Feni Kusumaningrum
Kontributor
Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur'an, yang terangkum dalam Surat Yusuf, mengandung banyak pelajaran berharga, terutama mengenai keluarga, keteguhan iman, kepemimpinan, dan kebajikan.
Melansir dari Kisah Nabi Yusuf dan Keutamaan Ramadhan yang ditulis Fuad Nawawi, disebutkan seorang penulis bernama Muhammad ibn Husain, dalam kitabnya Asrar al-Muhibbin fi Ramadhan, menganalogikan beberapa bagian kisah Nabi Yusuf dengan keutamaan bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya.
Berikut adalah beberapa analogi tersebut:
Pertama, Nabi Ya'qub, ayah kandung Nabi Yusuf, menunjukkan kasih sayang yang lebih besar kepada Nabi Yusuf dibandingkan dengan sebelas anak kandungnya yang lain. Hal ini terungkap dalam surat Yusuf ayat 8:
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya, “Ketika itu, saudara saudara Yusuf berkata: Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita dibanding diri kita, meskipun kita sangat banyak. Sungguh, Ayah kita itu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Analogi ini dihubungkan dengan bulan Ramadhan, yang dianggap sebagai bulan yang paling dicintai oleh Allah dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Hal ini diperkuat dengan hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan, di mana pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu, serta terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya, “Bulan Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa Ramadhan. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibanding seribu bulan.” (HR Ahmad)
Kedua, ketika saudara-saudara Nabi Yusuf mengalami kesulitan dan kelaparan, mereka meminta bantuan kepada Nabi Yusuf yang saat itu menjabat sebagai pemimpin di Mesir. Nabi Yusuf dengan murah hati memenuhi permintaan mereka, memberikan makanan dan persediaan yang mereka butuhkan. Hal ini tercantum dalam surat Yusuf ayat 59:
وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُونِي بِأَخٍ لَكُمْ مِنْ أَبِيكُمْ أَلَا تَرَوْنَ أَنِّي أُوفِي الْكَيْلَ وَأَنَا خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ
Artinya, “Dan ketika Yusuf menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dia berkata “(jika kalian datang ke sini lagi), bawalah kepadaku saudara kalian yang seayah dengan kalian”. Tidakkah kalian melihat bahwa aku telah memberikan (kepada kalian) takaran yang penuh dan telah menjadi tuan rumah yang terbaik?”
Tindakan Nabi Yusuf ini dianalogikan dengan bulan Ramadhan, di mana Allah Swt melipatgandakan pahala amal kebaikan, memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk memperbaiki kekurangan ibadah mereka di bulan-bulan sebelumnya, dan menjadi bulan pengampunan dosa.
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ طَعَامَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي
Artinya, “Setiap kebaikan yang dilakukan manusia dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan semisal sampai tujuh ratus kali lipat, Allah berfirman: kecuali amalan puasa. Amalan puasa itu untukku dan aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia meninggalkan makanan dan syahwatnya karenaku.” (HR. Muslim).
Ketiga, Nabi Yusuf menunjukkan kemuliaan hatinya dengan mengampuni saudara-saudaranya, melupakan dendam masa lalu ketika mereka mencelakainya. Hal ini tercantum dalam surat Yusuf ayat 93:
قَالَ لاَ تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Artinya, “Yusuf berkata: pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Semoga Allah mengampuni kalian. Sebab Dialah yang paling penyayang di antara para penyayang.”
Tindakan Nabi Yusuf yang memberikan maaf diibaratkan dengan bulan Ramadhan, yang Allah jadikan sebagai waktu khusus untuk memberikan ampunan kepada hamba-Nya penuh berkah dan kebaikan, yang berbeda dengan sebelas bulan lainnya.
Keempat, Kesedihan mendalam dan hilangnya penglihatan Nabi Ya'qub tidak dapat disembuhkan oleh sebelas putranya. Hanya Nabi Yusuf yang mampu menghapus luka dan mengembalikan penglihatan ayahnya. Hal ini tercantum dalam surat Yusuf ayat 93:
Baca Juga
Kisah Nabi Yusuf dan Keutamaan Ramadhan
اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
Artinya, “Pergi dan bawalah baju gamis milikku ini dan letakkanlah ia ke wajah ayahku, niscaya penglihatannya akan pulih kembali dan kemudian datanglah kepadaku bersama seluruh keluarga kalian.”
Hal di atas diibaratkan dengan Ramadhan, yang menjadi waktu pengampunan dan pembersihan dosa bagi umat Islam.
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر الله ما تقدّم من ذنبه
Artinya, “Siapa pun orangnya yang berpuasa bulan Ramadhan dengan bekal keimanan dan berharap hanya kepada Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosa yang telah lalu.”
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Koreksi Diri di Penghujung Syawal
2
Khutbah Jumat: Menjauhkan Diri Bernasib Su'ul Khatimah, Jangan Terjerumus pada 5 Golongan Ini
3
Keberangkatan Mulai 2 Mei, Berikut Jadwal Lengkap Perjalanan Haji 2025
4
Porseni Jenjang MI Dibuka, Wabup Jombang Gus Salman Sampaikan Komitmen Pemerintah Dukung Prestasi Siswa
5
Dilantik, Ini Susunan Pengurus PW IPNU Jatim Masa Khidmah 2024-2027
6
BMKG Prediksi Kemarau 2025 Dimulai April, Apa Yang Perlu Disiapkan?
Terkini
Lihat Semua