Daerah

Transformasi Petilasan Dhamarwulan yang Sempat Jadi Rebutan Majapahit dan Singasari

Kamis, 28 Agustus 2025 | 06:12 WIB

Transformasi Petilasan Dhamarwulan yang Sempat Jadi Rebutan Majapahit dan Singasari

Kuncup Dhamarwulan yang telah dipugar bernuansa merah bata khas Majapahit bersebelahan dengan Regol bernuansa hitam khas Singasari di Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang. (Foto: NU Online Jombang/Miftakhul Jannah)

NU Online Jombang,
Gapura pintu masuk Petilasan Dhamarwulan di Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang terlihat gagah, begitu pula pagar bata merah yang mengelilingi situs bersejarah tersebut.


Menjadi lokasi bersejarah seorang legenda kerajaan Majapahit, tentu membuat bangunan ini mengalami perubahan beberapa kali. Transformasi panjang inilah yang membuat nilai historisnya kian dalam.


Berdasarkan kisah yang diwariskan turun-temurun, di lokasi tersebut dulu hanya ada 3 kuncup sederhana dan 1 sendang.


"2 kuncup yang berjejer itu tempatnya Resi Mau Doro dan Istrinya, Palupi. Lalu 1 kuncup dekat sendang itu tempatnya Dhamarwulan," kisah Sholikan, Sang Juru Pelihara.


Sayangnya, situs bersejarah ini tak luput dari ancaman. Di tahun 2003, 2 arca berbentuk sepasang prajurit membawa pentungan raib digondol pencuri.


"Saat itu memang tidak ada yang menjaga tempat ini dan belum dirawat begini," ujarnya penuh sesal.


Meski arca tersebut telah raib, warga setempat menemukan bukti lainnya. Mulai dari pusaka kuno seperti pedang, keris dan tombak, hingga pecahan gerabah dan keramik khas Majapahit.


Benda-benda tersebut ditemukan saat pemerintahan desa setempat menerjunkan alat berat untuk menggali tanah guna pembangunan kolam pancing di tahun 2016 silam.


Kabar penemuan ini mengundang perhatian 2 Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang masing-masing menangani peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari.


Setelah melakukan penelitian, kedua pihak ini mengklaim bahwa situs tersebut merupakan peninggalan kerajaannya dan memberikan sejumlah dana untuk pemugaran.


Petilasan yang mulanya sederhana itu mulai dipugar secara bertahap. 3 kuncup yang menjadi simbol dasar tetap dipertahankan dengan menambah sentuhan warna merah bata khas Majapahit.


Sendang yang awalnya hanya satu, kini menjadi 2 dan masing-masing terletak di samping kawasan kuncup. "Sendang yang asli itu yang ada beringin di tengah," ungkap Sholikan sembari menunjukkan lokasi.


Selain dibangun 2 pendopo untuk tempat beristirahat pengunjung, tanah seluas 1 hektar itu juga dikelilingi dengan pagar bata merah dan sebuah gapura di pintu masuknya.


Tak sampai di situ, di tahun berikutnya pemugaran juga dilakukan dengan menambah unsur khas Singasari. Pintu masuk petilasan diyakini berada di samping selatan kuncup Dhamarwulan, sehingga dibangunlah regol, sebuah gapura pintu masuk berwarna hitam.


Hingga saat ini, Petilasan Dhamarwulan telah resmi menjadi tanggungjawab BPCB Jawa Timur, kini dikenal sebagai Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX (Jawa Timur).