• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Tafsir Ibnu Athoilah: Yang Kaya adalah Mereka yang Merasa Miskin di Dunia

Tafsir Ibnu Athoilah: Yang Kaya adalah Mereka yang Merasa Miskin di Dunia
Dosen Universitas Islam Negeri Walisanga, Semarang, KH Tajudin Arafat (Foto: Source Youtube NU Online)
Dosen Universitas Islam Negeri Walisanga, Semarang, KH Tajudin Arafat (Foto: Source Youtube NU Online)

NU Online Jombang,

Orang yang sedih belum tentu merupakan seorang fakir, sementara orang yang bahagia belum pasti juga hidup berkecukupan. Demikian yang dijelaskan oleh Dr KH Tajudin Arafat seperti dikutip NU Online Jombang, Sabtu (17/12/2022).

 

KH Tajudin Arafat menyampaikan, hikmahnya sufi orang yang fakir. Menurutnya, kondisi kefakiran bukan merupakan bagian dari orang yang bersedih dengan kondinya yang fakir.

 

“Jangan dikaitkan kondisi kefakiran seseorang dengan sedihnya dia akibat kefakiranya. Karena sebetulnya, ada pula orang yang bangga terhadap kefakiran yang dimiliki," jelasnya dalam kanal resmi NU Online.

 

Ia memberikan contoh, orang tersebut adalah seorang sufi. Karena orang sufi cenderung memilih fakir daripada menjadi kaya.

 

"Bahwa dalam ilmu tasawuf itu, orang sufi cenderung memilih fakir karena menurutnya yang kaya hanyalah Allah SWT," terangnya.

 

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang tersebut juga menjelaskan tafsir Ibnu Athoilah dalam kitab hikmahnya yang menjelaskan bahwa kekayaan hanyalah milik Allah. Allah yang Maha Kaya. 

 

“Al Ghoni itu Allah maka yang diambil hikmah oleh ibnu Athoilah dalam hikamnya itu beliau menafsiri, Innama shodaqotu fuqoro wa masakin. Itulah kenapa alasan orang sufi cenderung fakir karena mereka menyadari yang kaya hanya Allah," jelasnya.

 

Ayat tersebut, lanjut dia, mengingatkan bahwa sedekah hanya diperuntukkan untuk orang fakir. Dan, umat muslim yang menerima sedekah tersebut juga tergolong sebagai orang yang mendapat limpahan rahmat dan anugerah.

 

“Logika dari ayat Innama shodaqotu lil fuqoro wamasakin adalah bahwa sedekah zakat itu hanya diperuntukan kepada orang yang statusnya faqir dan miskin. Kalau kita melabeli diri kita faqir dan miskin dihadapan Allah sudah pasti kita orang yang berhak mendapat zakatnya Allah. Sedekahnya Allah apa itu? Sedekahnya Allah adalah limpahan anugerah dan kerahmatan serta keberkahan. Siapa yang tidak mau mendapat kerahmatannya Allah? Sebaliknya, jika ketika hidup di dunia merasa kaya maka, Allah tidak akan memberi apa-apa karena kamu sudah kaya," paparnya.


Daerah Terbaru