• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Rabu, 24 April 2024

Nyantri

Di antara Jalan Menjadi Wali Itu Tak Meninggalkan Ilmu Syariat

Di antara Jalan Menjadi Wali Itu Tak Meninggalkan Ilmu Syariat
Pengajian Kifayatul Atqiya' oleh KH. Abdus Salam Shohib, cucu KH. Bisri Syansuri di Bangkalan, Madura. (Foto: Istimewa)
Pengajian Kifayatul Atqiya' oleh KH. Abdus Salam Shohib, cucu KH. Bisri Syansuri di Bangkalan, Madura. (Foto: Istimewa)

Dalam nadzam Hidayatul Adzkiya' ila Thariqil Awliya', karya Syekh Zainuddin ibn al-Malibary, yang kemudian disyarahi oleh Sayyid Abi Bakr ad Dimyathi dalam Kifayatul Atqiya' wa Minhajul Ashfiya' dan Syekh Nawawi Banten dalam Salalimul Fudhala' ila Thariqil Awliya' dijelaskan, ada sembilan nasihat atau karakter pokok yang harus kita ikuti, jika ingin menempuh jalan yang sama dengan auliya' (para wali kekasih Allah).

Di antara jalan itu adalah ta'allum ilmi syar'i (belajar ilmu keagamaan). Ketiga ilmu ini fardu ain (fikih, akidah, dan tasawuf). 

Kita wajib mempelajari ilmu yang membuat ibadah kita sah, belajar shalat, puasa, munakahat, dan muamalah.

Wali itu selalu mempunyai kualitas keilmuan. Istikamah jauh lebih berharga daripada karamah. 

Wali itu tidak mesti khariqil 'adah (mampu melakukan sesuatu yang membedai dengan kebiasaan). Yang pokok, yang merupakan jalan kewalian itu ya ta'allum ilmi syar'i

Nah, kalau ulama (para ahli ilmu yang mengamalkan keilmuannya) itu bukan walinya Allah, terus siapa wali itu? 

Orang bisa terbang ke angkasa, tapi tidak bisa ngaji, ya bukan wali. Karena karamah (keistimewaan) itu mesti diikuti syariat. Kalau tidak begitu, namanya istidraj (ngelulu; pembiaran atas penyimpangan), seperti Fir'aun yang tidak pernah sakit.

Makanya dia ngaku tuhan. Justru itu yang semakin membuat dia terjerumus dalam kesesatan. 

Syekh Abdul Qodir al-Jilany itu wali yang ilmiah sekali. Suatu ketika beliau bertanya, "Bagaimana cara orang beribadah dengan jenis ibadah yang hanya dia saja, yang beribadah seperti itu tanpa ada orang lain yang menyamai?" 

Ketika itu tak ada yang bisa menjawab. Kemudian beliau jawab, "Caranya, orang itu datang ke Mekah, lalu melarang orang thawaf. Nah, dialah orang yang ibadah thawaf sendirian di muka bumi." 

Syekh Ibnul Mubarak, ulama salaf yang ahli hadits, kaya, dan ahli berkendara menyatakan bahwa sesiapa yang tahu kualitas dirinya, dia akan merasa lebih rendah daripada anjing sekalipun. Mengapa bisa begitu, karena terkait dosa-dosanya. Manusia banyak dosanya. Juga terkait nikmat, tentu banyak yang diberikan Allah kepada manusia. Di antara nikmat yang tertinggi adalah anugerah akal (intelektualitas), dan etika yang luhur.

Sekali lagi, ada tiga jenis ilmu yang wajib kita pelajari. Pertama, belajarlah ilmu yang membenarkan ketaatan (ibadah, syariat), agar ketaatan kita menjadi sah. 

Kedua, belajar aqidah atau ilmu kalam. Di pesantren misalnya ada Aqidatul Awam, Jawahir Kalamiah. Menerangkan akidah 50 yang wajib diketahui, yaitu sifat-sifat wajib Allah (dan kebalikannya) juga sifat jaiz Allah, sifat-sifat wajib Rasulullah (dan kebalikannya), juga sifat jaiznya. 

Minimal ketika ditanya perihal tersebut, kita tidak mengingkari.

Ketiga, ilmu yang membersihkan hati. Ilmu ini adalah untuk menghindari dari sifat yang tercela. Dalam tasawuf kita antara lain ikut Imam Ghazali.

Hati itu sesuatu yang labil. Isuk dele sore tempe. Manusia itu disebut insan karena sering lupa. Qalb itu mudah berubah. Wolak-walik

Mengkondisikan hati itu jauh lebih berat. Kibr itu objeknya adalah orang lain. Ada yang diremehkan. Kalau 'ujub itu objeknya diri sendiri. Ini penyakitnya ulama, dan orang kaya. 

Imu-ilmu ini penting, karena sebanyak apapun amal kita lakukan, tanpa didasari ilmu, maka tidak ada manfaatnya. Tidur pun kalau dilandasi dengan keilmuan, maka akan memperoleh pahala. Jangan sampai kita mempermainkan ibadah, yaitu ibadah tanpa dilandasi ilmu. 

Ilmu yang benar itu agar sesuai dengan aswaja, ndak usah repot-repot, sekarang kita ikut NU. Saya ini khidmah di Nahdlatul Ulama dan khidmah di Mbah Bisri Syansuri.

Demikian sarian pengajian Kifayatul Atqiya' oleh KH. Abdus Salam Shohib (cucu KH. Bisri Syansuri dan Wakil Ketua PWNU Jatim), pada Sabtu, 29 Mei 2021 di Pesantren Ad Dimyathi Nurul Iman, Bangkalan Madura, yang dihadiri para kiai dan zuriyah Pesantren Denanyar antara lain KH. Ahmad Wazir Ali (pakar Aswaja, Wakil Rais Syuriyah PCNU Jombang), Gus Amang, Gus Huda, Bu Nyai Halimah Ahmad, Ning Mu'linah Shohib, Ning Mas'adah Shohib, Ning Yuhanidz Arifin, para pengasuh pesantren di Madura, para alumni Pesantren Denanyar yang tergabung dalam IKAPPMAM Madura, dan pengurus pusat IKAPPMAM.

 

*Yusuf Suharto, alumni Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang 


Editor:

Nyantri Terbaru