaana maa lam ya’lam).

 

Untuk memperoleh fadhol, orang harus berdo’a dan atau dido’akan. Do’a itupun harus sungguh-sungguh dan disertai dengan kesungguhan. Tidak dipanjatkan dengan seenaknya hingga mengesankan tidak begitu butuh akan wushulnya do’a. Semisal disamping berdo’a juga berbuat maksiat, dan sama sekali tidak berusaha menghindar dari keharaman yang dilarang. Fa anna yustajaabuu lah.

 

Kedua, Belajar sungguh-sungguh, rajin mengaji dan mengkaji, tekun mengulang dan muthola’ah. Sebuah maqolah yang sering disebut hadits menegaskan “Man tholaba syaian wajadda wajada wa man qoroal baba wa lajja walaja“. Siapa yang mencari sesuatu dan sungguh-sungguh, dia akan mendapatkan. Dan siapa mengetuk pintu dan dia teguh hati, maka dia masuk ke dalam (rumah). Secara jelas firman Allah yang biasanya untuk mendalili orang muslim yang tidak perlu ragu terjun dalam perjuangan: Walladzina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa, mengisyaratkan hal tersebut.

 

Ketiga, berharap penularan dari guru, “atthob’u saroq”, tabiat atau watak itu mencuri. Kedekatan seseorang dengan orang lain mengakibatkan penularan yang niscaya mengacu sunnah Allah, dia yang lemah akan tertulari yang lebih kuat, dia yang penakut akan tertulari menjadi pemberani. Murid akan tertulari dari sang guru.

 

Nyatanya, seberapa besar ilmu nafi’ dan muntafa’ bih-nya yang diperoleh tholib (pencari ilmu) tergantung pada seberapa besar kadar ketiga faktor itu diupayakan.

 

Ada satu faktor lagi yang diisyaratkan sebagai salah satu sebab seseorang berhasil mendapatkan ilmu dan yang dilakukan oleh orang tua tholib. Yakni bagi orang tua tholib yang bersikap secara santun dan dermawan kepada ahli ilmu, anaknya atau cucunya niscaya akan menjadi orang alim. (Abdul Jabbar Hubbi)


Editor:

Opini Terbaru